22

2.4K 543 68
                                    

Vote & comment, please!!

Myungsoo menggebrak meja kerja dengan kilatan menyala di kedua manik hitamnya, sedangkan Leo dan direktur perusahaan berjingkat dengan kepala yang semakin menunduk.

"Sebenarnya apa saja yang kalian lakukan selama ini, hah? Kalian meminta waktu lima hari dengan janji akan memenangkan saham RDM group tapi mana?" Desis Myungsoo dengan rahang yang mengeras serta bibir yang mengetat.

Impiannya untuk merebut perusahaan kecil dan terancam bangkrut saja sangatlah susah. Padahal perusahaan itu tidaklah banyak peminatnya tapi mengapa para anak buahnya yang berotak dangkal itu tidak juga mampu mengatasinya.

"Maaf tuan.. tapi kami kalah cepat dengan salah satu pengusaha pendatang baru yang---"

"Aku tidak menerima segala macam pembelaan, Leo." Potong Myungsoo dengan suara yang semakin memberat. Pria tampan itu memundurkan tubuhnya dan menyandarkan kepala belakangnya di punggung kursi. Kepalanya berdenyut semakin keras, setelah menangani tikus tikus tak tahu diri di dalam perusahaannya yang menggerogoti hartanya secara perlahan sekarang Leo dan direktur Nam datang dengan kabar yang tak kalah buruknya.

"Cari dan Nego siapa yang berhasil memiliki RDM. Yakinkan mereka jika tidak akan ada untungnya memiliki perusahaan sampah seperti itu, jika tidak karena lokasinya yang stategis untuk club malam mungkin aku juga tidak sudi untuk merebutnya." Desis Myungsoo dengan mata yang terpejam.

Leo dan direktur Nam mengangguk patuh, meski mereka tahu jika sang tuan tak akan melihat namun mereka tetap melakukannya sebagai tanda patuh dan hormat. "Baik, tuan. Kami akan berusaha semaksimal mungkin." Direktur Nam berusaha menyakinkan bossnya yang dalam keadaan hati yang buruk.

Myungsoo hanya berdehem dengan sebelah tangan mengibas kearah kanan yang berarti Leo dan direktur Nam harus segera meninggalkan ruangannya.

Direktur Nam mundur dengan teratur lalu berbalik dan melangkah kearah pintu keluar, berbeda dengan Leo. Pria itu masih mematung dengan sebelah tangan bergulir diatas tab guna memeriksa jadwal harian sang tuan.

"Tuan, setelah makan siang anda memiliki jadwal rapat dengan para petinggi perusahaan guna membahas masalah korupsi yang dilakukan oleh manajer Song."

"Cancel, Leo. "

Leo hanya mampu mengiyakan, ia tak ingin mendebat kali ini karena ia sangat tahu jika suasana hati sang tuan tengah buruk dan ia tak ingin menanggung akibat. Setelahnya Leo berpamitan dan pergi dari hadapan Kim Myungsoo.

Sepeninggalannya Leo, manik hitam Myungsoo terbuka dari katuban rapatnya. Menelisik dingin langit - langit ruangannya, pikirannya mengacau saat ini. Semuanya seolah saling bersekongkol untuk menjatuhkan Myungsoo. Masalah korupsi besar besaran yang dilakukan bawahannya, masalah RDM yang tak mampu ia genggam, masalahnya dengan Sooji serta masalah tersembunyi dengan pria yang kembali dengan profesi barunya.

Suara pintu terbuka tanpa ketukan membuat rahang Myungsoo semakin mengetat. Ia benci dengan ketidaksopanan dan ia tak akan main main dengan siapapun yang tidak tahu diri.

"Ada apa lagi?" Suara berat Myungsoo menggema dengan tatapan yang masih sibuk menerawangi langit ruangannya.

Suara berat dan dingin Myungsoo menyambut membuat wanita yang berdiri diambang pintu menarik kedua ujung bibirnya keatas. Suara ujung hak sepatu beradu dengan ubin membuat keheningan di ruangan bernuansa maskulin itu sedikit memudar.

Kedua alis Myungsoo mengerut ketika tidak ada sahutan dari lawan bicaranya. Ketukan sepatu yang ia yakini milik sekertarisnya juga semakin mendekat kearahnya. "Kau tetap saja sama.." suara lembut itu berhasil mengangkat kepala Myungsoo dari sandaran kursi.

IRISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang