'Meskipun dengan berpura pura tidak tahu. Kalau kamu bahagia, apa yang bisa aku perbuat lagi. Bahagiamu itu bahagiaku. Dan tangismu adalah tangisku''
***
Reza menunggu dengan gelisah di depan kamar rawat Dara. Dia juga mondar mandir di depan pintu warna putih itu, berharap pintu itu segera terbuka. Ia ingin segera tahu bagaimana keadaan Dara, sungguh dia sangat khawatir. Digigitnya jari jarinya, khas orang yang sedang gelisah.
"Dokter itu ngapain aja sih?" decaknya kesal, ia meraih kenop pintu rawat itu tak sabaran, ia ingin tahu keadaan Dara. Ia takut Daranya kenapa napa, apalagi darah yang keluar dari hidungnya tadi benar benar membuatnya takut.
Semua yang sedang memeriksa kondisi Dara menghentikan aktivitasnya saat pintu itu terbuka, menampilkan wajah Reza yang sangat khawatir.
"Apa segitu parahnya keadaan Dara, sampai lama banget meriksa dia." Ujarnya mendekati tempat tidur Dara. Dokter wanita itu tersenyum simpul menanggapi kekhawatiran Reza. Lalu menyuruh suster yang membantunya untuk keluar duluan.
"Dara hanya kecapean aja Za, nggak usah khawatir gitu kali." Ujar Dokter itu tahu siapa Reza. Tentu saja dokter wanita itu tahu karena sebentar lagi dia akan menjadi anggota baru keluarga Wijaya,ya dia adalah Keyra, calon istrinya Andra.
"Lo udah periksa beneran, kan?" tanya Reza tak yakin, "nggak mungkin cuma kecapean doang, dia pingsan sama mimisan kayak tadi." Ucapnya masih tak percaya.
Keyra tersenyum tipis, "Gue yang dokter di sini, jadi percaya sama gue." Ujarnya.
"Gue nggak bodoh soal ginian Key, ada kemungkinan mimisan tadi tanda penyakit dalam. Coba lo cek sekali lagi." Ucap Reza lalu melihat Dara yang masih terpejam. Dia mengelus kepala Dara lembut.
"Kok lo nggak percaya banget ya sama gue. Kalau gitu sana suruh dokter lain ngecek keadaan Dara." sinis Keyra menatap Reza. Reza menghela napasnya, ditatapnya lagi Dara dalam dalam, wajah Dara yang pucat, matanya yang terpejam, sungguh membuatnya khawatir.
"Gue hanya terlalu takut kehilangan dia. Gue nggak mau dia kenapa napa." Ujarnya menatap wajah Dara sendu, "gue harap lo nggak bohong." Lanjutnya membuat Keyra tersenyum tipis, ia mengangguk sebagai jawabannya.
"Sebentar lagi Dara pasti sadar, jadi tenangin diri lo." Ucapnya, Reza mengangguk sekilas. Lalu Keyra pamit keluar untuk memeriksa pasien yang lain.
Reza kembali mengelus kepala Dara dengan sayangnya, mengamati wajah Dara yang tak ada bosannya. Sampai mata indah itu terbuka membuat Reza tersenyum menampilkan giginya.
"Sayang,"Reza memegang tangan Dara, diciumnya punggung tangan itu. Dia lega Dara akhirnya sadar dari pingsannya.
"Za," suara parau Dara yang bersamaan dengan suara perut Dara membuat Reza menatap wajah pucat itu. "Laper." Sekarang suara parau itu sudah terganti dengan rengekan manja Dara.
"Kamu nggak haus? Biasanya orang yang habis pingsan itu minta minum." Ujar Reza, Dara mengembungkan pipinya lucu.
"Tadi aku udah minum air kolam, jadi sekarang laper." Balasnya sambil berusaha untuk duduk, Reza segera membantu Dara untuk bersender di tempat tidurnya.
"Yaudah aku ambilin kamu makanan dulu." Dara menahan tangan Reza, "aku nggak mau makanan di sini." Tolaknya. Dara sangat tidak suka makanan rumah sakit.
"Yaudah aku beliin kamu bubur depan rumah sakit ini aja ya?" Dara menggeleng sambil cemberut, "Terus kamu mau makan apa?" senyum Dara ketika Reza menawarkan makanan untuknya.
"Gulai kambing kayaknya enak." Reza langsung menggeleng keras dengan permintaan Dara. Baru juga sadar lamgsung mau makan makanan berat seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Teen Fiction"Sequel My Possesive Boyfriend" Bukannya berkurang sifat Possesivenya Reza tapi malah bertambah, membuat Dara harus ekstra sabar menghadapi itu. Apalagi ditambah hukuman darinya, Reza malah semakin menjadi. Sungguh menyebalkan. "Ooh, jadi kamu nggak...