Lorong istana utama tidak pernah terdengar begitu berisik sebelumnya.
Kemana hilangnya tata krama dan sopan santun mereka. Semuanya bicara bersamaan, bersaing saling meninggikan nada bicara, berjuang hanya agar suara mereka didengarkan.
Ingatkah di mana mereka berada sekarang, sadarkah mereka dengan siapa mereka akan melayangkan protes nanti.
Aku benar-benar tidak sabar ingin membungkam mulut mereka.
Rasanya aku ingin berlari ke aula utama dan segera menunjukan diri, mengingatkan mereka dengan siapa mereka berselisih.
Jika saja, Siwon hyung tidak mengingatkanku pada keadaan kesehatanku sekarang.
"Yang Mulia, tolong jalan perlahan. Jahitan anda belum kering benar."
Pilihan terbaikku saat ini adalah menuruti permintaannya. Aku menyadari sesuatu tentang Siwon Hyung, mengenai wajahnya yang terlihat khawatir sejak tadi pagi.
Aku sadar betul, hidupku bukan milikku seorang. Ada Ibu, orang-orang di sekitar yang menyayangiku, juga jutaan rakyat yang masih membutuhkan kekuasaanku.
Masih ada yang harus aku wujudkan, tersisa beberapa mimpi yang ingin aku ubah nyata.
Salah satunya di balik pintu kayu besar ini.
Begitu aku memasukinya.
Mulut yang sedari pagi tidak berhenti berteriak, seakan membeku tiba-tiba.
Mereka bergerak canggung ke tempat duduk masing-masing. Berbisik sedikit pun sungkan.
Tetapi, aku tahu mata mereka semua tertuju padaku, aku bisa merasakannya. Bagaimana besarnya keinginan anggota parlemen menolak RUU Partai Politik yang aku ajukan.
Menjelma menjadi gumpalan besar energi negatif, semu memang, tapi kenyataannya bisa membuat tanganku gemetar dan basah berkeringat.
"Aku sudah di sini, katakan yang ingin kalian katakan! Kenapa diam?"
Tidak satu pun yang angkat bicara, hanya Paman Hyukjae yang aku lihat tengah bersiap berdiri. Berperan sebagai perwakilan dari orang-orang busuk yang berdiri di belakangnya.
Namun, sebelum satu kata keluar dari lidah berbisanya. Aku mendahuluinya, "atau bagaimana jika sebelum menyampaikan penolakan, kalian baca dulu dokumen yang sudah susah payah aku kerjakan sebelumnya?"
Lucu rasanya melihat wajah kaget dan panik mereka, "dan kita lihat siapa yang paling berkuasa di sini," lanjutku kemudian.
Tbc
Habi 🐘
KAMU SEDANG MEMBACA
The King of Two Stars (Completed)
FanfictionA Lee Donghae Fanfiction Tidak pernah kubayangkan sebelumnya, demi indahnya langit sore tadi, menawan bak lazuardi, namun sendu pada waktunya berganti malam. Nikmatnya bahagia tergantikan dengan cepat, senyum lebar yang membuat pipiku pegal dengan m...