Aku menyesal karena telah meresapi nyeri luar biasa di perut sebelah kiriku. Rasa sakitnya memaksa mata ini terbuka, mendesakku untuk segera kembali pada kewarasan.
Kesadaran untuk kembali mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Kenapa aku bisa bangun di tempat yang paling aku benci-rumah sakit?
Apa yang aku lakukan sebelumnya hingga mendapat luka separah ini?
Lebih dari itu semua, dan yang paling membuat jantungku berdetak menyiksa adalah pengawal yang menjagaku, dia berdiri tidak jauh dari ranjang dengan raut khawatirnya.
Aku tidak mengenalnya.
Kemana Pengawal Shin?
Berharap segala kemungkinan yang terlintas dalam benakku tidak ada satu pun yang benar.
Hingga ingatan mengerikan itu terputar lagi di otakku, perlahan, dengan sangat jelas, dan menyakitkan.
Seharusnya pagi itu menjadi pagi yang bersahaja untuk dijalani. Niat baikku untuk berlatih bela diri seharusnya tidak dikhianati, oleh alam sekali pun.
Aku harap aku mampu melindungi diri sendiri, paling tidak aku bisa membantu pekerjaan pengawal yang dengan sepenuh hati mempertaruhkan nyawa mereka untuk melindungiku.
Namun, sebelum keinginan itu terwujud, aku kehilangan mereka.
Mereka, pelindungku, yang ingin aku lindungi.
Rasa sakitnya berkali lipat. Aku tidak sanggup, bahkan hanya untuk mengingatnya.
Sorot mata penuh kebencian dari seorang Shihan yang menghunuskan pedangnya di leherku, kembali datang.
Shihan, instruktur bela diri yang seharusnya membantuku, justru ingin membunuhku.
Siapa lagi yang bisa menduga sebelumnya, jika ketiga senpai yang bersamanya ternyata juga ikut melancarkan aksinya.
Membabi buta menyerang pengawal-pengawalku dengan pedang mereka. Tidak memberikan cukup ruang untuk bisa melawan.
Mereka menyerangku di dalam istanaku sendiri. Memanfaatkan situasi di mana para pengawal tidak diperbolehkan membawa senjata api ketika bertugas di dalam istana.
Adalah Pengawal Kang yang menjadikan dirinya perisai untuk menghalau tajamnya pedang yang ingin menusukku.
Aku jatuh ke tanah,terpojok tidak berdaya melihat bagaimana darah Pengawal Kang mewarnai tanah berdebu di depanku.
Di kejauhan aku mendengar Shindong Hyung berteriak memanggilku, memintaku untuk berlari menjauh, sementara Pengawal Kang menahan Shihan yang berkhianat itu.
Aku mengerang merasa tidak berguna, aku tidak bisa, tidak ingin menghindar dan meninggalkan mereka berjuang sendirian.
Namun ketika aku berdiri, ada orang yang memelukku dari belakang, dan yang terakhir aku ingat adalah rasa dingin luar biasa yang menusuk perutku.
“Siapa kau? Di mana Pengawal Shin?”
Dia bergerak maju dan membantuku duduk.
“Saya Choi Siwon Yang Mulia, Pengawal baru anda.”
“Aku hanya ingin Pengawal Shin, pinta dia kemari sekarang juga!”
“Pengawal Shin meninggal dua hari yang lalu, setelah mendapatkan 2 hari perawatan intensif Yang Mulia. Dan Pengawal Kang meninggal, sebelum sempat mendapatkan pertolongan pertama dari tim medis.”
Jika Raja memang utusan langit, kenapa hari itu bumantara dan semua yang bernaung di bawahnya tidak ada yang berpihak padaku?
Karena semuanya omong kosong.
Bersambung
Ini puanjanggg 😭
Terima kasih
Semoga terhibur. 😊
Habi🐘
KAMU SEDANG MEMBACA
The King of Two Stars (Completed)
FanfictionA Lee Donghae Fanfiction Tidak pernah kubayangkan sebelumnya, demi indahnya langit sore tadi, menawan bak lazuardi, namun sendu pada waktunya berganti malam. Nikmatnya bahagia tergantikan dengan cepat, senyum lebar yang membuat pipiku pegal dengan m...