Ciye yang kangen sama cerita ini...
Happy reading...
Maafkan aku yang telat update cerita ini ya...
***
Dara duduk di pinggir kasurnya, menguap sebentar lalu berjalan malas menuju meja riasnya. Ditariknya laci meja itu. Tangannya mengambil semacam botol kecil berisi pil berwarna putih. Dara mengambil dua butir pil itu, lalu meraih segelas air putih yang selalu tersedia di atas meja riasnya. Dara menelan pil itu lalu meminum air putih untuk memudahkannya menelan pil pahit.
Selanjutnya Dara berjalan pelan menuju jendela kamarnya. Dibukanya tirai jendela itu. Ia merenggangkan otot ototnya yang kaku sehabis tidur. Dara menatap langit pagi ini sambil tersenyum tipis. Entahlah, yang jelas ini sudah menjadi aktivitasnya mulai sekarang, melihat langit di pagi hari.
Dara melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Tapi sebelumya, Dara mengambil ponselnya untuk mengecek apakah Reza menghubunginya, biasanya kalau dia habis bangun tidur, Reza pasti sudah memberikan pesan selamat pagi untuknya atau memberitahunya kalau nanti ia akan dijemput.
Seulah senyum tipis tercetak dibibirnya saat membaca pesan dari Reza.
FROM : MONYET KEREN
'Pagi sayangnya Reza
Nanti aku jemput. Nggak ada penolakan.'
Kalimat terakhir pesan itu membuatnya sedikit kesal. Selalu saja kata 'nggak ada penolakan' mengiringi kalimat sebelumnya yang merupakan kalimat permintaan. Dara melempar ponselnya kesal ke kasur, kalau sampai kejadian kedua kalinya dia berangkat bersama Reza terjadi, pasti penghuni kampus bakalan gempar lagi. Dan pastinya, Dara akan mendapatkan pertanyaan pertanyaan nggak berfaedah dari mahasiswi mahasiswi, terutama Dita yang selalu kepo tentang Reza.
Dara melanjutkan langkahnya lagi ke kamar mandi, ia harus segera mandi dan bersiap siap agar bisa lolos dari Reza.
Dara keluar dari kamarnya dan menuju meja makan. Di sana sudah ada kedua orang tuanya.
"Reza belum datang, Ma?" tanya Dara sambil duduk di kursinya.
Intan yang sedang mengoleskan roti dengan selai coklat itu menatap Wijaya, "Kayaknya belum deh Ra, iya kan Pa?" Papa mengangguk.
Dara menerima roti yang sudah diberi selai coklat oleh mamanya, segera ia memakan itu.
"Tumben telat." Gumamnya sambil tersenyum, ia tidak menyangka kalau Reza bisa telat menjemputnya. Mungkin dewi fortuna pagi ini sedang memihaknya.
"Yaudah aku berangkat dulu Ma, Pa." Pamit Dara menyalami kedua orang tuanya.
"Nggak nungguin Reza, Ra?" pertanyaan dari Mamanya di balas dengan senyum tengil. Hari ini dia tak perlu susah susah lolos dari Reza.
"Emang Reza nanti nggak marah, Ra?" ucapan Papanya mengehentikan langkahnya.
Marah. Mungkin ini akan menjadi hobby barunya. Membuat Reza marah marah sambil ngomel-ngomel padanya.
"Kayaknya seru kalau Reza marah." Serunya lalu melanjutkan langkahnya. Kedua orang tuanya hanya bisa geleng geleng melihat kelakuan putrinya.
Dara mengendarai motornya keluar dari gerbang rumahnya. Ia tidak akan menunggu lebih lama lagi kesempatan bisa lolos seperti ini. Dari perempatan jalan tempatnya berhenti, Dara dibuat was was karena melihat Reza di arah berlawanan darinya. Dara bisa menebak kalau Reza mau menjemputnya, tapi sepertinya mobilnya mogok makanya Reza belum sampai di rumahnya.Bisa dilihat Reza yang sedang kesal di samping mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Teen Fiction"Sequel My Possesive Boyfriend" Bukannya berkurang sifat Possesivenya Reza tapi malah bertambah, membuat Dara harus ekstra sabar menghadapi itu. Apalagi ditambah hukuman darinya, Reza malah semakin menjadi. Sungguh menyebalkan. "Ooh, jadi kamu nggak...