Your Profession

3.6K 181 3
                                    

"Kenapa Mas Adli ingin menjadi seorang dokter?" tanya Noe saat mereka sedang di taman luar gedung. Di sini cukup ramai hanya saja beberapa orang sibuk mengobrol masing-masing.

"Karena dulu saya pernah menjemput Mas Fatih saat dia masih menjadi mahasiswa kedokteran. Saya tertarik saat melihat kegiatan dan setiap gedung di sana." ucapnya tersenyum. "Hanya pemikiran yang sederhana seperti itu." ucap dokter Adli kemudian.

"Mudah sekali jatuh hati." Noe terkekeh.

"Hahhaha.... receh ya?" tanya dokter Adli yang dibalas Noe dengan mengedikkan bahu sambil tersenyum.

"Dan kamu? kenapa ingin menjadi seorang bidan? tidak menjadi dokter saja?"

Noe menatap langit sambil tersenyum. "Sebenarnya aku gak pernah bermimpi menjadi seorang bidan apalagi seorang dokter." kemudian Noe menatap dokter Adli. "Menurut ku kedua profesi itu berat dan terikat dengan banyak aturan."

"Jadi cerita nya kamu salah jurusan?"

"Mmm....bagaimana ya, awal nya aku sangat menolak namun setelah di jalani aku mulai tertarik." ucap Noe seraya menarik napas dan menatap lurus. "Tapi ada kala nya aku merasa jenuh dan bertanya-tanya apakah benar aku ingin menjadi seorang bidan. Jujur aku memang mengagumi seorang tenaga medis karena terlihat keren. Terlebih bisa membantu banyak orang dengan ilmu yang kita miliki itu sangat mengagumkan."

Dokter Adli terkekeh " Itu sebabnya saya ingin menjadi seorang dokter. Bisa membantu banyak orang dengan ilmu yang kita miliki. Itu poin penting." ucap dokter Adli. Noe kemudian tersenyum mendengar hal itu.

"Terus sebenarnya kamu ingin jadi apa?" tanya dokter Adli.

"Aku sangat menyukai menggambar, dulu harapan ku adalah menjadi designer ternama. Saat ini aku tidak tahu jalan apa yang akan aku pilih di masa depan."

Dokter Adli tersenyum "Pilih lah hal yang membuat mu tidak merasa terbebani, hal yang kamu suka. Sehingga setiap hambatan yang datang ke kamu, kamu tidak akan menyerah."

"Tapi gak semudah itu Mas, selama ini aku harus selalu mengikuti kemauan keluarga. Beda nya Kak Fiera memang passion nya di dunia medis, sedangkan aku? Aku tidak suka hal-hal berbau medis."

"Terus saat ini kamu menyesal?"

"Ingin menyesal pun tidak ada guna nya." tatapan Noe mengawang. Kalimatnya terdengar rasa putus asa.

Dokter Adli menarik nafas dalam "Hmmm....meskipun Mas ingin menjadi seorang dokter, Mas juga pernah ada di titik jenuh dan ingin berhenti saja. Tapi, kembali lagi pada titik awal perjuangan." Dokter Adli menatap Noe " Mas selalu memegang prinsip ini 'Jika Tuhan tidak merestui tidak mungkin perjuangan akan sampai sejauh ini' percaya lah, takdir tidak pernah salah."

Noe hanya tersenyum mendengar penuturan Mas Adli. Tiba-tiba smartphone Mas Adli berbunyi.

"Assalamua'laikum. Iya Pa?"

"......."

"Oh oke, Adli kesana."

Kemudian Mas Adli menyudahi telpon nya. Dan memasukkan smartphone tersebut ke dalam saku jas nya.

"Ayo masuk" ajak dokter Adli seraya bangkit dari duduknya.

"Tadi Om Bachtiar?"

"Papa, Noe."

"Belum terbiasa." ucap Noe seraya menyengir kuda.

"Ya dibiasa in, kan sudah jadi Papa mertua kakak mu, jadi kamu juga panggil nya Papa."

Noe kemudian mendesis "Ishhh...emang harus banget apa aku panggil sebutan itu? kan yang menikah Kakak aku bukan aku." ucap Noe seraya menjulurkan lidahnya.

Dokter Adli tersenyum melihat Noe yang seperti anak-anak "Apa perlu nikah sama Mas dulu biar kamu bisa manggil dengan sebutan Papa?"

"Ih apaan sih Mas, gak lucu." Noe memasang wajah cemberut.

"Ya emang gak lucu, kan gak lagi ngelawak."

"Iihhh, ada ya calon dokter spesialis se-nyebelin ini." protes Noe dengan menatap sebal ke arah nya. Dokter Adli hanya tertawa. Noe berjalan secepat mungkin namun tetap saja kalah dengan langkah besar dokter Adli.

"Gitu aja ngambek." goda dokter Adli.

"Siapa yang ngambek."

"Itu bibir nya kayak bebek berarti lagi ngambek."

"Haha...lucu." ketus Noe.

"Jangan gitu muka nya, bikin pengen dikawinin sekarang juga tau gak liat nya?"

"Astaghfirullah, Mas Adliiii......" Noe memukul lengan dokter Adli. "Males Noe sama Mas." Noe mempercepat langkah nya dan meninggalkan dokter Adli yang tertawa dengan bahagia.

"Setiap dari kita pernah merasakan jatuh hati. Jatuh hati yang sementara atau bahkan menetap. Seringkali kita dihadapkan dengan kebimbangan yang berakhir sesak atau bahagia."

(We Marry (?) Mr. Doctor)

We Marry (?) Mr.Doctor [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang