13

2.1K 478 37
                                    

Kim Myungsoo - meletakkan berkas yang di rasa sudah cukup untuk di periksa dan kembali meraih berkas lain yang berada di tumpukan teratas.

Mulai membacanya dengan teliti, seolah ia tak ingin ada satu huruf pun yang terlewatkan dari sorot matanya. Sesekali gerakan tangan kanan yang menggenggam bolpoin mencoret atau melingkari kata kata yang menurutnya perlu di perbaiki atau memang tak di butuhkan dalam proposal tersebut.

Setelah merasa indra pendengarannya tak lagi mendengar ocehan dari vernon, lantas Myungsoo menegakkan kepalanya dan menutup berkas yang sebelumnya ia baca.

"Sudah?" Tanya menuntut dengan alis terangkat sebelah.

Vernon mengangguk yakin, ia sangat yakin akan informasi yang telah ia sampaikan beberapa menit lalu kepada sang Tuan. Bahkan ia telah memilah serta berucap dengan sangat hati hati, ia tak ingin menyinggung ataupun membangkitkan sisi lain dari sang Tuan. Vernon sangat mengerti akan sisi temperamental Kim Myungsoo.

"Iya, Tuan. Hanya itu yang dapat saya sampaikan hingga saat ini."

Myungsoo menggaruk alisnya pelan lalu meraih sebuah Mouse Bluetooth di hadapannya dan melemparkan tepat kearah pelipis Vernon dengan cukup keras.

Vernon tersentak kaget, dahi miliknya yang menjadi bahan pelampisan sang tuan langsung terasa nyeri dan berdenyut, ketika tangannya mencoba meraba tampaklah darah yang menempel di jemarinya. Vernon hanya mampu meringis, enggan protes ataupun memekik karena ia sadar jika saat ini ia tengah menghadapi iblis jantan yang sepertinya sedikit terusik karena informasi yang baru saja ia sampaikan.

"Keluarlah!" Suara Myungsoo tenang namun sarat akan penekan.

Vernon mengangguk paham, membungkukkan badan sekilas lalu berjalan mundur dan berbalik kearah pintu.

Myungsoo menatap nyalang kearah pintu yang tertutup pelan, "brengsek!" Erangnya kala ucapan demi ucapan vernon tadi kembali terngiang di kepalanya.

"Nona Bae Sooji, terdaftar menjadi salah satu penumpang tujuan Tokyo pukul empat pagi tadi, Tuan."

"Apartement miliknya sudah terjual sedangkan saudara perempuannya saat ini menetap di apartement milik Tuan muda Kim Mingyu."

"rumah keluarga Bae yang berada di kawasan Hannam-dong masih ada meski kosong dan hanya ada beberapa pelayan yang bertugas menjaga dan membersihkannya."

Myungsoo menyeringai misterius, sepertinya Bae Sooji tidaklah sepolos yang ia kira. Sempat ia terkecoh tingkah laku dari seorang Bae Sooji, diam dan terkesan menurut tanpa banyak berontak meski sesekali gadis itu mencoba untuk menolak atau melancarkan aksi nego terhadapnya.

Myungsoo salut akan sikap berani mengambil keputusan Bae Sooji, buktinya Sooji bergerak cepat mencoba menghindar dan menjauh darinya.

Sooji salah besar jika mengira dengan pindah mendadak dan menjual asetnya di Seoul lalu pergi ke luar negeri, ia akan terhindar dari Kim Myungsoo. Yang Sooji tak tahu, Myungsoo bahkan telah mengantongi lama alamat rumah orang tuanya di Tokyo, jumlah aset serta letak beberapa investasi tanah dan bangunan milik ayahnya, bahkan pria itupun tahu jika tahun ini Tuan Bae sudah membayar pajak atau belum.

Semuanya tak luput dari pengawasan seorang Kim Myungsoo. seharusnya Sooji tak memeluknya saat itu, seharusnya Sooji tak merengkuhnya dan membisikkan kata kata yang mampu membuat Myungsoo tenang dan bergantung, seharusnya Sooji menolak ketika Myungsoo mengajaknya ke apartement pribadi milik pria itu dan juga tak harus mereka berdua tertangkap oleh kamera pengawas milik orang tua Myungsoo, seharusnya gadis itu menjauh lebih awal jika tak ingin terjerak oleh Kim Myungsoo seperti saat ini.

IRISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang