"Seringkali realita mematahkan imaji yang ada. Tetapi orang yang berkeyakinan kuat, imaji mampu menjadi realita."
(Noezella Ardisti)
Wajah Noe memerah dan mata nya terasa panas. Ia mencoba untuk tertidur beberapa kali karena tak kuat menahan kantuk yang teramat. Hari ini begitu banyak yang harus di kerjakan karena pasien cukup banyak sejak kemarin."Kamu baik-baik aja Noe?" ucap Kak Risty yang merasa bahwa Noe hari ini sedang dalam keadaan tidak baik.
"Gapapa kak."
Kak Risty memegang kening Noe. "Astaga, kayak gini kamu bilang gapapa." Kak Risty menjadi khawatir pada Noe. "Panas banget, itu mata kamu udah 5 watt pula. Kamu izin aja hari ini."
"Gak usah kak, ini kerjaan kan lagi banyak-banyak nya. Noe masih kuat kok ini." Noe mencoba tersenyum.
"Kuat-kuat darimana, udah kamu izin aja ih." ucap Kak Risty yang semakin khawatir karena melihat Noe sudah begitu lemas, wajahnya pucat pasi.
Dokter Adli datang dengan rekam medis di tangan nya. Ia menghampiri meja nurse station.
"Kak, rekam medis punya Bu Alya ada?"
"Coba cari sih disitu dok." ucap Kak Risty ketus.
Dokter Adli terdiam dan mencoba mencari di atas meja.
"Udah kamu izin aja ya Noe." ucap Kak Risty lagi.
"Gak usah loh kak." Noe bangkit dari tempat duduk untuk menaruh rekam medis. Tiba-tiba tubuh nya terhuyung dan semua terasa gelap.
"Astaghfirullah Noe. Udah kakak bilang kan, Ya Allah." Kak Risty langsung menggapai tubuh Noe.
Sontak dokter Adli menaruh pena dan rekam medis di atas meja nurse station. "Saya bantu, Kak." dokter Adli membopong Noe dan menidur kan nya di ruang yang kosong. Kebetulan ada satu kamar pasien kosong.
"Dok, coba periksa dulu itu si Noe. Bisa kan?"
"Iya Kak, sebentar Kak."
Dokter Adli yang seorang resident obgyn itu mengeluarkan stetoskop dari saku jas nya.
Saya begitu deg-deg an ketika memeriksa Noe. Entah debaran apa ini, melihat nya terkulai lemas dan pingsan membuat saya sangat khawatir. Meskipun wajah dan bibir nya pucat pasi, ia masih terlihat cantik. Setiap kali saya melihat wajah nya membuat saya merasa teduh. Dokter Adli hanya bisa menyuarakan semua itu didalam hatinya.
"Noe mau diantar pulang kak?"
"Iya, saya bawa pulang ke rumah saya Dli."
"Adliiiiiii......ini pasien coba pasang dulu oksigen." teriak dokter Gea.
"Udah cepet-cepet sana samperin dokter Gea." ucap Kak Risty.
"I-iya Kak." Dokter Adli langsung berlari menuju sumber suara. Jujur saja dari dalam lubuh hati dokter Adli terdalam ingin sekali mengantar Noe dan memastikan ia baik-baik saja. Namun apa daya ketika ia harus tetap jaga. Nasib menjadi seorang resident.
Tak lama Noe siuman. "Kamu udah gapapa Noe?"
"Hmmm." Noe masih merasa lemas dan kepala nya sakit sekali.
"Kamu pulang ke rumah Kakak ya? biar kakak rawat. Tadi udah diperiksa dokter Adli dan kakak udah nebus obat juga."
"Dokter Adli?"
"Iya, tadi saat kamu pingsan kan hanya ada kakak dan dokter Adli ditempat. Jadi dokter Adli yang bopong dan meriksa kamu."
"Oh..."
"Ya udah kita pulang ya, kakak udah izin dan kita naik mobil online, biar kakak pesen dulu."
"Iya, makasih kak."
"Iya, lain kali jangan dipaksa kerja kalau udah gak kuat."
"Iya Kak, maafin Noe ya."
"Hmmm." Kak Risty mengangguk dan mengelus puncak kepala Noe.
***
Noe tertidur cukup lama di kamar tamu Kak Risty. Hari sudah semakin senja, Noe mencoba bangun dari tempat tidur. Tubuhnya masih terasa lemas dan kepala nya masih pusing sekali. Suara smartphone berbunyi yang membuat Noe harus meraih benda kecil itu diatas meja.
"Hallo, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam. Ma'af saya telpon karena saya merasa khawatir." Noe yang mendengar ucapan Radip dari sebrang telpon merasa bingung.
"Oh..iya." ucap Noe.
"Suara kamu parau, gimana keadaan kamu?"
"Cuma gak enak badan dikit kok Dip." ucap Noe seraya memijit pelan pelipisnya.
"Udah berobat?"
"Udah. Kamu tahu darimana saya sakit?"
"Dari Kak Risty." Noe menghela napas.
"Kamu mau saya bawakan makanan?" tanya Radip kembali.
"Gak usah, Kak Risty udah masak."
"Kalau saya kesana boleh? Untuk jengukkin kamu. Saya ramai-an kok tidak sendiri."
"Tidak usah, saya cuma demam biasa."
"Oh, oke." ucap Radip. Ia sedikit merasa kecewa karena tak bisa melihat Noe. Namun, ia mencoba memahami Noe yang mungkin sedang tak ingin diganggu.
"Saya tutup ya, assalamu'alaikum." ucap Noe.
"Wa'alaikumussalam."
.
.
.
*Notes*
Endorphin = Suatu hormon yang dihasilkan di otak dan sususan syaraf tulang
belakang yang memicu rasa bahagia.Pigmen = Suatu zat yangmengubah warna cahaya tampak sebagai akibat
absorpsi selektif terhadap panjang gelombang pada kisaran
tertentu.Sel Kupffer = Sejenis makrofaga yang hanya bermukim pada hati
SC Cito = Sectio Caesaria yang dilakukan setelah proses persalinan
dimulai. Tanpa rencana dan harus ditangani saat itu juga.PEB = Pre Eklampsea Berat
TTV = Tanda-Tanda Vital
MRI = Magnetic Resonance Imaging
IGD = Instalasi Gawat Darurat
KAMU SEDANG MEMBACA
We Marry (?) Mr.Doctor [COMPLETED]
General FictionJodoh adalah sebuah rahasia takdir Tuhan. Tentang jodoh akan selalu menarik perhatian. Sebuah kisah yang memang selalu dinantikan. Mungkin jodohmu adalah seseorang dari masa lalu yang tak pernah kamu bayangkan. Saat menjalani masa koas di Departeme...