epilog

3K 392 41
                                    

______________________________________

Vote and comment
______________________________________

Lima Tahun Kemudian

Gangnam, Seoul

Tringg...!

Bunyi lonceng yang sengaja di pasang di atas pintu masuk berbunyi nyaring, memperlihatkan sepasang remaja sekolah memasuki ruangan bernuansa coklat dengan aroma roti dan seduhan expresso yang sangat kuat.

"Selamat datang.." teriak ramah seorang bartender wanita dari balik etalase roti.

Sedikit tersentak sepasang remaja tersebut mungkin karena suara nyaring sang pelayan yang datang tanpa aba-aba namun eskpresi keduanya lantas berbinar ketika mereka mencondongkan wajahnya ke arah pajangan beraneka roti yang menggugah selera.

"Saya mau roti coklat kismis dengan secangkir coklat hangat, kalau oppa? " pesan siswi berambut panjang kecoklatan dengan tas punggung berwarna panstel.

Sang pria yang berdiri di sampingnya lantas tersenyum tipis dengan sesekali mengusak rambut depan sang kekasih dengan lembut.

"Samakan denganmu saja. Apapun pilihanmu, aku yakin itu yang terbaik." Sahutnya yang kontan menciptakan semburat kemerahan dari pipi sang wanita.

Setelahnya kedua remaja yang tengah di mabuk cinta itu pergi ke sudut ruangan sembari bergandengan tangan dengan sesekali saling melempar candaan.

Kekehan kecil keluar dari bibir wanita yang saat ini tengah asyik menjejali satu persatu kacang mede kedalam mulutnya. Sudah puluhan hingga ratusan tontonan layaknya drama seperti itu ia jumpai setiap hari dalam beberapa tahun belakangan ini.

Bagaimana tidak, jika setiap setelah jam makan siang wanita tersebut selalu menyamankan diri duduk di sudut ruangan kesukaannya hingga jam sore menjelang. Mengamati setiap momen menyenangkan dari pelanggan toko roti tersebut, bahkan seperti drama kecil yang baru saja ia lihat adalah secuil dari aksi di mabuk asmara muda mudi jaman sekarang.

Kekehan kecil kembali keluar dari bibir berbalut lipstik merah muda tersebut, kilasan masa menyenangkan yang sempat ia lalui dulu kembali berputar hanya karena adegan picisan yang selalu di lakukan remaja muda.

Semburat kemerahan di pipi siswi cantik tadi tak khayal pernah ia rasakan juga diwaktu yang indah bersama orang yang terindah juga, dimasanya.

"Cha eun-ji.. " panggilnya yang di sambut sang pelayan dengan sigap.

"Khusus dua remaja itu, jangan tarik harga apapun." Ucapnya sembari mengunyah kacang mede yang tersimpan di dalam rongga mulutnya.

"Lagi eonni? " tanya pelayan berperawakan mungil dengan rambut sebahu itu tak yakin.

"Apa yang lagi, eun-ji?" Tanyanya kembali dengan sesekali melempar pandangannya kearah jalanan melalui dinding kaca yang berada di sebelah kirinya.

"Kau memberikan pelangganmu makanan yang mereka pesan secara cuma - cuma. Bahkan dalam sehari kau akan melakukan hal itu dua hingga tiga kali." Celoteh sang pelayan dengan eskpresi yang menggemaskan hingga bibir yang menyunyah sebelumnya kembali terkekeh.

"Kau juga boleh membawa beberapa roti untuk pulang. Minta Cha Eun-see untuk menghabiskannya dan belajar dengan giat."

Anggukan senang dari gadis muda yang bernama Cha Eun-ji benar benar tulus, pasalnya ketika ia bertemu dengan wanita cantik di hadapannya tiga tahun yang lalu merupakan hal yang hingga kini tak luput dari rasa syukurnya. Wanita yang notabene nya sebagai boss pemilik kedai roti tersebut bukanlah sosok atasan yang biasa.

IRISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang