29

2.7K 470 54
                                    

Kim Myungsoo - memundurkan badannya satu langkah ke belakang hingga dua badan yang tadinya bertaut tanpa jarak kini terurai dengan jarak yang cukup kentara.

Myungsoo menghela napasnya sesaat sebelum tangan kanannya masuk ke dalam saku celana depan lalu menarik ponsel miliknya yang berdering nyaring.

kim Sooji membatu di tempat semula dengan sorot mata menajam kearah bagaimana raut datar Kim Myungsoo saat ini bermain ekspresi. Jika boleh jujur, Sooji sebenarnya sama saja dengan kebanyakan wanita lainnya. Menggagumi serta menggilai bagaimana seseorang terlalu sempurna untuk di buat nyata itu.

Myungsoo memiliki tubuh proporsional dengan bahu lebar serta tubuh kekar, pahatan wajahnya sempurna tanpa cela sedikitpun. Sorot mata yang selalu berpancar dingin dan datar nyatanya membuat sosok lelaki itu semakin mempesona.

Jika di lihat sekilas tak ada yang salah dari diri seorang Kim Myungsoo. Pria itu tampan bahkan terlalu tampan hingga mustahil menjadi nyata, diam saja sudah mampu menarik siapa saja untuk memuja keagungan Tuhan melalui dirinya.

Satu yang Sooji ketahui, pria itu terlalu pandai bermain peran. Pandai menekan terlalu dalam sosok lain dari dalam tubuhnya sehingga orang lain tak akan pernah menyadari keganjilan dalam dirinya.

"Hmmm...." guman Myungsoo malas lalu menarik ponsel agar menjauh dari telinganya.

Sooji mengerjapkan mata dengan deheman halus ketika Myungsoo membalas tatapan matanya, mereka suami istri namun terlalu kikuk hanya untuk saling berbalas pandangan persis seperti tingkah remaja tanggung yang labil dan baru merasakan cinta sesaat.

Myungsoo memalingkan wajahnya ke arah kanan lalu berdehem keras mencoba kembali menetralkan suaranya yang mulai memudar atau lebih tepatnya mencoba menormalkan detak jantungnya yang mulai menggila.

Jantungnya berdebar dan ia tahu hal itu hanya tidak sengaja terjadi, iya Kim Myungsoo menyakini hal tersebut bukan karena hal lain.

"Aku akan kembali ke kantor. Leo memintaku kembali." Ucapnya lalu dengan ragu mulai kembali memandang sorot mata sayu sang istri " kau beristirahatlah. Aku akan meminta Vernon untuk menjagamu."

Sooji hanya mengerjap polos lalu menganggukkan kepala pelan.

"Aku akan menghubungi ayah dan ibumu. Setidaknya mereka berhak tahu jika kau saat ini sedang tidak baik - baik saja." Sambung Myungsoo setelah yakin tidak mendapatkan balasan dari Sooji.

"Tidak perlu. Jangan katakan apapun kepada orang tuaku. Aku juga sudah meminta Soojung dan Mingyu untuk tidak menghubungi mereka." Sanggah Sooji dengan kepala menggeleng.

"Kenapa?" Tanya Myungsoo sembari menghela napas panjang "tidak ada. Aku hanya tidak ingin membuat ayah dan ibu khawatir. Aku baik - baik saja."

Kim Myungsoo si kepala batu, nyatanya tidak sebanding dengan Kim Sooji yang keras kepala akut.

"Baiklah jika itu maumu. Aku pergi." Myungsoo melangkah maju kearah Sooji mengecup lembut dahi Sooji kemudian mengelus pipi mulus sang istri sesaat "setelah selesai aku akan cepat kemari."

Sooji semakin membatu, tangannya yang bergetar merambat naik dan menyentuh pelan dadanya yang nyaris meledak karena degub jantungnya yang menguat.

_ I R I S _

"Sudah disini saja." Vernon menghentikan kegiatan mendorong kursi roda istri dari tuannya tersebut setelah suara lembut sang nyonya mengintrupsi.

"Ada yang nyonya inginkan?" Tanya Vernon berdiri tepat di samping kursi roda sang nyonya yang saat ini berada di taman belakang rumah sakit setelah ia harus mengalah ketika sang nyonya mendebat ingin jalan - jalan dan mencari udara segar.

IRISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang