NeuroLove

6.2K 256 8
                                    



"Jodoh itu lucu. Takdir tak bisa kita tebak. Sungguh, seringkali kita dibuat takjub dan merasa tak percaya pada skenario-Nya."

Noe mengeluarkan jas putih milik Radip dari dalam tasnya. Dengan rasa kesal yang masih menyelimuti dirinya. Tangan Noe memegang sesuatu pada saku jas putih tersebut dan menemukan sebuah name tag yang masih terpasang. "Pradipto Deka Raswan" ia membaca sebuah nama yang tertulis. Kemudian ia terkekeh.

"Ngerjain anak orang asik kali ya." Noe tertawa dengan penuh kemenangan seraya memasukkan name tag tersebut ke dalam tas. Setelahnya ia beranjak ke kamar mandi untuk mencuci jas tersebut. Gadis itu tak menggunakan mesin cuci nya karena ia hanya mencuci satu jas.

Suara smartphone yang berdering membuat Noe sedikit berlari ke arah tempat tidur, ada sebuah panggilan masuk. "Hallo, assalamu'alaikum. Iya Bun?"

"Wa'alaikum salam. Lagi apa nak? Sudah makan?"

"Sudah, kalau Bunda?"

"Alhamdulillah sudah juga. Bagaimana hari ini?"

"Alhamdulillah lancar Bun. Cuma ada sesuatu hal yang buat Ezel sebal saja."

"Sebal kenapa?"

"Tadi pagi pas Ezel habis beli kopi ada koas cowok lari-lari terus nabrak Ezel dan ya udah kopi itu akhirnya tumpah kena jas dia."

"Koas kui opo toh nduk?" Bunda Noe bicara dengan logat serta bahasa jawa. Gadis itu terkekeh mendengar suara Bunda nya.

"Koas itu dokter muda Bunda. Seorang mahasiswa kedokteran yang sedang menempuh program profesi."

"Oalah, terus koas-koas itu marah dengan mu?"

"Enggak sih Bun, dia langsung terburu-buru lari gitu. Ezel bete aja ternyata ketemu dia lagi di ruangan tempat Ezel bekerja. Dan juga masa Ezel disuruh nyuci in jas dia." keluh Noe pada Ibunda tercintanya.

"Loh kok jadi kamu yang nyuci in?"

"Iya dia bilang jas nya kotor dan minta pertanggungjawaban, ya sudah Ezel bilang aja "Ya udah sini lepas jas kamu" eh beneran jas nya dikasih ke Ezel untuk di cuci. Ezel juga ngerasa bersalah sih Bun karena Ezel sambil bales chat jadi gak tahu kalau ada yang lari-lari dan mau nabrak Ezel."

"Walah nduk. Yo wis gak papa, sama-sama salah. Sudah tidak apa, itu sebagai bentuk tanggung jawab Ezel mencuci kan jas putih nya. Lagian ada-ada aja koas itu, dia bukan lagi godain kamu toh?" kemudian Bunda Noe tertawa dari sebrang telpon.

"Ih Bunda, ya gak mungkin Bun. Ya sudah ya, Ezel mau belajar dulu."

"Gak ada yang gak mungkin bagi Allah, siapa tahu jodoh loh." ucap Bunda Ezel seraya terkekeh.

"Apaan sih Bunda, wis yo aku mau belajar dulu." ucap Ezel. Ia paling malas jika harus membahas soal jodoh.

"Walah nduk, gak bosen opo belajar mulu. Padahal kuliah mu sudah selesai dan sekarang sudah bekerja."

"Ya gak papa Bun, belajar itu harus sepanjang hayat. Dan aku juga kan mau lanjut kuliah lagi. Persiapan Bun."

"Yowis, yang rajin ya nduk."

"Iya Bunda."

"Oh iya, Kakak mu bulan depan mau acara lamaran. Ingat ya usaha kan pulang."

"Iya Bunda, siap."

Noe kemudian mengambil beberapa buku tentang kesehatan seraya membuka laptop. Setiap malam Noe menghabiskan waktu satu sampai dua jam untuk belajar. Setiap kali Noe mempelajari sesuatu, ia semakin haus untuk belajar lebih banyak hal. Noe menyadari bahwa ilmu nya masih sedikit dan tak banyak yang ia tahu.

We Marry (?) Mr.Doctor [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang