*2016*
Setiap dari kita pasti pernah merasakan ditinggalkan. Di anggap tak pernah ada kehadiran nya. Menjadi yang tersakiti dan terluka.
Saat Noe masih duduk di bangku kuliah. Ia pernah merasakan jatuh hati dan menjalin hubungan. Tentu bagi setiap anak muda pasti mengalaminya.
Noe tersenyum menatap foto di layar smartphonenya. Pria yang ia kenal bersanding dengan seorang wanita. Dadanya seakan dispnea. Noe menarik napas dalam dan menahan air mata agar tak terjatuh. "Apakah aku begitu polos?" batin Noe. "Jangan menangis Noe, ah rasa nya seperti orang bodoh." ucapnya pada diri sendiri.
Wajar bukan bila pria mapan sepantasnya sudah menikah? Tapi, mengapa Noe merasa kesal? Apakah ia begitu egois? Mengaharapkan pria itu menunggunya tanpa memberi kepastian yang pasti diharapkan pria dewasa. Ah, seperti itu rasanya dekat dengan pria yang jauh lebih dewasa. Usia mereka memang terpaut jauh. Saat usia Noe menginjak 19 tahun, pria tersebut sudah berusia 29 tahun. Angka yang cukup fantastis bukan?
Kini pria yang bernama Ahmad Fauzi itu telah menjadi suami orang lain. Ia adalah pengusaha muda yang terbilang sukses. Noe tersenyum getir mengingat bagaimana kedekatan mereka dulu. Noe berusaha untuk move up dari segala perasaan yang membelenggu hatinya. Ia tahu ini terasa menyakitkan karena harus mengalami patah hati kembali. Namun, semua hal yang terjadi sudah pasti atas izin Allah. Noe pun seharusnya tak menaruh perasaan serta harapan berlebih pada hamba Allah. Sudah sepatutnya ia menggantungkan asa hanya pada Sang Maha.
Tangan Noe bergetar mengetikkan sebuah pesan "Selamat ya kak atas pernikahannya, semoga samawa dan barakallah."
Air mata Noe meluncur begitu saja saat mengklik 'kirim' pesan tersebut. Ada rasa kecewa yang tak bisa ia tutupi. Noe merasa semua nya begitu tiba-tiba. Kak Ahmad pun tak memberitahu dirinya apalagi mengundangnya. Ya, mungkin Kak Ahmad tak ingin membuat hati Noe patah. Tetapi, ini cara menyakitkan menurut Noe. Ia merasa diam-diam dikhianati tanpa sepengetahuan. Kalau pun ia memang ingin segera berkeluarga, mengapa ia tak jujur bicara pada Noe? dengan begitu Noe lebih bisa memahami dan mempersiapkan diri.
Noe mengusap kasar air matanya ketika ada yang mengetuk pintu kamar.
"Iya bun, masuk aja."
Noe tersenyum pada Bunda. "Kamu lagi apa sayang? Yuk, makan malam."
"Enggak lagi apa-apa Bun, hhehe. Eum, Ezel lagi malas makan."
"Loh, kenapa? Kamu diet?"
"Hhehe, ya enggak lah Bun."
"Kamu lagi ada masalah? Ada sisa air mata di pipi mu." ucap Bunda Noe seraya menyeka sisa air mata di wajah Noe.
"Ah? Enggak kok Bun, bekas air wudhu kali." Noe terperangah. Bunda Noe memang selalu bisa menebak apa yang sedang dirasakan oleh anaknya.
"Ayo jujur sama Bunda ada apa? Bunda ini mengenal kamu sudah 19 tahun."
Noe mencoba menarik napas. Percuma saja, Noe tidak bisa berbohong dihadapan Bundanya.
"Bunda tahu kak Ahmad?"
"Kak Ahmad yang pengusaha itu? Benar?" ucap Bunda Noe seraya mengingat-ingat.
"Iya Bun."
"Lalu kenapa?"
