6

2.3K 513 42
                                    


Sooji mengetuk pintu berbahan kayu jati di hadapannya dengan sedikit tak sabar, tangan mulusnya sudah sedikit berubah memerah karna bergesekan dengan benda keras namun seolah rumah besar bergaya modern itu tak berpenghuni.

Sesekali Sooji melirik dengan ekor mata ke sisi kanan tubuhnya, disana berdiri dengan kaku wanita yang saat ini tengah ia perjuangkan.

Soojung terus terusan meremas kedua tangannya dengan gelisah, bahkan semalaman ia tak mendapatan kualitas tidur yang baik. Mata pandanya adalah saksi akan kegugupan yang tengah ia rasakan.

Berbeda lagi dengan Sooji, gadis itu benar benat percaya diri dengan segala emosi yang tengah ia tahan, bahkan selama perjalanan ke kediaman Kim Mingyu, Sooji terus saja mendumel dan akan menghabisi Mingyu hari itu juga. Dan itu adalah salah satu alasan kewas wasan Soojung saat ini, wanita itu takut jika Sooji akan mengacau dan semakin menambah masalah karena emosi Sooji yang sudah memuncak.

"Mungkin tidak ada orang, ji. Kita pulang saja! Lain kali saja!" Rengek Soojung sembari menarik lengan kanan Sooji.

"Diam, Jung Soojung! Cukup diam saja! Jangan berisik!" Sooji menggerakan lengannya yang tengah di tarik Soojung agar kegiatan wanita itu berhenti.

"Sooji, ayo pulang saja!" Soojung benar benar merasa takut saat ini. Otak dan perasaannya ingin meledak, dengan segala macam kemungkinan yang sangat tidak ia harapkan.

"Ish, tunggu saja di mobil. Kau payah!" Kesal Sooji, sedari tadi wanita hamil tak tahu diri itu merengek tak karuan.

Soojung melepaskan kaitan tangannya di lengan Sooji, dengan helaan napas yang berat. Okey, cukup diam dan berdiri di belakang Sooji saja jika ia tak ingin di lahap hidup hidup oleh singa betina yang tengah datang bulan.

Bisa di bayangkan bagaimana garangnya?

"Sebenarnya keluarga Kim yang katanya kaya ini, mampu tidak mempekerjakan seorang maid ? Atau memang penghuni rumah ini punya penyakit tuli yang menular? Ah, mungkin rumahnya kedap suara jadi kegaduhan yang kita perbuat sedari tadi___"

Ucapan Sooji sontak terpotong ketika pintu kayu besar itu bergerak dan menimbulkan bunyi pertanda terbuka.

Wanita itu meneguk salivanya berat ketika pandangannya menagkap sebuah objek indah. mata bulatnya berbinar. astaga, makhluk Tuhan dari negeri dongeng mana yang tengah berdiri di hadapannya kini?

Sooji sangat yakin jika Tuhan tengah berbahagia ketika menciptakan pria itu dahulu, pria tampan dengan sejuta kelebihan Jasmani yang mampu membius wanita beriman lemah seperti Sooji.

Rahang tegas, jembatan hidung tinggi, mata elang yang tajam, belum lagi bibir tipis berwarna merah yang astaga...

Jangan mulai, Sooji. Enyahkan pikiran kotormu itu! Batin Sooji berteriak kencang.

Sooji berdehem berusaha menormalkan detak jantungnya, wanita itu bahkan membuang pandangan kearah Soojung yang sama terperangahnya dengan dirinya. Bedanya, tatapan Soojung tak memuja seperti yang ia lakukan. Ah, Sooji lupa jika otak wanita itu telah dipenuhi oleh Mingyu seorang.

Ngomong-ngomong mengenai Mingyu, emosi Sooji kembali menyeruak sampai ke ubun-ubun.

"Dimana Kim Mingyu?" Tanya Sooji tanpa basa basi lagi.

Pria yang sedari tadi terpaku di depan pintu itu menaikkan sebelah alisnya, apa budaya Korea telah berubah setelah ia tinggalkan selama lima Tahun belakangan ini? Sopan santun saat bertamu apa sudah tak di junjung tinggi lagi? Di Eropa saja penduduknya masih berusaha bersikap baik ketika berkunjung!

"Kim Mingyu ada?" Lagi, pria itu benar-benar di buat geram dengan tingkah wanita bermulut besar itu.

Mata tajamnya menelisik dari ujung kaki hingga ujung kepala wanita yang tengah berdiri angkuh di hadapannya saat ini.

IRISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang