3

2.4K 480 43
                                    

Sooji mendesah pelan, setelah ia membaca pesan singkat dari detektif bayarannya. Kepalanya sontak dibuat pening oleh kerumitan yang ada.

"Untuk apa Mingyu pergi ke London?" Gumannya seorang diri sembari memijit pelipisnya.

Semuanya semakin misterius dan rumit. Kenyataan saat ini tak sebanding dengan pemikirannya tempo lalu, ketika ia berusaha melepas apa yang seharusnya di lepas. Sooji mengira ketika ia mencoba mengalah dan mundur secara teratur, kebahagian akan segera Soojung dan Mingyu dapatkan. Menikah dan memiliki anak, pikiran Sooji se sederhana itu dan tak pernah berfikir akan halangan sebesar ini.

Saat ini, Sooji tengah berada dalam keadaan ragu. Haruskah memilih menyelidiki semuanya sendiri dan ikut campur masalah Soojung tanpa izin atau pergi menemui Soojung dan mencoba membantu semuanya.

Desahan lelah kembali keluar dari bibirnya. Terkadang ketika ia sudah pusing dan tak mampu lagi menebak dan mencari jalan akan masalah yang tengah Soojung hadapi, ia mencoba untuk acuh masa bodoh.

Ini karma! Balasan Tuhan begitu cepat menghampiri Soojung dan Mingyu, seakan Tuhan sangat mengutuk keduanya. Haruskah sooji bersyukur dan bahagia diatas penderitaan adik terkasihnya?

★★★

London

Mingyu mengeratkan giginya kesal, kedua tangannya terkepal kuat melihat sikap tak acuh lelaki di depannya kini.

"Lalu bisakah kau membantuku kali ini?" Tanya Mingyu untuk kesekian kalinya.

Bukannya menjawab pertanyaan mendesak Mingyu, pria berwajah datar tak berekspresi itu tetap berkutat dengan laptop hitam miliknya. Mempelajari materi untuk meetingnya empat puluh menit lagi.

Mingyu sempat terheran, bagaimana bisa pria di depannya itu tetap tenang dan fokus ketika ia tengah mengacau seperti ini.

"Jawab, bisa atau tidak? Aku jauh-jauh kemari, tapi begini saja yang aku dapatkan. Kau tak pernah berubah!" Kesalnya dengan mata memerah.

Mingyu benar-benar hancur, impiannya untuk segera mempersunting Soojung setelah melewati halangan yang cukup besar yakni Sooji, harus kandas sudah.

Dua bulan setelah ia mengecewakan wanita yang pernah singgah di hatinya selama tiga tahun itu, namun belum juga ia dapat merealisasikan tanggung jawabnya.

Halangan kembali datang, dan kini cukup besar dan sulit untuk di hadapi. Bukannya hanya satu namun dua, ia harus mampu menghadapi dua rintangan lagi. Dan salah satunya pria di depannya kini.

"Apa urusannya denganku? Itu urusanmu! Masalahmu!" Tukas pria itu, datar tanpa mau bersusah-susah mengangkat dagunya hanya untuk menatap wajah murka Mingyu.

"Iya! Tapi ini tak akan menjadi semakin rumit jika kau tak seperti ini, hyung. " geram Mingyu.

"Memangnya aku kenapa?" Seolah memutar balik fakta, pria itu memang pantas dengan julukannya saat ini. Si mulut wasabi.

Mingyu mendengus kasar, di usapnya wajah tegang yang sedari tadi ia pancarkan.

"Kekasihku sudah mengandung empat bulan, dan aku harus segera menikahinya."

"Ya sudah nikahi! Apa susahnya?"

"Shit! Kau brengsek!" Geram Mingyu sembari menggebrak meja. Cukup sudah batas kesabarannya kali ini, benar memang tentang feeling nya jika ia akan pulang ke Korea dengan tangan kosong.

IRISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang