Keluarga Bachtiar

2.9K 149 4
                                    

Jam melodi sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB. Suara decitan mobil terdengar dari ruang tamu. Sepertinya keluarga besar Bachtiar sudah datang. Keluarga besar Yusuf menyambut kedatangan keluarga besar Bachtiar di ruang tamu. Noe yang sangat penasaran ia mengintip dari balik gorden antara ruang tamu dan ruang tengah sambil tersenyum. Gadis itu menghampiri Kak Fiera yang masih berada didalam kamar.

"Kak buruan, Mas Fatih dan keluarga nya sudah sampai." ucap Noe dengan rasa penuh kebahagiaan saat membuka pintu kamar.

"Ketok pintu dulu Ezel" protes Kak Fiera yang merasa spot jantung.

"Hehhe...maaf kak. MasyaAllah, cantik nya kakak ku ini." Noe semakin pangling dengan dandanan Kakak nya itu. Dengan dress biru berpadu pastel sangat kontras dengan kulit putih nya. Ditambah polesan make up yang bersinar dan menyatu dengan wajah cantiknya. Make up flawless bernuansa senja.

"Kamu bisa aja, serius tapi kakak udah oke kan?" tanya Kak Fiera penasaran.

"Iya serius Kak, cantik banget. Mas Fatih pasti langsung jatuh cinta lagi dan ingin segera menikahi kakak malam ini juga." ucap Noe kemudian terkekeh.

"Dasar kamu, ya udah yuk ke depan." ajak Kak Fiera.

"Hhehehe....siap kak."

Sementara Noe mengenakan dress pink salem. Ia menggandeng lengan Kak Fiera. Mereka tersenyum sangat manis. Kedua bersaudara itu seperti bidadari dunia, bak princess dari negeri dongeng. Pancaran kecantikannya terasa nyata.

Sampai di ruang tamu, senyum Noe berubah menjadi rasa tak percaya. "Dokter Adli? Kok bisa?" batin Noe. Otak nya mencoba mencerna segala hal yang ada di pikirannya.

"MasyaAllah, cantiknya menantu Mama." ucap Mama Mas Fatih.

"Anak kita memang pintar milih calon istri." kali ini Papa Mas Fatih yang memuji. Kak Fiera tersenyum.

"Terima kasih, Ma...Pa..."

Kak Fiera sudah memanggil orang tua Mas Fatih dengan sebutan "Mama dan Papa" karena permintaan orang tua Mas Fatih. Dan Kak Fiera tidak merasa keberatan akan hal tersebut.

"Ini Ezel ya? Mama juga pangling loh sama kamu nak. Ya Allah Bu, punya anak cantik-cantik banget ya."

"Si calon besan mah bisa aja." ucap Bunda Noe kemudian tersenyum lebar.

"Iya semua nya cantik-cantik, Evina juga cantik. Tiga-tiga nya cantik semua. Tapi sayang nya kami hanya punya dua putra." ucap Papa Mas Fatih kemudian terkekeh yang disambut dengan tawa semua orang di ruang tamu terkecuali Noe yang hanya tersenyum tipis.

"Anak mu juga tampan-tampan. Dokter semua pula, hebat kamu." ucap Ayah Noe.

"Bisa aja calon besan satu ini." ucap Papa Mas Fatih.

"Nah, Ezel belum pernah bertemu Mas Adli kan? Waktu S1 kedokteran nya memang di luar negeri kemudian mengambil spesialis di UI. Sekarang baru ditahun kedua untuk gelar spesialisnya."

Noe tersenyum mendengar penuturan Papa Mas Fatih. Seperti nya Noe dan Mas Adli masih sama-sama kaget dan tidak tahu. Kentara jelas wajah Mas Adli saat melihat Noe ketika memasuki ruang tamu. Begitu pun dengan Noe.

Suasana malam itu terasa sangat  penuh kebahagiaan, diselimuti dengan obrolan yang mengasyikkan terkecuali dengan dua orang yang merasa amat canggung. "Ternyata dunia ini sempit sekali, kita selalu merasa beberapa orang disekitar kita terasa asing. Tapi, kita tak pernah menyangka jika orang asing itu adalah orang yang dikenal oleh kerabat kita." batin Noe.

"Ezel permisi ke dapur sebentar ya." Noe tersenyum kemudian bangun dari tempat duduknya menuju dapur.

"Mmm...maaf Pak, Bu, toilet dimana ya?" ucap Dokter Adli.

"Oh, kamu masuk aja lewat gorden pembatas itu, lurus aja nak terus kamu belok kiri." ucap Bunda.

"Makasih bu, saya permisi dulu."

Dokter Adli jalan menuju petunjuk yang sudah dijelaskan ibunda Ezel. Dokter Adli berhenti, ia menatap gadis yang sedang asyik merapihkan pudding di atas nampan. "Cantik." lirih nya. "Mungkin kah kita jodoh?" lirih nya lagi. Dokter Adli menghampiri gadis itu.

"Khemm..."

"Dokter Adli?" sontak Noe merasa kaget mendapati dokter Adli yang sudah ada di hadapan nya.

"Ada apa Dok?" tanya Noe lembut.

"Gak papa, saya barusan lewat terus lihat kamu disini." ucap dokter Adli tersenyum.

"Oh." Noe merasa begitu canggung. "Mmm, mau pudding dok?" tawar Noe.

"Boleh." dokter Adli duduk di sebuah kursi meja makan, kemudian mengambil pudding yang diberi oleh Noe dan memakannya.

"Saya gak nyangka ternyata kamu adik dari Fiera." dokter Adli tersenyum kembali.

"Saya juga gak nyangka dokter Adli adik nya Mas Fatih."

"Ternyata dunia ini sempit sekali."

"Iya dok." Noe mencoba tersenyum didalam suasana yang canggung.

"Saya boleh minta nomor whatsapp kamu?"

"Eh? U-untuk?" Noe hampir tergagap.

"Menurut mu? Kalau tidak mau juga tidak apa, paling nanti saya minta sama Fiera."

"Ih si dokter maksa." cibir Noe, dokter Adli justru tertawa.

"Kalau lagi di luar gak usah panggil dokter, Mas aja bisa?"

"Ini di dalem rumah bukan diluar, si dokter ngelawak." dokter Adli terkesiap dengan jawaban lucu dari Noe yang membuatnya kemudian tertawa.

"Kamu ini, yang ada kamu yang ngelawak. Maksud saya kalau gak lagi di Rumah Sakit panggil aja Mas, gak usah pakai dokter." dokter Adli mengelus puncak kepala Noe, pria itu terkekeh sementara Noe merasa canggung dengan mencoba tersenyum tipis.

We Marry (?) Mr.Doctor [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang