My Beloved Sister

3.8K 160 0
                                    



"Aku perempuan. Yang sedang berfikir masa depan. Adakah satu tujuan. Bukan hanya sekedar angan-angan."

Kicau an burung-burung di atas seutas kabel listrik terpampang di dekat rumah Noe. Gadis itu menarik nafas dalam dan tersenyum untuk mensyukuri segala hal yang sudah terjadi dalam hidup nya. Dalam diam nya terlintas sebuah fikiran "Akan jadi apakah aku di masa depan? Ada di satu keadaan aku bersyukur menjadi seorang bidan namun di satu keadaan lain aku merasa jenuh dan merasa bahwa ini bukan passion ku" gadis itu sering mempertanyakan hal-hal demikian saat sedang berbicara dengan dirinya sendiri. Tentu dari setiap kalian pun pernah merasa dilema seperti yang dialami Noe. Ada kala nya berfikir bahwa diri ini bukan apa-apa dan masih jauh dari kata hebat.

"Ezel...." seorang wanita yang sudah kepala lima namun masih memancarkan aura kecantikannya memanggil Noe dari arah dapur.

"Iya Bun?" Noe menghampiri wanita yang ia panggil Bunda itu.

Saat ini Noe sedang berada di rumah. Meski seringkali ia merasa bosan untuk pulang ke rumah namun rumah ini lah yang selalu menjadi tujuan akhir gadis itu untuk kembali.

"Bantu Bunda masak opor ayam, balado kentang, teri cabai hijau dengan tumis sayuran ya."

"Siap Bun, masak banyak banget Bun?"

"Iya, kakak mu nanti sore sampai rumah. Dan nanti malam juga Mas Fatih sama keluarga nya mau kesini."

"Kok kakak gak ngasih tahu aku?"

"Mungkin dia sibuk, udah buruan bantu Bunda. Bunda udah buat kue kering dan bolu juga nanti tinggal pudding yang belum."

"Oke deh."

Noe membantu Bunda nya untuk memasak. Rupanya hendak ada acara pertemuan dua keluarga. Kakak Noe baru saja sumpah dokter sebulan yang lalu. Kini sudah akan menikah. Seperti nya kedatangan keluarga Mas Fatih adalah untuk merencanakan tanggal lamaran sebelum hari pernikahan. Sebenarnya persiapan pernikahan sudah berjalan namun masih tetap harus ada tradisi lamaran. Ya, pria yang akan mendampingi Kakak tertua dari Noe itu merupakan keturunan Yogya dan Solo yang masih kental akan adat dan budaya. Mas Fatih bertemu Kak Fiera saat masa koas dulu. Mas Fatih saat itu masih menjadi resident Bedah.

Dua minggu yang lalu Mas Fatih resmi menjadi spesialis Bedah. Noe merasa bahwa kakak nya sangat beruntung sekali. Dalam benaknya terucap "Jujur, aku sebagai adiknya pun sangat mengagumi Kak Fiera. Ia cantik, pintar, penyayang, dan seorang dokter, tentu menjadi nilai tambah tersendiri. Selain itu, calon suami nya begitu tampan, pintar, kaya raya dan super baik. Terkadang aku berfikir, aku berbeda jauh dengan Kakak ku". Noe menggelengkan kepala nya untuk menepis segala yang ada di benak dan pikirannya.

Setelah Noe selesai berdandan, menatap cermin dikamarnya lama, ada suara yang ia kenal. Perempuan yang sangat ia kagumi dan ia tunggu sejak tadi kehadirannya. Noe tersenyum didepan cermin, ia kemudian berjalan menuju ruang tamu.

"Kak Fiera.....kangennn." Noe berhambur ke pelukan Kakak nya itu. Mereka berpelukan cukup lama.

"Ya ampun dek, makin jelek aja kamu." Kak Fiera melepaskan pelukan Noe dan tersenyum menatap wajah adiknya.

"Baru pulang udah bikin kesel." Noe memanyunkan bibir nya.

"Hahaha....bercanda adikku yang cantik, masih aja ngambekkan." Noe pun mendesis kemudian tertawa.

"Cieee...yang mau jadi manten." ledek Noe pada Kakak nya.

"Kenapa? pengen?" Kak Fiera mengelus puncak kepala Noe sambil terkekeh.

"Ih apaan sih, masih lama aku mah, kan aku baru 21 tahun." ucap Noe seraya memutar bola matanya.

"Kalian ini kalau udah ketemu ledek-ledek kan mulu. Fiera cepat sana ke kamar terus mandi. Calon suami dan keluarga mu kan mau datang setelah maghrib."

"Iya Bunda ku cantikkkk." kedua bersaudara itu kompak menanggapi omongan Bunda nya dan tertawa.

Noe membantu Kak Fiera membawa barang-barang nya ke kamar. Sampai dikamar Noe merebahkan tubuh nya diatas kasur.

"Kak."

"Hmmm." ucap Kak Fiera yang sedang membuka koper nya.

"Kakak beruntung banget ya, setelah lulus langsung dilamar dan akan segera menikah. Kakak itu cantik dan sekarang sudah resmi jadi dokter. Calon suami kakak juga bukan orang sembarangan." Noe menatap langit-langit kamar Kak Fiera.

Kak Fiera tersenyum, ia pun menjatuhkan tubuhnya di samping Noe, tepat diatas tempat tidur.

"Kamu lagi galau?"

Noe menoleh ke arah Kakaknya yang sedang tersenyum sangat manis. Wajah nya sangat khas ada perpaduan china dan aceh. "Ya kadang aku ngerasa beda banget aja sama kakak, dari dulu hidup kakak selalu beruntung. Aku punya kakak yang hebat, aku jadi merasa minder."

Kak Fiera tersenyum dan menatap lembut adiknya "Kenapa bilang kayak gitu?". Kak Fiera menjeda ucapannya. "Jangan selalu membandingkan hidup kita dengan yang lain, kalau kamu berpikir seperti itu terus kamu gak akan pernah bahagia. Dan kakak juga hanya perempuan biasa seperti kamu, tetap jadi diri sendiri dan apa adanya, jadilah yang berbeda dari yang lain, setiap dari kita pasti memiliki ciri khas yang membuat seseorang nyaman dan suka dengan kita. Suatu saat kamu akan dapat kebahagiaan yang gak pernah kamu duga."

Noe tersenyum mendengar penuturan Kak Fiera, seorang Kakak yang dewasa dan bijaksana dimata Noe.

"Aku jadi terharu kakak bilang gitu, you're my best sister." Noe memeluk erat dan Kak Fiera pun membalas pelukan tersebut.

"Kamu hanya kurang bersyukur, diluar sana mungkin ada yang ingin memiliki kehidupan seperti kamu. Dan jalani saja hidup ini, jalani apa yang membuat mu senang serta bahagia. Kakak pasti selalu mendukungmu."

"Makasih ya Kak." ucap Noe tersenyum sumringah.

"Sama-sama adikku sayang. Ya udah kakak mau mandi dulu." Kak Fiera bangkit dari atas tempat tidur.

"Oke, kalau gitu aku juga mau ke kamar dulu."

Noe pun bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar nya. Perasaan nya kini sudah cukup lega. "Hmmm, bodoh nya aku yang tak bersyukur tentang hidup ini. Mungkin itu beda nya aku dengan Kakak ku yang selalu terlihat bahagia." Noe merutuki dirinya sendiri.

We Marry (?) Mr.Doctor [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang