Keributan besar terjadi di kerajaan sejak Undang Undang Partai Politik disahkan.
Kemelutnya seperti kabut, terasa dingin, gelap dan menakutkan. Bergerak cepat oleh angin, memenuhi setiap sudut dan lorong istana.
Semua orang berubah waspada, ketika mulai menyebar kabar burung tentang parlemen yang terpisah menjadi dua kubu.
Antara pihak Pangeran Sungmin, dengan Perdana Menteri Kim Heechul. Antara mereka yang ingin mempertahankan kerajaan, dengan golongan yang menginginkan reformasi.Ditambah munculnya faksi-faksi oportunis ke permukaan.
Kacau semuanya, namun anehnya wajah Donghae menunjukan kebalikannya.
Rautnya lebih tenang, seolah beban berat yang dia tanggung diterbangkan jauh oleh angin yang sama, serupa dengan bayu yang membawa kabut masuk ke istana.
"Yang Mulia, Perdana Menteri sudah datang, dan sedang menunggu anda di ruang tamu," suara Pak Kim lembut, takut mengagetkan Donghae yang tengah serius menyimak acara berita di TV.
Donghae hanya memberi anggukan kecil, dan tersenyum hangat ke arah Pak Kim. Tangan kirinya mengambil remote control TV, dan mematikannya.
"Baiklah, mari kita buat kesepakatan."
Pak Kim dengan setia mengikuti Donghae dari belakang.
Dalam perjalanan mereka, Pak Kim memberanikan dirinya untuk bersuara. Menanyakan satu hal yang selama ini mengganggu fikiran dan hatinya.
Tentang ...
"Maaf Yang Mulia," Donghae hanya menjawabnya dengan dengungan, "sebenarnya apa itu, cinta atau benci? Rasa yang ada di hati Yang Mulia untuk kerajaan ini?"
Donghae tersentak mendengar pertanyaan Pak Kim, wajahnya berubah sedih, "bagaimana jika jawabanku nanti salah? Apa kau akan meninggalkanku?"
"Saya tidak akan pernah melakukannya Yang Mulia."
Lega, Donghae tersenyum dengan jawaban Pak Kim, dia tetap melangkah, sambil merangkai kata yang pas, yang sesuai dengan hatinya.
"Ibarat Ibuku sendiri, aku begitu mencintai kerajaan ini, tetapi nyatanya dia juga menyakiti aku. Aku ingin membencinya, namun selalu gagal. Kau pasti tahu kenapa, karena kau tidak akan pernah bisa membenci Ibumu sendiri."
Saat itu, ketika mulai tercium lelehan salju di jalan bebatuan sebelah paviliun utama, dan terdengar gemericik air yang dulunya membeku, Donghae menitikan air matanya.
Tbc
Habi 🐘
Maaf ngaret, 😔
KAMU SEDANG MEMBACA
The King of Two Stars (Completed)
FanfictionA Lee Donghae Fanfiction Tidak pernah kubayangkan sebelumnya, demi indahnya langit sore tadi, menawan bak lazuardi, namun sendu pada waktunya berganti malam. Nikmatnya bahagia tergantikan dengan cepat, senyum lebar yang membuat pipiku pegal dengan m...