27

2.2K 476 64
                                    

Vernon- yang tengah mengelap senjata api yang selalu ia bawa di teras kediaman sang tuan dengan tiga pengawal lainnya langsung saja menegakkan badan serta dengan cepat ia menyelipkan kembali pistol hitam di balik jas yang ia kenakan ketika deru mobil memasuki pintu gerbang.

Dengan sigap ia memberikan kode kearah pengawal untuk membukakan pintu mobil karena tanpa melihat siapa orang yang di dalam mobilpun, ia tahu jika itu mobil yang selalu di gunakan tuan besarnya. Entah ada keperluan apa hingga tuan besar menyambangi kediaman bossnya.

Vernon memberi hormat ketika pintu mobil terbuka. Ia mengira jika hanya ayah dari bossnya saja yang datang namun perkiraannya salah, tak hanya tuan besar Kim namun dengan tiga orang lainnya serta seorang bayi mungil yang tengah di gendong.

"Selamat sore tuan.." sapa Vernon ketika rombongan berdiri di hadapannya. Meski ia mengabdi dengan seorang manusia tak tersentuh seperti Kim Myungsoo namun sikap ramah dan mudah tersenyum selalu ia junjung kecuali ketika tugas penting harus ia enyam.

"Kim Myungsoo dan Kim Sooji, ada?" Tanya wanita dewasa bermata tajam serta ekspresi datar persis seperti sang tuan.

Vernon meneguk salivanya, karena ia tahu apa yang terjadi saat ini. Mustahil jika tidak akan terjad apa - apa kalau saja di lihat dari kemarahan Kim Myungsoo terhadap sang istri tadi.

"A-da nyonya besar." Jawab Vernon mempersilahkan rombongan Kim untuk masuk kedalam rumah.

Kim Rae In tahu jika ada sesuatu yang berusaha kaki tangan anaknya sembunyikan. Dari ekspresi tegang Vernon, ia tahu ada yang tidak beres namun ia mencoba tenang. Mungkin masalah serius di kantor yang membuat Vernon terlihat menanggung gelisah.

"Dimana Sooji dan Myungsoo?" Tanya Rae In lagi ketika ia dan yang lain telah sepenuhnya masuk ke dalam ruang tamu kediaman Myungsoo dan Sooji.

Vernon membisu begitu juga dengan kepala pelayan yang menyambut. Vernon menegakkan kepalanya dan mengangguk kearah kepala pelayan, ia tak tahu dengan memberitahukan apa yang terjadi adalah pilihan terbaik atau tidak. Namun setidaknya ia mampu mencegah apa yang sedari tadi ia cemaskan. Ia tahu seorang Kim Myungsoo, tahu sedalam - dalamnya melebihi Kim Mingyu sang adik.

"Tuan dan nyonya baru saja datang tiga puluh menit yang lalu, nyonya besar." Jawab kepala pelayan berusia hampir setengah abad.

Rae in mengangguk begitu juga dengan Hyun Sik serta Mingyu dan Soojung.

"Panggilkan mereka, katakan kami datang karena ada hal penting yang harus di rundingkan." Rae In meletakkan tas bermerek miliknya diatas sofa begitu juga tubuhnya.

Kepala pelayan mengangguk paham lalu berlari kecil menaiki anak tangga guna menjalankan perintah dari ibu sang tuan.

Hyun Sik mendudukkan diri di sofa single berwarna cream yang berada di ruang tamu dengan tatapan tajam kearah Vernon. "Apa kekacauan yang Kim Myungsoo lakukan akhir - akhir ini?" Tanyanya dengan nada suara rendah namun tak menuntut.

"Tidak ada tuan, tuan Kim Myungsoo terlihat lebih terkendali ketika menikah meskipun emosinya terkadang naik turun. Nyonya Sooji sepertinya berpengaruh besar untuk perubahan tuan Kim" jawab Vernon dengan lantang.

Kim Rae in mengangguk dengan senyuman yang sangat jarang Soojung temui. Ketika ia siuman atau melihat kelucuan Minah saja, senyuman lega dan bahagia seperti itu tak ibu mertuanya pancarkan.

"Memang seharusnya sedari dulu Myungsoo menikah." Gunam Rae In lirih.

Kelima pasang mata yang berada di ruang tamu teralihkan ketika kepala pelayan berlari menuruni tangga dengan wajah pucat.

"Ada apa?" Tanya Kim Rae In diikuti tubuhnya yang menegak dari atas sofa. "Dimana Myungsoo dan Sooji?"

"S-saya mendengar teriakan kesakitan n-nyonya Sooji... S-saya tid___"

IRISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang