❤️Kalau saja Dita tidak mengatakan itu padanya, pasti dia bisa pulang dengan tenang tanpa hati resah seperti ini. Apalagi sekarang dirinya mengendarai motor di jalan raya yang sudah pasti padat kendaraan.
Bolak balik dia menggelengkan kepalanya untuk melupakan kejadian tadi.
Kejadian dimana dia berterus terang tentang hubungannya dengan Reza.
"Bodoh," umpatnya untuk kesekian kalinya.
Seharusnya dia tidak berbicara seperti tadi. Seharusnya dia lebih menjaga mulutnya ini. Seharusnya dia tidak mengatakan itu saat hubungannya dengan Reza sudah berakhir.
Ditambah Dita memohon kepadanya buat ngebujuk Reza pulang. Lagian kemana juga cowok itu?
Mengingat ucapannya tadi pasti Dita kecewa banget.
"Sorry, gue nggak bisa."
"Kenapa, Ra?"
"Gue udah bukan siapa siapanya Reza."
"Tapi lo harus bantu gue,"
"Sekarang Reza urusannya sama lo, bukan sama gue lagi."
"Gue mohon. Hanya lo yang bisa."
"Sorry, gue tetep nggak bisa."
Motor yang dia tumpangi ditepikan di depan alfa**art. Dara melepas helm lalu masuk ke dalam untuk membeli minuman. Tenggorokannya kering seketika setelah berbicara ngelantur tentang hubungannya dengan Reza tadi di kantin.
Setelah itu dia keluar dan mendapati seseorang yang tengah berada di samping motornya.
Kening Dara berkerut, dia berjalan ke arah motornya.
"Bisa minggir?" Lelaki itu membungkukkan kepalanya.
"Maaf, nona. Saya ingin berbicara dengan nona sebentar." Lelaki yang ternyata Rendy itu menatapnya penuh harap.
"Kalau menyangkut masalah Reza, gue nggak bisa."
"Saya mohon. Nona harus bertemu Tuan Reza."
Dara mendesah risih. Sebenarnya apa yang dilakuin cowok itu sampai semua orang memintanya untuk bertemu Reza. Dara pusing. Dia semakin,
Khawatir.
"Gue sibuk. Gue harus cabut." Katanya lagi tidak ingin bertemu Reza walau hatinya semakin khawatir.
Dia tahu kalau menemui Reza bukanlah pilihan tepat. Ini akan membuat dia semakin tidak merelakan cowok posesif itu.
Dara memakai helmnya dan menaiki motor. Sebelum sempat memutar kunci motornya, perkataan Rendy sukses membuat pergerakkannya diam, dia mematung mencerna ucapan Rendy barusan.
"Seminggu ini tuan Reza tidak pulang ke rumah. Dia menyibukkan diri di kantor. Dari pagi sampai pagi lagi yang dilakuin Tuan Reza hanya bekerja. Keluarganya sudah bujuk dia untuk pulang. Tapi tuan Reza sama sekali tak bergeming. Sampai sampai dia melarang semua orang buat masuk ruang kerjanya, termasuk Nona Dita, calon istrinya." Kata Rendy panjang lebar.
"Saya mohon, temui Tuan Reza." Mohonnya lagi.
"Tuan butuh Nona,"
Dara tak menjawab, ia memutar kuncinya lalu pergi membiarkan Rendy berdiri di sana tanpa sebuah jawaban.
Terlalu peduli akan membuat hatinya resah.Jadi dia putuskan akan segera pulang ke rumah lalu menikmati dinginnya air di bawah shower kamat mandinya.
Tapi realitanya tidak. Semakin mendekati rumah, hatinya semakin resah. Semakin memikirkan Reza. Semakin otaknya dipenuhi oleh Reza. Semakin hatinya sesak, mengkhawatirkan cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Teen Fiction"Sequel My Possesive Boyfriend" Bukannya berkurang sifat Possesivenya Reza tapi malah bertambah, membuat Dara harus ekstra sabar menghadapi itu. Apalagi ditambah hukuman darinya, Reza malah semakin menjadi. Sungguh menyebalkan. "Ooh, jadi kamu nggak...