Noe menunjukkan foto pernikahan Kak Ahmad. Bunda tersenyum setelah melihat foto tersebut.
"Jadi cerita nya ditinggal nikah nih?" Bunda terkekeh.
"Ih Bunda." ucap Noe yang merasa diledeki oleh Bundanya.
"Berarti dia bukan jodohmu, Nak. Sudah sedih nya sebentar saja, akan ada laki-laki di masa depanmu yang jauh lebih mencintaimu. Ia yang akan menjadi sosok pengganti Ayahmu kelak. Percaya sama Bunda. Bunda yakin menantu Bunda dokter hebat semua. Baik kamu, maupun kakak mu. Lebih hebat dari pria-pria yang mendekati Noe." Bunda mengelus puncak kepala Noe. Tersenyum dengan penuh ketulusan seorang Ibu. Noe kemudian memeluk Bundanya.
"Ah, Bunda. Selalu aja bisa bikin anak-anak nya bangkit dan berharapan besar. Jangan bikin aku jadi besar rasa dong, Bun."
Bunda Noe terkekeh. "Bunda akan selalu mendo'akan yang terbaik untuk anak-anak Bunda. Untuk memilih menantu tentu harus yang terbaik dong untuk anak-anak Bunda. Yang paling utama adalah agama dan akhlaknya. Bunda gak mau ngelepasin anak-anak gadis Bunda ke pria yang gak bisa dipercaya." Bunda melepaskan pelukan Noe dan tersenyum lalu mengecup puncak kepala Noe. Rasa nya begitu tenang sekali.
*Januari 2017*
Noe menjalani hari-hari nya dengan tersenyum dan menerima segala ketetapan-Nya. Noe selalu dituntut mandiri di keluarganya. Ya, Noe memang jarang sekali dimanjakan. Semasa ia menjalani status sebagai mahasiswi pun, jarang sekali dijenguk. Tidak seperti teman-teman Noe yang lain nya. Ayah Noe adalah sosok yang otoriter dan begitu sibuk. Maklum saja karena beliau adalah anggota kesatuan. Dan Bunda Noe seringkali menemani Ayahnya keluar kota.
Ada kala nya Noe merasa sedih dan ingin seperti mereka yang selalu diperhatikan oleh orang tua nya. Noe selalu tersenyum getir saat melihat mereka yang selalu dihujani kasih sayang orang tua nya.
Di bangku kuliah, Noe cukup terkenal jail dan suka mengganggu. Ya, Noe selalu mengganggu teman-temannya. Hanya dengan begitu ia bisa menawarkan rasa sedih dengan bahagia yang timbul. Ia selalu dijuluki "Si pintar yang jail", mereka selalu mengeluhkan sikapnya yang jail dan pemalas tetapi kagum pada nilai-nilai mata kuliah Noe yang fantastis dan aktif di kelas saat diskusi. Noe tidak bermaksud sombong, tetapi itu lah persepsi dari mereka terhadap Noe.
Saat ini Noe sedang berada di kelas. Ia melihat Cio, teman sekelasnya sedang serius dengan novel di tangan nya. Noe menarik buku itu dari belakang yang membuat Cio merasa kesal.
"Argh...Noe! kembaliin gak? ganggu aja ih."
"Hahahah....bodo! Sini dong kalau mau." Noe meledek Cio yang membuat gadis itu kesal.
"Iiihhh Noe, jangan lari-lari. Kembaliin." Cio merengek layaknya anak bayi.
Sementara Noe tertawa senang menjaili teman kelasnya itu. Ah, Noe selalu saja tak bisa diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Marry (?) Mr.Doctor [COMPLETED]
General FictionJodoh adalah sebuah rahasia takdir Tuhan. Tentang jodoh akan selalu menarik perhatian. Sebuah kisah yang memang selalu dinantikan. Mungkin jodohmu adalah seseorang dari masa lalu yang tak pernah kamu bayangkan. Saat menjalani masa koas di Departeme...