"Aku menemukanmu dikala hujan yang romantis. Ketika itu ada sesuatu hal aneh yang kurasakan. Hatiku merasakan kenyamanan."
Hujan mengguyur membasahi perkotaan. Langit begitu gelap dan dingin, hingga menusuk sampai tulang belulang. Sudah satu jam hujan turun dengan deras dan tak kunjung reda. Noe menikmati saja dingin nya udara yang menusuk kulit nya. Gadis itu tak pernah membawa kendaraan dan selalu naik transportasi umum. Kini ia pun akhirnya terjebak hujan. Ingin ke halte namun hujan masih deras, memesan kendaraan online pun gadis itu sedang kehabisan kuota. Mungkin kah Noe akan terjebak disini sampai malam? Jam di tangan nya sudah menunjukkan pukul 17.30 WIB.
"Mau pulang bareng?" pemilik suara itu mengangetkan Noe dan membuat nya menoleh. Noe sedikit mendongak karena postur tubuh lelaki yang ada dihadapannya begitu tinggi. Tinggi tubuh Noe hanya se-aksila lelaki itu.
"Radip?!" Noe mengernyitkan dahi bingung dengan rasa tak percaya.
"Hmm...mau pulang kan? Bareng gak?"
"Gak usah, nanti ngerepotin. Duluan aja." tatapan Noe kembali lurus sambil memeluk tubuh nya sendiri.
"Serius?"
"Iya."
Noe menggosok-gosokkan tangan nya agar terasa hangat dan mengusap lengan nya sendiri. Radip masih berdiri di samping Noe.
"Kenapa kamu gak pergi-pergi?" ucap Noe menoleh padanya sambil mendongak.
Radip tidak menjawab pertanyaan Noe, ia justru melepas jas snelli nya untuk dijadikan payung diatas kepala Noe.
"Mau sampai kapan kamu nunggu hujan reda? Kalau sakit gimana nasib para pasien?" Radip menatap Noe intens. Disaaat seperti ini Noe merasa gugup dan canggung dengan sikap Radip yang menurut nya terlalu berani. Radip menuntun dan melindungi Noe menuju mobil nya. Entah mengapa kali ini Noe hanya menurut. Saat di dalam mobil mereka hanya diam dan tak saling bicara. Noe masih begitu gugup dengan apa yang telah dilakukan Radip.
Dalam perjalanan, terdengar adzan berkumandang dengan indah. Radip memberhentikan mobil nya di salah satu masjid.
"Saya mau shalat sebentar ya? Kamu juga shalat?" entah mengapa hati Noe berdesir. Noe melihat sisi yang berbeda dari Radip.
"Saya lagi enggak shalat karena datang bulan. Saya nunggu di mobil aja."
"Ya udah, saya tinggal shalat dulu." Radip pun keluar dari mobil nya. Saat melihat punggung lelaki yang baru turun dari mobil itu mengapa Noe merasa hatinya menjadi menghangat. Melihat Radip seperti sosok yang ia damba. Radip begitu patuh pada panggilan Tuhan. Apalagi dengan orang tua nya. Meskipun Radip menyebalkan tapi ia memiliki sisi yang berbeda jika dilihat sebagai seorang pria. Noe menjadi penasaran bagaimana jika Radip menjadi seorang Imam shalat? "Ah, Noe. Apaan-apaan sih, stop untuk berfikir demikian. Jangan terbawa suasana." ucap Noe mencoba menepis segala yang dikatakan oleh hatinya.
Lima belas menit Noe menunggu, Radip keluar dari masjid dan kini sedang memakai sepatu. Rambut nya sedikit basah karena air wudhu.
"Radip. Kamu ganteng juga ya?" Noe langsung menutup mulut nya yang tanpa sadar ucapan itu lolos begitu saja.
"Ih apaan sih Noe, enggak-enggak. Gak boleh." Noe mengeleng-gelengkan kepalanya.
Noe menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya saat Radip hendak masuk mobil. "Rumah kamu dimana? tunjukkan jalan nya." Radip kemudian memutar lagu. Noe tidak tahu lagu apa yang sedang diputar, karena ia tak begitu hafal lagu barat. Namun Noe bisa merasakan melodi yang indah dan menyentuh. "Hah, buat suasana makin canggung saja." batin Noe.
"Eh? Oh iya, di jalan Nirwana Kosan Putri Delima No.17."
"Oh oke. Kamu ngekos?"
"Iya. Rumah orang tua saya di Bandung."
KAMU SEDANG MEMBACA
We Marry (?) Mr.Doctor [COMPLETED]
General FictionJodoh adalah sebuah rahasia takdir Tuhan. Tentang jodoh akan selalu menarik perhatian. Sebuah kisah yang memang selalu dinantikan. Mungkin jodohmu adalah seseorang dari masa lalu yang tak pernah kamu bayangkan. Saat menjalani masa koas di Departeme...