31

2.2K 451 33
                                    

Ballroom hotel berbintang yang terletak di tengah - tengah keramaian kota tampak penuh dengan hiruk pikuk para tamu undangan. Selain bertujuan untuk menghadari acara yang di selenggarakan oleh sang empu acara, nyatanya para manusia berbalut jas formal rapi serta gaun - gaun indah menjuntai berharga ratusan dollar itu juga menjadikan hal seperti ini sebagai kesempatan emas untuk ajang tebar serta pamer kekayaan.

Para konglomerat serta petinggi negara kenyataannya tidak setulus yang di lihat oleh mata, mereka tetaplah memiliki sisi dimana sebuah kebanggaan jika mendapatkan pujian ataupun pengakuan akan starta sosial mereka dan hal itu sebenarnya membuat Kim Sooji muak.

Semenjak kakinya dan sang suami---Kim Myungsoo menginjak pelataran Ballroom para sekumpulan sosialita saling memuji satu sama lain atau para pengusaha yang saling memamerkan saham perusahaan yang dimiliki, benar - benar membuat Sooji gerah namun berbeda dengan Kim Myungsoo. Pria itu selalu dan akan selalu datar serta dingin di apapun situasinya namun dengan sekali dua kali lirik Sooji dapat melihat respon pria itu, meski tampak acuh dan tak peduli namun Kim Myungsoo terlihat terbiasa dan nyaman - nyaman saja. Oh, Sooji baru menyadari jika pria yang berstatus sebagai calon ayah itu sudah terbiasa akan hal semacam ini karena mengingat bagaimana reputasi kedua orang tuanya dan Sooji yakin jika sudah terlalu sering pria itu menghadiri pesta layaknya ajang pamer tersebut.

"Kau kenapa?" Tanya Myungsoo datar dengan tatapan melirik kearah samping kiri tubuhnya. Semenjak -enghampiri sepasang pengantin baru---Kim Mingyu - Jung Soojung, Myungsoo menyadari jika Sooji merasa tak nyaman serta gelisah.

Sooji meringis kecil dengan genggaman tak terlalu kuat di ujung jas mahal Myungsoo. "Ayo menepi, kita mencari tempat duduk. Aku lelah." Bisik Sooji kearah sang suami.

Myungsoo menundukkan kepalanya melirik setinggi apa sepatu yang di kenakan sang istri, menghela napas pelan lalu meraih pergelangan tangan sang istri tanpa kata.

"Duduk saja disini." kim Myungsoo mengarahkan tubuh Sooji di salah satu kursi kayu berwarna nude di pinggiran gedung.

"Astaga.. apa yang kau lakukan?" Pekik Sooji ketika pria berbibir tipis tersebut berjongkok lalu menyingkap gaun bawah Sooji, meski tak terlalu tinggi namun hal tersebut dapat membuat Kim Sooji kaget lalu reflek memekik.

Bukan menjawab, Kim Myungsoo mendongak guna melirik bagaimana ekspresi berlebihan Sooji, setelahnya kembali menunduk meraih kaki putih mulus di hadapannya. entah karena hormon ibu hamil atau mungkin memang sikap bawaan sang istri yang terlalu berlebih namun nyatanya bibir tipis berkatub itu tertarik kecil membentuk senyuman yang samar.

"Tunggu saja disini. Aku akan mengambilkan sepatu ganti untukmu di mobil" tutur Kim Myungsoo setelah beranjak berdiri dengan meneteng sepasang sepatu berwarna putih gading milik Sooji.

Sedangkan yang lebih mungil hanya mengangguk tanda mengiyakan dengan ringisan tak mengerti, bagaimana mungkin pria berparas dingin namun tampan berjalan membelah pesta dengan sepasang sepatu wanita di tangannya. Seharusnya pria itu mampu menyadari keanehan dirinya melalui tatapan para tamu undangan atau paling tidak mintalah pria muda yang berjalan tergesa di belakangnya untuk membawa sepatu tersebut. Menghendikkan bahu, Sooji memilih tak ambil pusing. Senyamannya pria tampan saja lah.

Mata coklat berbentuk kacang almond tersebut menelusuri apa yang bisa di jangkau oleh matanya, sebuah senyuman terukir tulus namun mengandung artian ketika kedua matanya bersibobok dengan pria tampan berbalut jas putih yang berperan sebagai sang pangeran di malam ini. Pria itu---Kim Mingyu melempar sebuah senyuman kearah Sooji. Senyuman yang sempat wanita itu agung - agungkan dahulu. Rasa lega menjalar di hatinya, akhirnya apa yang awalnya ia perjuangkan kini menemui titik terang yang melegakan. Mingyu dan Soojung akhirnya dapat memulai semuanya bersama - sama dengan si mungil Kim Minah.

IRISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang