19

2.3K 495 54
                                    

"Tidak.. tidak tuan.. s-saya tidak dapat melakukan ini semua!" Vernon memperkuat kepalan tangannya yang semakin dingin.

Sorot mata memancarkan sebuah ketakutan serta rasa enggan yang mendalam, tak pernah sekalipun ia menolak perintah sang tuan atau bahkan sedikit saja melanggar. Semuanya ia lakukan dengan patuh dan sepenuh hati berbeda untuk kali ini, untuk yang pertama dalam enam tahun ia mengabdi dibawah kekuasaan sang tuan__Kim Myungsoo ia merasa enggan untuk melakukan apa yang sudah di titahkan untuknya. Bukannya tak tahu diri namun akal sehat vernon masih berjalan.

"Lakukan atau serahkan Jantungmu kepadaku, sekarang juga!" Desis sang Tuan lalu menatap tajam kearah pria muda yang ia angkat sebagai orang kepercayaannya.

"Tuan.. a-anda yakin? I-ni nona.. tunangan tuan muda.." vernon menatap lekat tepat pada kedua bola mata sang tuan, persetan dengan sebuah tata krama ataupun sopan santun. Ia hanya ingin menyadarkan sang majikan jika semua ini salah, teramat salah dan tidak pernah di benarkan oleh alam semesta.

"Lakukan, vernon! Aku membayarmu untuk mematuhi semua perintahku bukan untuk menasehatiku."

"Tuan.. ya Tuhan! S-saya tid---"

"Brengsek! Lakukan saja! Tabrak dan semuanya selesai!" Teriak Kim Myungsoo dengan tatapan membunuh kearah Vernon, pria itu berjalan cepat kearah ambang pintu yang saat ini vernon berdiri mematung disana dan...

DOORR!

Sebuah timah panas bersarang begitu saja di mata kaki sebelah kanan Vernon. Pria itu membeku dengan airmuka yang teramat sulit untuk di artikan. Semuanya terlalu mendadak dan ia sadar jika semua ini memang kesalahannya. Kesalahannya menentang dan semakin membuat sang tuan berada di ujung tanduk. beruntung sang tuan menembak kakinya, bagaimana jika uluh hati atau kepala seperti yang sudah-sudah.

"Lakukan! Perintahkan anak buahmu saja." Kim Myungsoo memasang wajah datarnya kemudian berbalik badan dan kembali menyelipkan pistol kesayangannya di balik jas putih yang saat ini ia kenakan.

"Pergilah! Obati lukamu."

"Tuan muda.. maaf.. S-saya memang lancang, namun saya berharap tuan kembali berpikiran jernih. S-semua--"

"PERGILAH. BRENGSEK! Kau tahu apa tentang masalah hati, hah? Wanita itu menghianatiku jadi sudah seharusnya ia lenyap dari muka bumi ini!"

"Tuan.. nona Suzy sedang mengandung an--"

"Itu bukan anakku! PERGILAH! Atau aku akan menembak kepalamu!" Teriak Kim Myungsoo dengan wajah memerah serta rahang yang semakin mengeras.

"Tuan.. tuan muda..."

"AAARGGHH BRENGSEK!"

Kim Myungsoo terperanjak dari tidurnya, badan yang semula ia letakkan nyaman pada sandaran kursi kerja seketika menegak dengan wajah memerah serta peluh memenuhi dahinya.

Lagi, mimpi yang selama ini selalu ia hindari seolah kembali menghantui kehidupannya. Mimpi yang teramat buruk, sehingga setiap kali ia memimpikannya semua organ dalam tubuhnya seakan berhenti bekerja.

Bukan, bukan perkara menyesal yang mendarah daging namun tentang sebuah rasa benci, benci terhadap dirinya sendiri. Ia benci dengan keadaannya yang seperti ini, menjadi manusia iblis bukanlah keinginannya namun lagi lagi ia harus bertekuk lutut dengan jiwanya sendiri.

Pintu ruang kerja pribadinya terbuka dengan kasar dari luar, disana Kim Sooji sang pelaku berdiri mematung di ambang pintu dengan gaun tidur berbahan sutera.

"Ada apa, Kim Myungsoo? Kau mimpi buruk lagi?" Pertanyaan Sooji mengarah pada pernyataan yang sudah biasa gadis itu temui. Ya gadis, Kim Myungsoo masih menganggap istri yang ia nikahi tiga bulan yang lalu adalah seorang gadis karena pada kenyataannya Sooji masih seorang gadis, ia tak pernah menyentuhnya lebih dari sekedar berpelukan ataupun berciuman.

IRISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang