28

2.4K 497 60
                                    

Cengkraman tangan mungil di kedua sisi meja seolah sebagai media pengalihan ketika rasa takut, sakit serta hancur tengah menguasai dirinya.

Rembesan airmata yang bercampur peluh menghiasi bagaimana wajah mungil nan polos pria kecil itu memucat dengan bibir yang bergetar hebat.

Kaki meja yang bertemu dengan ubin menimbulkan nyanyian kelam selain isakan tertahan di tengah ruangan remang serta hampa udara tersebut, hanya sebuah vetilasi kecil berhiaskan teralis besi di sudut atas dinding yang berhiaskan rumah - rumah hewan kecil bernamakan laba - laba.

"Pa--man apa setelah ini Ayah dan ibu pulang?" Suara kecilnya terdengar bergetar dengan isakan yang sekali dua kali lolos bersama erangan kesakitan.

"Hmmm... maka dari itu beri paman upah terlebih dahulu, setelah itu ayah dan ibu akan pulang!" Suara berat pria berperut buncit itu menggema dengan desahan laknat yang sudah dua bulan terakhir ini pria kecil itu selalu dengarkan ketika petang menyapa.

"Pa--paman apa nanti ibu akan mengobati pantatku yang sakit"

"Tentu. kim Myungsoo!"

Pekikan kesakitan lolos dari bibir tipisnya ketika hentakan keras menghujami tubuh bagian belakangnya. Tubuh kecil yang saat ini bertumpu pada sebilah papan itu bergetar hebat dengan isakan yang semakin kuat.

"Pa--paman apa setelah ini robot ironman ku akan kembali, kan?" Tanya nya lagi.

"Pasti, pria kecil!"

Ringisan serta sorot mata merah bercampur airmata itu dalam sekejap telah berganti dengan sebuah seringai tipis di iringi dengan sorot mata menggelap serta dingin. Rahang kecil namun tegasnya saat ini mengetat dengan raut wajah mengeras.

Kepala yang sebelumnya tertunduk itu pelan - pelan mulai terangkat dengan kaitan yang semakin kuat pada sisi meja kayu. Ekspresi ketakutan serta kesakitan pria kecil berusia tujuh tahun itu pergi tertelan rasa sakit yang mulai tak dapat lagi di terima oleh keringkiannya.

"Shin Dong Sup! Semakin keras!"

Pria yang di panggil Shin Dong Sup tersebut terbahak keras dengan kaitan kuat pada rambut bagian belakang pria cilik tersebut.

"Kenapa baru muncul, L ?"

Dengusan kecil keluar dari bibir mungil Kim Myungsoo, " pria cilik ini semakin keras kepala" erangan keluar dari bibir tipisnya "omong - omong kau mengalami berapa kali pelepasan?"

"Ahh... du----"

Doorrr!

"Shit!" Umpat Kim Myungsoo, tubuh kecilnya terasa memberat ketika badan tambun menubruk tubuhnya seiringan suara tembakan memekakan telinga.

"KIM  MYUNGSOO!"

Satu kali lagi isakan lolos dari bibir tua Kim Hyun Sik, dadanya terasa semakin sesak ketika bayang - bayang kelam tersebut kembali mengusai dirinya. Semua rasa bersalah yang semakin menggunung ini tidak akan pernah berkurang sedikitpun, pilihannya untuk menceritakan semuanya terhadap Sooji sejatinya bukanlah sebuah pengalihan agar rasa bersalah itu sedikit saja berkurang. Tidak, bukan itu tujuannya. Ia hanya merasa jika Kim Sooji sang menantu perlu dan harus tahu semaunya, terlepas wanita itu akan menerima putranya atau tidak setelah ini. Ia hanya akan semakin berdosa jika harus menyembunyikan semuanya dari Sooji ketika wanita lemah itu yang saat ini harus menerima akibatnya.

Semuanya mungkin telah  ketika bibir bergetar bibi Min melaporkan apa yang mengganjal, jika saja ia tidak memasang kamera pengawas di dalam ruangan kotor bekas gudang di belakang rumahnya mungkin tubuh kecil Kim Myungsoo akan semakin lama menerima luka.

IRISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang