18

2.4K 469 45
                                    


Sooji POV

Pagi ini - aku berencana untuk pergi ke kampus setelah beberapa lamanya tak menginjakkan kaki lagi kesana, selain untuk membereskan beberapa hal demi menyambut kelulusan serta wisuda juga berniat untuk mengosongkan loker pribadi serta sedikit bertegur sama dengan teman atau pihak lain yang memang dekat denganku hitung-hitung sebagai pertemuan terakhir mungkin.

Dengan tergesa aku menuruni tangga sembari sibuk memeriksa beberapa barang seperti ponsel atau dompet yang mungkin saja tertinggal, ketika ekor mataku menatap sepiring nasi goreng serta segelas susu hangat di atas meja tanpa bisa di tahan lagi senyum di bibirku terbit begitu saja.

Entah karena apa namun aku merasa teramat lega ketika usahaku untuk menyiapkan sepiring nasi goreng atau sandwich berisikan daging dan sayuran segar di damping segelas susu hangat, air putih serta buah buahan ketika pria itu masih terlelap. Setelahnya aku akan menyibukkan diri seperti pergi lari pagi di pesisir pantai atau pergi ke taman belakang untuk mengurus tanaman. Aku tak menemani Kim Myungsoo sarapan hingga pria itu berangkat ke kantor jika tidak Kim Myungsoo yang memintanya.

Itu semua sudah berlangsung selama seminggu, aku selalu mensugesti diriku untuk terus menyediakan sarapan untuk Myungsoo. Aku tak ingin gentar meski semuanya berakhir mengenaskan. Seperti terabaikan secara percuma atau berakhir dengan tangkisan tangan oleh pria tersebut.

Aku hendak memutar kunci mobil untuk meninggalkan halaman rumah namun deringan ponsel dari balik tas putih tulang milikku mengurungkan gerakan tanganku. Aku meraih ponsel yang terus berdering tak sopan, dengan sedikit gerutuan aku membuka sebuah pesan masuk.

Disini aku berakhir saat ini, niatan awalku untuk pergi ke kampus pagi pagi buta harus tertunda karena sebuah pesan ajakan untuk bertemu.

Aku meletakkan gelas berisikan hot chocolate dengan pelan setelah menyeruput isinya, lalu mulai memberanikan diri untuk menatap lurus manik hitam yang sedari sepuluh menit yang lalu terus menghujami diriku. Setelah berdehem pelan aku mencoba berbasa basi sedikit.

"I--ibu... bagaimana kabar ibu dan ayah? Maaf saya belum sempat berkunjung ke kediaman ibu dan ayah." Senyumku terlempar, senyum yang sebenarnya teramat aku paksakan lantaran aku merasa sangat gugup ketika harus bertatap muka dengan ibu mertuaku ini.

Kim Rae In, ibu mertuaku tersenyum tipis. Menyesap teh hijau pesanannya sebelum kembali memusatkan atensinya ke arahku. "Bagiamana Kim Myungsoo, setelah tiga minggu ini berstatus sebagai suamimu?" Beliau mengenai inti topik tanpa mau merepotkan diri menjawab pernyataanku yang pasti ia yakini hanya sebuah basa basi dan sikap keformalitasan semata.

Dengan berat aku meneguk liur. Wanita di depanku ini sangatlah Kim Myungsoo sekali, bicaranya padat, jelas dan tentu saja dingin. "Engh.. baik bu." Jawabku sembari tersenyum meski dalam hati ragu. Ragu akan istilah baik yang baru saja keluar dari bibirku.

"Kim Myungsoo, oppa. sangat sibuk hingga akhir akhir ini ia sedikit mengeluh lelah dan migran, bu." Sambungku sembari meremas tali tas dari balik meja cafe.

Ibu Myungsoo mengangguk mengerti, wanita itu menegakkan badannya lalu kembali menatap kearahku. "Sejauh mana kau tahu Myungsoo, ji? Selama kalian berstatus suami istri?"

"M--maksud ibu?"

Beliau menghela napas panjang, lalu meraih tanganku ke dalam genggaman tangannya. Aku tersentak kaget dengan ekspresi wajah yang
tentunya terlihat bodoh. Wajah tegas dan tak tersentuhnya mendadak sendu, dalam hati aku terus bertanya sebenarnya apa yang ingin ia sampaikan. Dari gelagat dan mimik wajahnya jelas jika ibu mertuaku ingin menyampaikan sesuatu namun ragu.

"Kim Sooji?" Panggilnya lagi dengan tatapan semakin mengintimidasi.

Kim Sooji? Jujur hingga saat ini nama itu seolah masih belum dapatku terima begiti saja. Jika marga itu aku dapatkan hanya karena aku menikah dengan pria bermarga Kim, mungkin aku tak seberat ini. Namun semuanya melebihi harapanku. Margaku berganti dan akan tetap seperti ini hingga aku mati. Entah apa alasan Kim Myungsoo mengganti margaku secara legal namun aku meyakini ada maksud lain, sedikit yang ku tahu jika pria itu bukanlah pria yang senang memikirkan hal sepele seperti ini. Jadi dengan memikirkan pergantian nama seperti ini, aku sangat yakin jika ini bukan hal kecil.

IRISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang