Dokter Azmi kembali ke Rumah Sakit dimana ibu nya dirawat. Adik nya sudah tertidur pulas diatas sofa. Waktu sudah menunjukkan pukul 21.45 WIB malam. Kemudian dokter Azmi menaruh barang-barang yang telah dibawanya ke dalam lemari cabinet pasien.
"Permisi, selamat malam." suara seorang suster membuat dokter Azmi menoleh.
"Iya, ada apa sust?" tanya dokter Azmi.
"Maaf Mas, saya mau mengganti plabot Ibu Giana."
"Oh iya silahkan." ucap dokter Azmi.
"Sudah lama kerja disini sust?" tanya dokter Azmi.
"Baru beberapa bulan karena saya baru selesai menyelesaikan pendidikan S2 saya." ucap suster Bianca dengan tersenyum. "Kalau begitu saya permisi, Mas."
"Oh iya."
Kemudian suster Bianca keluar dari ruangan tersebut untuk menuju meja nurse station. Shafa yang tadi tertidur kemudian terbangun, dengan setengah sadar ia mengerjapkan mata nya berkali-kali.
"Udah datang Bang?" tanya Shafa.
"Iya, nih boneka pesanan kamu." dokter Azmi melempar boneka pesanan adiknya itu.
"Makasih Abang nya Shafa." ucap Shafa dengan tersenyum sumringah meskipun rasa kantuk masih menyelimuti.
"Abang tidur dulu ya, ngantuk." ucap dokter Azmi kemudian berbaring di bawah dengan alas karpet berbulu yang dibawa oleh nya.
"Oke." ucap Shafa.
"Hmmm...kasian banget Abang gue." lirih Shafa saat melihat wajah Abang nya yang sudah memejamkan mata.
***
"Dek, tolong antar pasien ke ruang OK." ucap dokter Adli pada Naomi.
"Siap, dok."
Suasana IGD cukup ramai dengan banyak nya tenaga medis berlalu lalang, dari residen setiap Departemen sampai perawat dan mahasiswa magang. Seorang dokter dari Departemen syaraf sedang memeriksa pasien yang baru saja masuk IGD. Beberapa dokter berkutat dengan rekam medis dan pasien yang sesuai dengan bidang mereka.
"Io, temani gue antar pasien ke ruang OK." ucap Naomi pada Gio.
"Gue gak bisa, gue dapat tugas dari dokter Pram untuk ambil darah. Ajak yang lain aja."
"Yah...yang lain juga pada sibuk." ucap Naomi sedikit cemberut.
"Ya udah gapapa sendiri aja." ucap Gio meyakinkan.
"Kenapa pasien nya belum diantar?" ucap dokter Adli yang datang secara tiba-tiba hingga membuat Naomi tersentak karena terkejut.
"E-ee...iya dok." ucap Naomi tergagap.
"Ya sudah sama saya, karena saya juga akan ke ruang OK."
Naomi tampak terkejut. "I-iya dok."
Naomi dan dokter Adli mendorong bed pasien menuju ruang OK. Saat ini jantung Naomi tidak karuan. Jantung nya berdegup kencang, ia merasa sangat gugup. Di depan nya ada dokter Adli yang sedang menarik bed pasien sementara dirinya dibelakang mendorong. Dokter Adli adalah sosok dokter yang dikagumi oleh Naomi, karena selain tampan, dokter Adli adalah dokter yang sangat baik dan super keren dimata Naomi.
Sesekali Naomi tersenyum tertahan. Ia tak menyangka bisa berjalan berdua dengan dokter Adli meskipun karena mengantar pasien ke ruang OK. "Semoga suatu saat bisa jalan berdua beneran." batin Naomi. Gadis itu kini sedang dilanda asmara pada seorang residen obgyn tersebut.
"Oke, tunggu disini. Nanti ada perawat ruang OK yang ambil alih. Saya ke ruang dokter dulu. Nanti kalau sudah diambil alih langsung kembali ke IGD saja ya. Karena saya ikut operasi."
"Oh iya, siap dok."
Naomi menunggu di perbatasan garis pintu ruang OK. Karena tidak boleh sembarangan seseorang masuk ke dalam ruangan tersebut dan harus steril. Setelah ambil alih pasien, Naomi kembali ke IGD.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Marry (?) Mr.Doctor [COMPLETED]
General FictionJodoh adalah sebuah rahasia takdir Tuhan. Tentang jodoh akan selalu menarik perhatian. Sebuah kisah yang memang selalu dinantikan. Mungkin jodohmu adalah seseorang dari masa lalu yang tak pernah kamu bayangkan. Saat menjalani masa koas di Departeme...