Move Departement

3.8K 185 0
                                    


Tak terasa sudah enam minggu berada di departement obgyn. Setelah ini para koas stase obgyn akan menghadapi ujian stase sebagai syarat pindah ke departement berikutnya, yaitu departement Pediatri.

Radip tidak bisa lagi melihat wajah Noe setiap hari di ruang kebidanan. Waktu mereka untuk bertemu pasti akan sangat jarang meskipun masih tetap satu Rumah Sakit. Kejadian malam itu membuat Radip dan Noe memiliki sebuah jarak. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa hati Radip masih terpaut pada Noe. Gadis yang telah membuat nya jatuh hati.

"Dip, udah belajar belum?" Ardi menyikut lengan sahabat nya itu yang sedang sibuk dengan status pasien.

"Udah."

"Oh iya gue lupa, lo mah gak belajar juga udah pinter. Hahaha..."

"Garing lo." Radip tak begitu memperdulikan Ardi.

"Muka lo kenapa Dip?"

"Kenapa emang?" Radip menengok ke arah Ardi dengan menaikkan satu alis.

"Aaa...sedih ya lo gak bisa liat Noe setiap hari lagi karena mau pindah departement." Ardi tertawa meledeki sahabatnya itu.

"Enggak, biasa aja."

"Masa? Yakin nih gak baper?"

"Cewek kali baperan. Udah ah, gue mau makan di kantin." Radip melirik jam tangan nya yang sudah menunjukkan jam makan siang.

"Ikut dong gue Dip."

Ardi mengejar sahabat nya itu. "Jangan nempel gue mulu, gue masih normal." ucap Radip menengok ke arah Ardi yang hendak merangkulnya sebelum menutup pintu.

"Sialan lo. Gue juga masih normal kali." Radip tertawa mendengar protes Ardi. Mereka berpapasan dengan dokter Damar.

"Siang Dok." Radip tersenyum begitu pun dengan dokter Damar.

"Siang."

"Oh iya, Dip."

"Iya Dok?" Radip menoleh saat ia baru beberapa langkah.

"Kalian udah makan siang?"

"Ini mau makan siang dok."

"Ke ruangan saya sebentar. Saya ada makanan."

"Ha? Gak usah dok,nanti dokter kelaperan buat dokter aja." ucap Radip. Ardi menyikut lengan Radip sebagai tanda untuk menerima tawaran dokter Damar saja.

"Istri saya bawain saya makanan banyak banget. Udah ayo, terserah nanti kalau mau kalian makan nya di kantin tidak apa."

"Hehehe...iya dok." jawab Ardi.

Radip dan Ardi berjalan dibelakang dokter Damar berjalan menuju ruangan dokter Damar.

"Nah, ini kalian bawa ya. Masakan istri saya enak kok tenang aja."

"Kalau enak kenapa gak dokter makan? hehehehe..." tanya Ardi cengengesan.

"Saya tadi ada pertemuan di luar, sekaligus makan bersama. Kalau saya gak makan masakan yang dibawa istri saya nanti dia marah saat saya pulang. Dari pada mubadzir dan saya kena marah, kan?"

Radip dan Ardi hanya mengangguk dan menyengir kuda.

"Suatu kehormatan untuk kami dok bisa merasakan masakan istri dokter, hehehhe." ucap Radip.

"Lebay kamu, Dip. Kapan-kapan kalian bertamu ke rumah saya ya saat saya libur. Ajak teman yang lain juga tidak apa." dokter Damar tersenyum. "Masakan istri saya enak semua." ucap dokter Damar kemudian.

"Iya dok siap, ngomong-ngomong dokter Damar takut istri juga ya, hehehe...maaf dok." canda Ardi yang langsung mendapat tatapan dari Radip.

Dokter Damar tertawa "Daripada berantem dengan istri karena hal sepele kan? Lagipula kita sebagai laki-laki harus menghargai dan menghormati perempuan. Kalian juga nanti kalau jadi suami harus gitu."

"Wah...dokter Damar, saya jadi kagum sama dokter." ucap Radip.

"Dokter memang suami sekaligus dokter yang baik. Ternyata dokter asyik ya orang nya kalau lagi gak galak." canda Ardi yang langsung mendapat sikutan dari Radip. Dokter Damar kemudian tertawa "Saya orang nya memang asyik kalau diluar pendidikan. Saya galak juga karena ada sebabnya, untuk mendisiplinkan kalian sebagai calon dokter." Dokter Damar tersenyum.

Ardi dan Radip ikut tersenyum. "Saya jadi inget Papa saya. Papa saya juga selalu mengajarkan hal tersebut pada saya." ucap Radip.

"Oh iya salam ya buat Papa mu, Dip. Papa mu itu juga dokter yang sangat hebat. Rekan sejawat panutan saya."

Radip tersenyum "Terima kasih dok buat makanan dan pujian untuk Papa saya. Nanti saya sampaikan salam nya ke Papa."

"Iya sama-sama. Ya udah sana, nanti jam makan siang nya habis. Jangan lupa shalat, karena itu adalah tiang agama. Harus dijaga biar kalian kuat iman untuk menjadi seorang dokter."

"Iya dok, siap. Kalau gitu kami permisi." ucap Radip

"Iya."

Radip dan Ardi membungkukan badan nya sedikit kemudian meninggalkan ruangan dokter Damar untuk menuju kantin.

We Marry (?) Mr.Doctor [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang