26

762 56 3
                                    

"Ke boutique dulu yuk" ajak hyejung.
"Terserah lah"

Sampai di boutique, hyejung langsung memilih gaun yang akan dia coba.

"Bagus yang merah apa hitam?" tanya hyejung.
"Yang merah Bagus kok"
"Kamu juga pilih-pilih gaun sana!" saran hyejung.
"Enggak ah aku udah punya dirumah"
"Enggak, pilih aja! Maaf, tolong carikan baju yang cantik buat dia ya. Kayaknya warnanya Bagus biru tua kalo gak gitu navy!" pelayan itupun langsung mencarikanku baju.
"Aku kan udah punya dirumah jung" tolakku.
"Sekali-kali tampil beda di depan orang lain kan gakpapa"
"Ini nyonya, ini gaun terbaru disini" kata pelayan itu sambil menyerahkan gaun berwarna biru tua
"Aku ambil ini dan itu" jawab hyejung.
"Yak! Kau boros sekali" ceramahku.

Setelah itu kita pun menuju salon langganan hyejung.

"Kita mau make up dan hairstyle buat ke pesta ya"

Setelah selesai make up dan memakai gaun kita, kitapun keluar dari bilik dan saling menatap.

Dengan gaun biru tua semata kaki dan membelah samping hingga lutut serta tanpa lengan, pulasan make up natural yang diaplikasikan dengan rambut dibuat wave, tak lupa heels senada dengan gaunku membuatku terlihat berbeda.

"Wow, yeopo" kata hyejung saat melihatku.
"Ndo many yeoposeo. Ayo cepat kita berangkat, sebelum terlambat"

Kitapun berangkat ke acara. Sampai disana, gedung acara sudah dipenuhi oleh mahasiswa yang mengenakan gaun Indah.

"Ternyata kesini juga?" sapa hera sinis.
"Memangnya kenapa? Toh acara ini bukan milikmu kan?" jawabku.
"Udah berani ternyata dia"
"Inget ya, aku punya bukti tentang kelakuan busukmu" kata hyejung.
"Apa? Mau ngancam"
"Hemm ani... Hanya menekankan saja, aku tahu kalau kamu kan yang sudah mendorongku hingga jatuh. Aku juga punya bukti lain yang bisa kapan saja aku limpahkan kepengadilan. Gak mau kan kalau karir dan citramu rusak?" tegasku
"Awas ya, akan aku balas" katanya sambil meninggalkanku dan hyejung.

Aku dan hyejungpun pergi ke tempat backstage untuk menemui kru acara.

"Ah tau gitu aku gak akan pakai heels dulu" cerocos hyejung.
"Jangan mengeluh"

"Hyejung!" panggil teman hyejung yang juga sebagai kru.
"Bagaimana? Sudah siap?" tanya hyejung.
"Bagaimana ini, exo belum datang"
"Apa kau sudah menghubungi?" tanya hyejung panik.
"Aniyo, kan kamu yang punya nomornya"
"Ambil ponselku dimobilku" hyejung memberikan kunci mobilnya.
"Ani, aku punya nomornya, biar aku yang menghubunginya" jawabku.

Akupun mencoba menghubungi manager exo dan berjalan kepintu belakang.

"Yomseo?"
"Ah, ne, nanen nara imnida"
"Ah, nara-ssi?"
"Ne, emm apa exo sudah siap?"
"Tunggu ne, kita butuh satu jam lebih untuk ke sana"
"Mwo? Satu jam lebih? Waeyo?"
"Ah kita belum berdandan dan lain sebagainya"
"Ani, kemarin kita sudah janjian untuk memajukan jadwal kan? Tapi..."
"Sudah dulu ne, saya akan sesegera mungkin ke sana"

Tut.. Tut.. Tut..

"Yomseo? Yomseo? Yak michoso?" aku berteriak.

Akupun masuk ke backstage dengan lemas. Bagaimana cara menjelaskan pada hyejung?

"Waeyo? Kenapa lemas sekali? Kau sakit?" tanya hyejung
"Ani, sepetinya jadwal kita akan kembali seperti semula"
"Maksudnya?"
"Keghae, emmm exo akan datang terlambat, sekitar satu jam lebih"
"Apa yang kau katakan? Mereka sudah ada di backstagenya tuh"
"Mwo? Tapi tadi"
"Ayo ikut akan aku tunjukkan" hyejung menarikku.

Kitapun berhenti di depan ruangan yang bertuliskan exo.

