"Apa itu rindu? Rindu itu mungkin seperti kehilangan sesuatu yang biasa kita lihat dan rasakan namun kini tidak lagi."
Sesekali Radip rindu untuk melihat wajah serta senyum gadis itu. Sesekali Radip rindu tatapan tajam dan kesal kesal gadis itu. Radip kehilangan rutinitas seperti biasa pada enam minggu terakhir, melihat gadis itu yang selalu mengikuti dokter Damar visit pasien. Satu minggu sudah Radip pindah Departement. Ia tak lagi berada di Departement Obgyn, melainkan Departement Pediatri.Radip tersenyum dan menghembuskan nafas saat melewati Departement Obgyn. Ingin rasanya Radip melihat gadis itu, namun Radip hanya bisa melihat ruangannya. Sementara di sisi lain gadis itu sibuk dengan pekerjaan nya.
"Bidan Noe." seseorang memanggil Noe yang membuatnya menoleh kemudian tersenyum.
"Iya, dok? Ada yang bisa dibantu?" Noe tersenyum.
"Iya, saya minta tolong untuk antarkan berkas ini ke dokter Zahra. Ini berkas rekam medik pasien Ibu Namira postpartum semalam yang sudah pindah ke ruang perawatan Edelwis."
"Baik dok. Kalau gitu saya permisi."
"Iya"
Noe melangkah pergi menuju ruang Edelwis yakni ruang perawatan masa nifas. Jantung Noe berdegup tidak karuan saat melewati Departement Pediatri. Ia berharap untuk tidak bertemu dengan Radip. Namun, sepertinya Tuhan ingin mempertemukan mereka. Atau do'a Radip lebih kuat dibandingkan sebuah pinta Noe. Mata mereka saling bertemu, namun cepat-cepat Noe memalingkan pandangan. "Siapa yang ada di samping nya?" tanya Noe dalam hati. Iya, Radip berjalan beriringan dengan seorang perempuan yang juga seorang koas. Wajah perempuan itu terasa asing bagi Noe.
Noe sudah sampai diruang Edelwis. "Permisi, assalamu'alaikum." Noe memasuki ruangan dokter Zahra setelah mendapat jawaban dari dalam ruangan. Ruangan nya begitu indah, harum dan tertata rapi.
"Wa'alaikumussalam. Noe ya?" dokter Zahra tersenyum anggun. Cantik. Hanya itu definisi Noe.
"Iya dok, saya mau mengantarkan berkas pasien dari dokter Damar."
"Oh iya, tadi dokter Damar juga sudah menelpon terlebih dahulu. Makasih ya dan maaf jadi merepotkan."
"Sama-sama dok, tidak merepotkan kok dok." Noe tersenyum. "Kalau begitu saya permisi ya dok."
"Tidak makan siang dulu? Bareng saya disini, saya bawa makanan."
"Tidak usah dok, mungkin lain kali." ucap Noe tersenyum.
"Ya sudah kalau begitu."
Noe pun keluar dari ruangan dokter Zahra. Dan lagi saat dilorong Noe melihat Radip bersama perempuan yang dilihat nya tadi. Mereka berjalan berdua menuju kantin. Noe menghirup napas dalam untuk memberi ruang pada dada nya yang tiba-tiba sesak. "Mengapa aku merasa tidak suka?" batin Noe. "Ah ya ampun Noe, astaghfirullah." Noe menggelengkan kepala nya cepat.
Smartphone Noe bergetar. Rupa nya "Kak Azmi" batin Noe. Sudah lama rasanya Noe tak bertemu dan mengetahui kabar dokter Azmi.
"Hallo, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam. Noe sedang jaga?" tanya dokter Azmi.
"Iya Kak, kakak apa kabar?"
"Alhamdulillah baik, hampir 2 bulan ya tidak bertemu dan berkabar." dokter Azmi terkekeh. Memang benar, biasa nya selalu bertemu meskipun hanya di lorong Rumah Sakit atau kantin.
"Hhehehe...iya kak. Kakak lagi sibuk banget ya?"
"Iya, maaf ya. Kakak lagi fokus untuk rencana ambil spesialis, kakak juga memperpadat ngajar kuliah, baru terselesaikan seminggu yang lalu dan selain itu pasien IGD selalu ramai."
"Iya kak santai aja, hhehe. Terus sekarang gimana kak? Jadi daftar dimana?"
"Kakak sudah daftar, sudah tes juga dan hasilnya...." dokter Azmi menggantung ucapan nya.
"Dan hasilnya?" tanya Noe penasaran.
"Kamu mau nya gimana?" Noe menghela napas.
"Ih kakak, bercanda mulu." dokter Azmi tertawa.
"Gitu aja ngambek. Alhamdulillah kakak keterima."
"Serius? Keren."
"Kakak kan emang keren dan smart lagi." ucap dokter Azmi penuh percaya diri.
"Ih percaya diri nya gak berubah." Noe terkekeh. "Jadi keterima spesialis apa kak?"
"Neuorologi."
"Wah...mantap. Dimana kak?"
"Universitas Diponegoro."
"Jauh ya Kak, pindah kesana dong ya?"
"Iya, kenapa? Takut kangen ya?" dokter Azmi terkekeh dari sebrang telpon.
"Apaan sih kak, gak usah mulai deh." Noe tersenyum, wajah nya sedikit bersemu. Ia gadis yang tak bisa digoda dan digombali sedikit saja. Karena hati nya mudah sekali menghangat.
.
.
.
"Mengapa mengenai sebuah rasa selalu ada hal menyesakkan? Apakah saat menjalin hubungan kita pun harus siap akan kehilangan? Ku rasa tidak. Menaruh hati pada seseorang tanpa sebuah hubungan pun harus siap kehilangan. Ini yang tak ku suka dari sebuah rasa."
(Noezella Ardisti)
"Kira-kira kapan ya waktu yang tepat saya bisa melamar mu? atau saya harus menunggu lagi? atau sekarang saja saya utarakan? Meskipun usia mu masih belia?"
(dr.Azmi Muhammad Fatahillah ~ calon Sp.S)
KAMU SEDANG MEMBACA
We Marry (?) Mr.Doctor [COMPLETED]
Narrativa generaleJodoh adalah sebuah rahasia takdir Tuhan. Tentang jodoh akan selalu menarik perhatian. Sebuah kisah yang memang selalu dinantikan. Mungkin jodohmu adalah seseorang dari masa lalu yang tak pernah kamu bayangkan. Saat menjalani masa koas di Departeme...