Jalan Menuju Kehancuran

360 59 42
                                    


Siwon menatap Rajanya prihatin, wajahnya pucat dan tangan kirinya masih tertancap selang infus.

Kemarin, Raja langsung meminta kembali ke istana saat tahu tentang apa yang telah terjadi selama dia tidak sadarkan diri.

Sedangkan pagi ini Raja sudah siap dengan pakaian kebangsaannya. Bersandar lemah di balik meja kerjanya. Siwon pikir Raja tengah tertidur, jadi sebisa mungkin Siwon tidak bersuara.

Usaha Siwon ternyata sia-sia, “Kau menggantikan Pak Kim hari ini?” tanya Raja Donghae, matanya tertutup rapat,entah bagaimana, Raja tahu jika Siwonlah yang masuk.

“Iya, Yang Mulia. Apa Yang Mulia akan baik-baik saja?”

“Jangan mengkhawatirkan aku, kau hanya harus menjaga dirimu sendiri. Sudah kubilangkan, aku tidak mau lagi ada orang yang mati karena menyelamatkanku.”

“Saya akan menjaga diri saya sendiri, juga menjaga Yang Mulia. Saya juga sudah berjanji untuk tidak mati selama bertugas. Jadi Yang Mulia tidak perlu khawatir. Satu lagi Yang Mulia, saya lebih tua dari anda jadi panggil saya hyung dan perbaiki bahasa anda.”

“Kau memang kurang ajar, lihatlah wajahmu, kau bahkan lebih cocok menjadi Raja dari pada menjadi pengawalku.”

“Saya anggap itu pujian.”

“Mereka sudah datang?”

“Sudah Yang Mulia, istirahatlah sedikit lebih lama. Biarkan saja mereka menunggu anda Yang Mulia, mereka pantas mendapatkannya.”

Raja Donghae tersenyum dengan berat, dia menggeleng sedikit, kemudian berdiri dengan bertumpu pada tangan kanannya yang terbebas dari infus.

“Tidak, aku harus menyelesaikannya secepat mungkin Hyung.”

“Baik Yang Mulia.”

Siwon berjalan perlahan di samping Donghae, menyesuaikan langkah Rajanya yang kesulitan berjalan, tetapi dengan keras kepalanya tidak ingin menggunakan kursi roda. Katanya dia tidak ingin terlihat lemah di depan para menteri dan anggota parlemen lainnya.

Raja Donghae pagi ini memanggil seluruh menteri dan parlemen untuk memutuskan rancangan undang-undang baru yang akan mengatur partai politik.

Begitu Donghae memasuki ruangan semua menteri dan parlemen berdiri menyambut kedatangannya.

Selanjutnya moderator mengawal jadwalnya rapat, dan menyebut maksud dan tujuan di adakannya pertemuan itu. Ruangan menjadi gaduh seketika, penuh layangan protes, dan sebagian besar meyuarakan penolakan mereka.

Menurut mereka, jika UU itu disahkan, akan banyak Parpol yang bermunculan, dan bisa dipastikan pemberontakan besar-besaran akan terjadi.

Sang Raja menghela nafasnya lelah, sedari awal dia hanya mendengarkan, dan memperhatikan berapa banyak menteri dan anggota parlemen yang bisa diyakinkan oleh Perdana Menteri Kim Heechul.

Jumlahnya banyak, tapi tidak cukup kuat untuk mendukung Raja Donghae. Kim Heechul yang duduk di sebelah kiri Raja, bahkan hanya menundukan pandangannya tidak berani melihat langsung ke arah Rajanya.

Raja mulai kehilangan kesabarannya, dia berdiri, dan dengan tangan kiri berinfusnya Raja menggebrak meja dengan keras. Seketika ruangan sunyi tanpa sedikit pun suara, mulut mereka bungkam, mata mereka melebar kaget melihat tangan kiri Sang Raja berlumuran darah.

“Kalian di sini untuk membantuku! Bukan mengaturku! Sahkan rancangan undang-undang itu segera, jika ada yang tidak memberikan suaranya, aku akan menganggap mereka pengkhianat!”

Kepala Raja berkunang-kunang hebat, Siwon yang berdiri di ambang pintu mendekat untuk membantu Raja berdiri.

Membawanya kembali ke kamar Raja, dengan penuh rasa khawatir. Dari atas punggung Siwon, Raja Donghae mengangkat tangan kirinya yang berlumuran darah, menutupi sebagian dari tanda lahirnya. Dengan senyum tipisnya Raja Donghae bergumam, dan Siwon masih bisa mendengarnya.

“Dengan tangan ini, aku akan membawa kehancuran untuk kalian.”

Bersambung
Maaf karena seharusnya kemarin saya updatenya, jadi chap ini saya kasih panjang😊
Semoga terhibur
Habi 🐘


The King of Two Stars (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang