4

2.3K 506 66
                                    

Sooji meletakkan segelas minuman herbal berbahan gingseng merah hangat di atas meja, setelah sebelumnya ia menyajikan semangkuk bubur rumput laut sederhana karna di dapur sederhana Soojung ia hanya menemukan semangkuk kecil beras, rumput laut kering dan beberapa bumbu penyedap.

"Minumlah.." seru Sooji sembari menatap nyalang ke depan gadis yang sedari tadi hanya menundukkan kepalanya.

Sooji senang karna dapat bertemu Soojung tanpa harus menyaksikannya diam-diam lagi namun bagaimanapun ia tetap seorang manusia biasa, sedikit rasa kesal terhadap orang yang telah berhasil memporak porandakan kehidupannya secara tidak langsung adalah manusiawi.

Soojung bergeming dengan bahu bergetar, Sooji tahu jika gadis itu tengah menahan tangisnya. Ia enggan bersikap manis saat ini, rasa kesalnya masih mendominasi. Biarkan Soojung menyadari semuanya terlebih dahulu, biarkan gadis itu merenungkan segalanya.

Sooji bukan keturunan dewi kebaikan, ia manusia normal yang juga memiliki sisi buruk. Ia juga dapat berkamuflase seperti tembok jika ia merasa di kecewakan separah ini.

Sooji menghembuskan napasnya kasar, sampai kapan ia akan melihat dan mendengarkan tangisan Soojung yang tertahan seperti itu. Suaranya sudah seperti tikus terjepit, Sooji malas mendengarnya.

Ia gadis berpendirian, pantang untuknya menangis di depan orang lain terlebih orang itu telah melukainya. Ia tak ingin terlihat lemah walaupun kenyataannya ia sangat rapuh.

"Habiskan buburnya dan minum minuman yang sudah susah-susah ku buatkan! jika enggan, buang saja!" Tegur Sooji sembari beranjak berdiri dan meraih tas miliknya.

"Aku pergi!" Pamit Sooji jengah.

Soojung mengangkat kepalanya, wajahnya sembab dengan aliran sungai kecil di kedua pipinya.

Segera Soojung mencekal tangan Sooji sebelum gadis itu benar-benar pergi dari plat kumuhnya.

Soojung berharap Sooji akan berteriak marah di hadapannya dan menampar kedua pipinya, ia tak pernah berharap jika Sooji akan seperti ini. Menolongnya dari bahaya, memasakkan makanan untuknya serta sedikit membereskan dapurnya.

Tak hanya itu, Soojung merasa semakin sakit ketika ia mendapati sikap dingin dan terkesan datar Sooji terhadapnya. Terlihat tak peduli namun begitu peduli, Soojung membenci sikap Sooji yang satu itu.

"To-long, jangan tinggalkan aku sendiri, kakak! " lirih Soojung dengan cengkraman kuat diatas pergelangan sooji.

Sooji menatap bergantian tangannya yang tercekal dan wajah Soojung yang sembab mengerikan.

"Kakak? Aku bukan lagi saudarmu, Jung Soojung. Bukankah kau sendiri yang memutuskan tali persaudaraan kita, hmm? " Sooji tersenyum miring ke arah Soojung.

Soojung menggelengkan kepalanya cepat dengan airmata yang terus mengalir, "tidak! Maafkan aku, Ji. Maafkan aku!" Racaunya dengan cengraman semakin kuat di atas pergelangan tangan Sooji.

"Menyesal, heh? Kau membutuhkan ku saat ini?" Tanya sarkas Sooji. Menurut Sooji bagaimanapun keadaannya Soojung tetaplah bersalah, ia harus menerima resiko atas kesalahan yang telah ia perbuat. Sooji sudah memaafkan Soojung namun wanita itu harus tetap menerima ganjarannya.

"Maafkan aku, ji." Soojung tak dapat berkata-kata lagi kecuali kata maaf. Ia gadis labil dengan segala kelabilan yang ternyata menggerogoti dirinya sendiri. Dahulu ketika ia bermain api dengan Mingyu di belakang Sooji, ia tak pernah memikirkan hal seperti saat ini. Ia hanya terlena akan cinta yang ditawarkan Mingyu untuknya tanpa berpikir panjang.

"Ketika kau bermain api di belakangku, apakah kau memikirkan sehancur apa hatiku? Kau egois, jung Soojung! Kau melukaiku dan saat ini kau membutuhkanku. Aku benar-benar membencimu!" Sooji menghempaskan tangan yang dicekal Soojung dengan mata memerah menahan tangis.

IRISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang