23

3K 505 62
                                    

Malam ini Sooji tengah berkutat dengan alat dapur serta bahan - bahan masakan. Setelah melihat - lihat resep makanan di youtube Sooji berencana membuatkan masakan sehat untuk Myungsoo.

Sooji menuangkan saus barbeque diatas daging steak yang sebelumnya telah ia panggang bersama bumbu - bumbu. Setelahnya dua pelayan yang sedari tadi bertugas membantunya kini meletakkan hidangan hasil kreasi sang nyonya diatas meja makan. Sedangkan Sooji masih sibuk mengaduk saus untuk salad kol yang tengah ia racik.

Dari ambang pintu, Myungsoo menaikkan sebelah alisnya dengan wajah datar tak berekspresi, mengamati setiap gerak tubuh sang istri. Sesekali bibirnya menipis ketika Sooji gelisah menyeka keringat di dahinya dengan lengan rampingnya.

Entah bisikan darimana hingga kaki yang masih berbalut sepatu pantofel mengkilat itu berjalan pelan tanpa menimbulkan suara kearah pantry dapur. Dua pelayan yang menyadari keberadaannya segera membungkukkan badan kearah Myungsoo dan pergi dari dapur.

" Ya Tuhan..." Sooji memekik dengan sebelah tangan mengacungkan sepatula panas karena ia terjingkat ketika sebuah tangan kekar menelusup di area perutnya dan belum lagi deru napas hangat menari diatas leher jenjang miliknya.

Myungsoo melepas pelukannya dan mundur dua langkah dari tubuh Sooji, kedua tangannya terangkat keatas ketika Sooji berbalik dengan sepatula mengacung di depan wajahnya.

"Woow... kau benar - benar Medusa." Myungsoo mengangkat sebelah alisnya menatap wajah kesal bercampur kaget sang istri. Ekspresinya terlihat lucu ketika wajahnya memerah dengan bibir mengerucut tinggi dan sebagai pria normal, Kim Myungsoo menikmati itu.

"Kau mengagetkanku, Kim Myungsoo." Seru kesal Sooji sembari kembali membalikkan badannya, mencoba mengacuhkan Myungsoo dan meneruskan masakannya.

Myungsoo meraih Kedua bahu Sooji dan membalikkan badan sang istri kehadapannya lagi. Manik hitamnya beradu dengan manik coklat cerah Sooji, keduanya tak bergeming dengan tatapan saling menghunus. Hening beberapa saat sebelum Myungsoo melangkahkan kaki mendekat kearah Sooji, mulai mengikis jarak pemisah keduanya. tangan Myungsoo menarik pinggul Sooji dan memelukkan dengan erat sedangkan sebelah tangan lagi terulur meriah spatula dan meletakkannya keatas meja pantry serta mematikan kompor listrik yang masih menyala.

"Ada apa?" Tanya Sooji, kedua tangan yang sebelumnya mengambang kini mulai terjatuh dan menimpa pinggang Myungsoo. Membalas apa yang terlebih dahulu di lakukan oleh suaminya.

"Biarkan seperti ini.." bisik Myungsoo di balik bahu Sooji, pria itu menumpukan wajahnya di ceruk leher Sooji. Sesekali mengendus dan mengecupnya.

Perkataan wanita tak tahu malu seperti Bae Irene kembali terngiang di dalam otak Myungsoo, wajah yang sebelumnya datar dan dingin kini memerah dengan sorot mata menajam.

'Dan istrimu adalah korbanmu selanjutnya!'

Entah mengapa namun ketika mulut korot Irene menyebut Sooji, darah yang semula mendingin tiba - tiba mendidih dengan sendirinya. Myungsoo bersumpah, apapun yang terjadi ia tak akan melakukan kesalahan yang sama terhadap Kim Sooji, istrinya.

'Apa yang terjadi dengan pria ini?' Kerutan di dahi Sooji mewakili apa yang kini menari di otaknya.

Beberapa menit berselang, Myungsoo mengurai kaitan tubuh mereka. Mendorong tubuh Sooji sedikit menjauh dengan kedua tangan mencengram bahu Sooji dengan erat, kuat namun penuh ke hati - hatian.

Ibu jari dan telunjuk Myungsoo mengarah ke dagu Sooji, menariknya keatas agar ia dapat menatap wajah sayu sang istri. Tangannya seolah tak terkontrol, bergerak lamban dan mengelus pipi mulus wanita yang telah beberapa bulan ini ia nikahi.

IRISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang