"Yang Mulia, mohon tenang, saya yakin Perdana Menteri akan mendukung anda," saran Pak Kim yang mungkin ikut merasakan kekhawatiranku.
Sebenarnya kali ini aku yakin Perdana Menteri akan bersedia mendukung rencanaku. Tidak banyak yang aku khawatirkan.
Tetapi di lain sisi aku merasa belum siap, ragu akan jalan yang aku ambil, tidak yakin aku bisa menanggung dosanya nanti. Dosa yang tercipta setelah aku hancurkan sendiri dinasti yang telah lama di bangun oleh leluhurku.
"Pak Kim, apa aku melakukan hal yang benar."
"Mendiang Raja pasti bangga pada anda Yang Mulia."
Aku harap Pak Kim benar.
"Yang Mulia, Perdana Menteri datang berkunjung," suara pelayan mengabarkan kedatangan Perdana Menteri, "persilakan masuk," jawab Pak Kim singkat, dengan suara khasnya.
Aku coba merapikan posisi dudukku, tidak dipungkiri, aku takut. Kerajaan adalah rumahku, keluargaku sendiri, haruskah aku melangkah sejauh ini?
"Saya datang memenuhi permintaan Yang Mulia," sapa Perdana Menteri, dia membungkuk sopan padaku. Kami jarang bertemu, tetapi aku ingat betul wajah tidak sukanya ketika melihatku. Sama persis seperti ekspresinya sekarang.
Aku hanya mengangguk tersenyum, dan dia duduk setelahnya, tepat di depanku, ada meja kaca panjang setinggi betis memisahkan kami.
Perdana Menteri bukanlah orang yang ingin aku ajak berbasa-basi, aku ingin langsung pada intinya dan segera keluar dari auranya yang mengintimidasi.
Kemudian, Pak Kim menyodorkan satu bundel dokumen padanya, berisi nama sekaligus apa saja bentuk kecurangan yang pernah dilakukan setiap anggota dan pejabat kerajaan.
"Yang Mulia?" Perdana Menteri hanya membukanya sekilas, dan dia langsung tahu dokumen apa itu.
"Kim Heechul, aku tidak menemukan namamu di dalam sana."
"Saya yakin, Yang Mulia sudah mempelajari banyak hal tentang saya."
"Kalau kau memang sebersih itu, katakan padaku sebesar apa rasa cintamu pada rakyat!"
"Melebihi rasa cinta saya pada Yang Mulia."
Berani sekali dia, aku tertawa tidak percaya. Perdana Menteri menunjukan rasa tidak sukanya padaku secara langsung, di depanku.
Tetapi aku senang, aku yakin telah menemukan orang yang tepat.
Untuk membela rakyat, dan membantuku membawa kehancuran pada sistem monarki kerajaan.
"Rasa cintamu tidak ada gunanya, tanpa bukti. Buktikan padaku! Kumpulkan orang-orangmu, jadikan mereka besar. Sebesar dan sekuat mungkin hingga kau yakin bisa menggulingkan kerajaan."
"Yang Mulia?"
"Kau tahu apa maksudku, aku tidak akan mundur dan dengan mudah membiarkan kekuasaanku kalian ubah menjadi Republik."
"Jadi Yang Mulia ingin kami memberontak?"
"Iya, siapkan pasukanmu! Bangun partai politik yang besar, dan aku akan membantu kalian dengan mengesahkan UU Partai Politik. Lakukan secepat mungkin, karena aku tidak punya banyak waktu."
Wajah Perdana Menteri Kim Heechul berubah, di sela kagetnya, dia mulai menunjukan rasa hormatnya padaku.
Sudah seharusnya. Akhirnya aku bisa membawa dia kepihakku.
Bersambung
Jika ada yang membingungkan silakan ditanyakan
Tidak banyak informasi tentang perubahan sistem pemerintahan dari kerajaan ke Republik yang bisa saya temukan, terakhir yang saya baca adalah Nepal yang memang berubah dari kerajaan jadi Republik di tahun 2013, dan kasusnya berbeda dengan yang saya angkat di ff ini, jadi mohon maaf jika pembaca menemukan keanehan atau ketidakmasukakalan yang sedikit terkesan saya paksakan di sini.
Akhirnya, namanya juga fiksi. 😂
Terima kasih,
Habi 🐘
KAMU SEDANG MEMBACA
The King of Two Stars (Completed)
FanfictionA Lee Donghae Fanfiction Tidak pernah kubayangkan sebelumnya, demi indahnya langit sore tadi, menawan bak lazuardi, namun sendu pada waktunya berganti malam. Nikmatnya bahagia tergantikan dengan cepat, senyum lebar yang membuat pipiku pegal dengan m...