"Annyeonghaseyo, saya ketua penyelenggara acara" sapa hyejung.
"Annyeonghaseyo, senang bertemu denganmu" jawab semua orang yang ada di ruangan itu.
"Oh? Nara-ssi? Woah, kau terlihat beda" sapa manager exo.
"Apa itu terlihat aneh?" jawabku.
"Eh? Ani, bukannya anda bilang akan datang satu jam lagi?"
"Kapan?" lanjutku
"Tadi saat di panggilan, sekitar lima belas menit yang lalu"
"Aku tidak membawa ponselku, ponsel dibawa chanyeol untuk bermain, mungkin dia yang mengangkatnya. Maaf kan kelakuannya, pasti anda panik"
"Ah, bukan masalah" jawabku lega.
"Yak chanyeol! Kemari dan minta maaflah pada nara-ssi" teriak si manager.
"Anniya, gwaenchana"
"Yak chanyeol!" panggil manager itu, tapi chanyeol seperti bingung sendiri.

Akupun mencoba mendekatinya.

"Hyung, aku kehilangan sesuatu" kata chanyeol yang masih sibuk mencari-cari sesuatu di tasnya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanyaku.
Diapun langsung menoleh "ah, apa tidak masalah?"
"Ne, kau kehilangan apa?"
"Kalungku, itu kalung peninggalan kakek buyutku, juga kalung keberuntunganku"
"Kalau begitu biar saya yang mencarinya"
"Saatnya perfom untuk exo" teriak kru.

Merekapun langsung buru-buru menuju ke stage. Tak terkecuali chanyeol.

Dan saat ia sudah keluar akupun baru ingat kalau aku belum tau bentuk kalungnya.

"Ah.. Aku lupa menanyakannya bentuk dan warna liontinnya, aish pabboya"

Akupun mencari dan menelusuri setiap jalan yang dilewati oleh chanyeol.

"Ah,, aku bisa gila. Apa yang ku lakukan disini, harusnya..."

Kalimatku terpotong saat aku melihat ada benda bersinar di semak dekat batas jalan, seperti berlian yang terkena cahaya Bulan. Akupun mendekatinya.

Dan aku ambil benda itu.

Seketika itupun aku merasa lemas dan limbung.

Benda yang sangat aku kenal, benda yang mengingatkanku pada seseorang. Ya, cincinku yang aku berikan pada chanyeol. Tapi kenapa ada disini? Bukannya...

Apa chanyeol yang membawa kesini? Ani maksudku park chanyeol. Lebih baik aku tanyakan nanti saja.

Akupun memasukkan cincin itu di slimhand. Dan masuk kedalam lagi.

"Nara-ya"
"Ah? Sungjae oppa"
"Kau terlihat sangat berbeda"
"Kau orang ketiga yang bilang seperti itu" jawabku.
"Ani, maksudku, aku terlihat sangat cantik"
"Gomawo, kau juga"

Seketika itupun lagu berubah menjadi lagu romantis 'perfect - ed sheeran' yang dibawakan baekhyun dan d.o

"Mau dansa?" ajak sungjae.
"Tapi aku tidak bisa dansa dengan baik" jawabku malu.
"Aku anggap kamu mau"
"Tapi.." sungjae mengajakku ke tengah-tengah pasangan lain yang tengah berdansa pula.

Diapun meletakkan tangan kiriku di tengkuknya, tangan kananku di genggamnya dan tangan kanannya di lingkarkan di pinggulku, sehingga kita sangat dekat sekali.

Nyaman... Hanya itu yang aku rasakan.

"Nara?" panggilnya
"Ne?"
"Bisakah kita memulai dari awal lagi? Sebagai seorang kekasih?"
Akupun terkejut dengan perkataannya dan menatapnya.
"Mungkin memang aku salah, aku ingin terlihat tegar saat kau bilang putus, tapi setelah itu, aku seperti seorang yang tak punya arah, harus pulang kemana hatiku. Hanya kamu satu-satunya tujuanku"
"Tapi oppa..."

Tiba-tiba dia menciumku ditengah-tengah dansa, sempat aku memejamkan mataku. Hingga aku tersadar.

"Mianhae oppa, aku harus pergi" akupun lari pergi keluar gedung dan menuju Taman dekat air mancur.

"Nara, tunggu. Maafkan aku, tapi tolong beri aku kesempatan, aku akan menunjukkan ketulusanku" peluk sungjae yang mengikutiku hingga kesini.
"Aku percaya dengan perasaanmu, bahkan aku sudah merasakannya sejak kita dekat tapi aku tidak bisa oppa, mianhae" aku lepaskan pelukannya.

"Nara-ssi?"

Aku dan sungjae menoleh ke arah panggilan.

LOST IN TIME : LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang