"kaya kenal tempat ini gak asing gitu" ucap radhika sambil memajukan tubuhnya dan membuka kaca mobil memandang sekitar.
"Ini kan tempat bakti sosial waktu itu" ucap radhika antusias.
Shakti lebih memilih bungkam dan fokus menyetir. Sedangkan radhika? Jangan tanya lagi seberapa banyak pertanyaan yang berkeliling di kepalanya kuncinya hanya satu "bersabar".
"Shakti aku laper"
Namun tidak ada respon dari shakti.
"Shakti" ucap radhika sekali lagi.
"Nanti aja kalau mau makan"
Radhika hanya mendengus dan lebih memilih menyibukkan diri dengan ponselnya.
"woi lo dimana? Gua tadi kerumah lo kata nyokap lo cabut sama shakti"
Radhika hanya menatap layar ponselnya dengan malas tak berniat sedikitpun membalas pesan dari ritika. Ia paham betul bagaimana sifat kepo sahabatnya yang satu ini, namun bukan ritika namanya jika dia akan berhenti mengganggu radhika demi mendapatkan apa yang dia inginkan.
"eh kutu gaya banget lo ya. Bales dong"
Satu pesan lagi dari ritika dan kali ini secara terpaksa radhika harus membalas nya.
"Apaansi gua aja gatau gua dibawa kemana"
"ya tanyalah bego!"
"udah nanya ga dijawab"
"rada rada sih pacar lo itu"
"Dia bukan pacar gue."
"ati ati lo dibawa ke semak semak haha"
Membaca pesan singkat itu membuat radhika semakin malas untuk membalasnya. Moodnya sedang tidak baik,bagaimana mau baik? Dia capek setelah kemarin kegiatan bakti sosial yang cukup menguras tenaganya, ditambah dengan kakinya yang walaupun sudah sedikit membaik setidaknya terkadang dia masih merasakan nyeri lalu sikap shakti yang selalu berubah ubah menambah memperburuk moodnya.
"Sampe" ucap Shakti saat sudah memberhentikan mobilnya tepat disebuah hotel yang tidak terlalu mewah namun dari bentuknya sepertinya bintang lima. Karena disekitaran sini jarang sekali ada hotel seperti ini, ya kalau dibandingkan sama bangunan lainnya bisa disebut ini hotel bintang lima. Mereka pun turun dan berjalan menuju meja resepsionis.
"Mba saya sudah booking 2 kamar atas nama shakti arora" ucap shakti dengan ramah
"Sebentar pak saya chek terlebih dahulu"
"Ini kunci kamarnya,nomor kamar nya 121 dan 122"
"Terimakasih" ucap radhika dan berlalu menyusul shakti yang berjalan didepannya. "Ini kuncinya,nanti malam ikut saya ke rooftop" ucap shakti sambil menyerahkan kunci nomor 122 dan tak lama dia pergi menuju kamarnya. Setelah menerima kunci radhika pun masuk kedalam kamarnya dan merebahkan diri dikasur. Melepaskan penat dan memejamkan matanya menikmati udara disekitar.
Pukul 16.00 WIB.
Setelah dia memesan beberapa makanan dan telah selesai makan kantuk pun melanda dirinya. Dia pun memejamkan matanya sejenak, dia berfikir shakti hanya memberi tahu dirinya harus bersiap nanti malam dan tidak memberitahu kan jam berapa mereka akan ke rooftop bisa saja jam 8 atau mungkin jam 10? Atau jam 12 bersama penunggu lainnya? Ah tidak mungkin juga. Lebih baik ia men istirahatkan tubuhnya terlebih dahulu dan melepas lelah.
Pukul 18.00 WIB. Radhika terbangun dan segera mandi, ia bersiap untuk malam ini. Ia mengenakan dress selutut berwarna biru dan memperlihatkan kulit putih nan mulusnya dia juga memakai kalung liontin pemberian mamanya. Rambut nya dia tata sebaik mungkin dan menggunakan sepatu high heels yang kira kira 5cm tingginya. Ia tidak tahu mengapa ia berpakaian seperti itu, padahal shakti tidak mengatakan apapun hanya menyuruhnya datang ke rooftop namun feeling radhika berkata akan ada sesuatu yang akan terjadi walau ia tak tahu apa itu.
Radhika pun datang ke rooftop dan melihat punggung shakti. Dengan ragu radhika menghampiri shakti dan memanggil namanya.
"Shakti" mendengar suara itu spontan shakti langsung menoleh dan sesaat terpesona melihat penampilan radhika.
Bisa dikatakan pakaian mereka sangat senada hari ini shakti yang mengenakan jas hitam dan kemeja putih didalamnya lengkap dengan sepatu hitamnya dan juga rambutnya yang ditata sebagus mungkin menambahkan kesan glamour pada penampilan nya .
"Radhika" ucap shakti dengan nada datarnya.
"Iya sss...hakti" Radhika tak bisa menutupi kegugupan nya didepan shakti, ia hanya mencoba untuk menetralisasikan degupan jantungnya yang berdetak cepat.
"Sini" ucap shakti agar radhika sedikit mendekat padanya. Dan saat pandangan teduh shakti bertemu manik mata radhika kerinduan meliputi radhika,rasa rindu yang entah sejak kapan ia pendam dan kegelisahan yang tak kunjung akhir hari ini ia berhasil untuk mendapatkan cahaya baru di mata shakti.
"Sekarang jelasin semuanya sama saya" ucap shakti sambil memasukan jarinya ke saku celana. Radhika mempersiapkan dirinya untuk menjelaskan semuanya. Dia mengambil nafas panjang dan dengan mantap ia berkata "Shakti, sebenarnya waktu itu aku ga sengaja mendengar ibu kamu.. "
Bugh!!
Belum sempat radhika menyelesaikan perkataan nya shakti telah jatuh terhuyung ke belakang dengan darah mengalir di kepala nya. Radhika pun menutup mulutnya dan kristal bening itu turun membasahi pipi mulusnya.
"arya?"Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
My life starts from you
FanfictionSenja nya masih sama, pagi nya juga masih sama. Satu hal yang berbeda, Senyumnya. Senyumnya yang perlahan menghilang sesuai dengan berjalannya waktu. Pertemuan singkat yang menjadi awal dari sebuah kehidupan semu. semuanya terasa monoton hidup deng...