8

2.5K 521 43
                                    

Myungsoo mengurai tautan tubuh mereka, meski merasa tak rela namun ia harus melepaskan pelukan hangat tersebut.

Akal sehatnya masih dapat bekerja walaupun otak dan hatinya tengah kacau, berdekapan seerat itu di muka umum bukanlah pilihan yang baik jika ingin sebuah kenyamanan yang lebih.

Selain angin sore yang semakin berhembus kencang, lalu lalang orang orang yang tengah menatap dengan tatapan aneh membuatnya risih dan semakin tak enak hati.

Myungsoo terpaku, mata hazel yang mengkilat cerah di tambah dengan sinaran dari matahari sore membuat dalam diri Myungsoo tergelitik.

Tatapan yang sendu namun tajam seolah olah menusuk relung hatinya yang tengah kacau.

Lagi, selain pelukannya yang terasa nyaman. Sorot mata bening itu juga membuat hati Myungsoo menghangat.

Lima tahun hatinya membeku, sebagaimana musim terus berganti namun hatinya tetap mendingin tanpa pernah ada pergerakan yang berarti.

Namun detik ini ketika sorot mata meneduhkan itu menatap tepat pada manik hitamnya, benar benar membuat Myungsoo tenang tanpa harus meneguk obat penenang sekalipun.

Ini salah. Ya Myungsoo sadar jika ini salah dan tak pernah masuk akal. Ini pertemuan kedua mereka dengan cara yang tak sengaja namun hati Myungsoo benar benar menghangat dan tenang.

Tanpa berniat membuka mulutnya sedikit pun, Myungsoo segera menarik tangan halus yang sebelumnya telah ia kaitkan dengan jemarinya.

Tanpa penolakan. Sooji mengikuti tarikan tangan Myungsoo dan Sooji tak berniat untuk protes.

Melihat dari kekacauan pria itu, segala macam pertanyaan yang bersarang di otaknya tak mampu Sooji ungkapkan.

Pria itu kacau dan tak berdaya, Sooji tahu itu walaupun telah di tutupi oleh wajah dingin dan sedikit sifat arogansi namun Sooji masih tetap mampu melihat sisi lain dari dalam diri Myungsoo.

Sooji berniat mendekat, menelisik apa yang sebenarnya terjadi dan berniat sedikit bergerak untuk kepastian antara Soojung dan Mingyu yang harus terhalang oleh pria aneh di depannya.

Sooji menghela napasnya, maniknya menatap lurus bahu tegap berbalut jas kerja yang saat ini memimpi jalan untuknya.

"Masuk" Myungsoo mendorong pelan bahu Sooji setelah ia membukaan pintu mobil Audi hitam miliknya dan meminta agar gadis itu masuk ke dalamnya.

Sooji menatap sejenak manik hitam kelam Myungsoo kemudian memilih menganggukkan kepala dan masuk ke dalam mobil sesuai perintah pria itu.

Myungsoo menutup pintu penumpang pelan dan memutar, membuka pintu mobil pengemudi dan melajukan mobilnya keluar dari area parkir perusahaannya.

Hening. Selama perjalanan hening. Mereka larut dengan pemikiran masing masing.

Sooji melirik sekilas kearah Myungsoo yang tengah terfokus kearah jalanan yang cukup ramai karena waktu menunjukkan pukul enam petang dan itu artinya waktu para pekerja menyudahi segala kegiatannya.

Sooji memalingkan wajahnya kearah luar jendela mobil, jejeran pepohonan dengan semburat sedikit gelap berpadu dengan warna jingga dari sang surya yang bergerak menuju peraduannya benar benar terlihat indah.

Sooji enggan bertanya mau kemana pria itu mengajaknya pergi, ia pasrah saja. Bukankah Sooji adalah wanita berbekal ilmu bela diri, jadi jika pria dingin di sebelahnya macam macam maka Sooji mampu mematahkan lehernya hanya dalam waktu semenit saja.

Mobil Audi hitam itu berbelok kearah basement apartement, Sooji mengangguk paham. Pria itu akan membawanya ke apartement pribadinya, mungkin dia akan meminta maaf atau berterima kasih padanya, entahlah. Intinya Sooji hanya akan mengikuti permainan yang terjadi, selama itu dalam batas normal.

IRISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang