Bab 17

1.4K 165 1
                                    

"Jungkooooookkk!"

Nayeon masih menggoncang-goncangkan tubuh Jungkook yg tegeletak di lantai.

Air matanya tak bisa lagi terbendung. Nayeon meletakan kepala Jungkook di pangkuannya.

"Bagaimana ini? Jungkook! Hiks... hiks..."

"Jungkookk.. jangan mati. Jungkookkk!"

"Uhuk...uhuk..!"

"Hiks..hiks.. Jungkook! Kau..kau.."

Jungkook perlahan membuka matanya. Dia menemukan Nayeon sangat dekat dengannya. Pipinya masih dipenuhi air mata.

"kenapa?Aku belum mati," kata Jungkook lirih.

"Hiks...hiks... maaf... Jungkook maafkan aku!"

"Yak! Ternyata kau ini cengeng. Kau tau? Nyawaku ada sembilan." Jungkook mengangkat ke dua tangannya yg masih lemas. Dia meunjukan ke sembilan jarinya.

"Hiks...hiks... memangnya kau kucing. Dasar bodoh!"

"Hiks...hiks..."

Di tempat lain. Tepatnya di belakang perpustakaan, Seokjin dan Jeongyeon hanya bisa saling diam.

"Jeong Yeon ada yg ingin aku katakan sejak dulu."

"Cih.. tak usah dikatakan. Aku gak mau dengar juga"

"Kau sangat marah padaku?"

"Menurutmu? Apa aku terlihat baik-baik saja?"

"Oppa!"  Suara teriakan itu tersengar menggema di lorong belakang perpus. Yeoja bernama Jisoo itu berlari menghampiri mereka.

"Oppa. Aku mencarimu dari tadi. Kau disini bersama.. dia?"

"Jisoo. Kembalilah dulu. Aku ada urusan."

"Tidak mau. Ayo kita kembali bersama."

"Tidak. Pergi!"

"Pergi!"Seokjin berteriak dengan keras. Sampai suaranya menggema di lorong itu.

"Seokjin-a!" Jisoo berteriak tak mau kalah. Air mata sudah jatuh dir matanya.

Jeong Yeon yg melihatnya memilih untuk pergi. Tapi baru selangkah dia berjalan. Seokjin sudah memegangi lengannya dengan kuat.

"Jisoo pergi! Aku ada urusan!"

"Cih..!" Jisoo pergi dengan rasa kecewa dan air mata yg masih saja kekuar dr matanya.

"Kau.. belum berubah ya?" Tanya Jeongyeon.

"Aku sudah berubah. Berubah jadi lebih buruk!" Kata Seokjin datar.

Jeong Yeon tersenyum. Tapi matanya berkaca². Dia menahan sekuat tenaga agar air matanya tdk jatuh.

"Maaf. Aku terlambat menyadarinya."

"Kau.. kau lebih dari adikku. Dua minggu itu. Ck.. hanya dua minggu. Kau.. sudah bisa membuatku hampir gila selama dua tahun. Aku terus menyesal. Harusnya aku menjadi kakak yg baik untukmu. Bahkn aku akan menjadi lebih dari kakamu. Aku akan menjagamu. Berusaha membahagiakanmu"

"Wae?"

"Karena aku mencintaimu."

Jeong Yeon mematung. Kakinya sangat berat. Dadanya sesak. Dia tk bisa menahanya lagi. Air mata kini sudah turun membasahi pipinya.

"Hiks..hiks.. terimakasih. Tapi Maaf. Sudah terlambat."

Jeong Yeon berlari meninggalkan Seokjin sendiri di lorong belakang perpus.

INDIGO I Can See You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang