20. Reza Aneh

39.9K 3K 145
                                    

"Gimana keadaan lo, Ra?" pertanyaan Dita yang baru saja masuk ke tenda membuat fokusnya ke ponsel buyar. Dara menyimpan ponselnya, lalu tersenyum tipis pada Dita.

"Udah mendingan kok." Dita menghela halus kemudian duduk di alas tempat mereka tidur.

"Nggak mau kumpul bareng sama yang lain di api unggun?" tanya Dita sambil mengambil bantal lalu dipangkunya.

Dara menggeleng, "Nggak. Lo aja yang ke sana."

Dara menatap Dita penuh selidik. Sepertinya Dita sedang memikirkan sesuatu. Sesuatu yang entah itu apa dia tidak tahu, yang jelas ekspresi Dita seolah sedang menyusun kata yang tepat.

"Hm, Ra." Panggil Dita lirih. Dara menunggu kelanjutan ucapan Dita.

"Gimana rasanya dicium Kak Reza?"

Gubrak.

Pertanyaan apa itu tadi?

Apa itu harus dijawab?

OMG. Dara seketika menyesal tidak menerima ajakan Dita buat pergi ke api unggun. Kalau tahu pertanyaan konyol itu keluar dari bibir Dita, sudah pasti dia lebih memilih pergi ke api unggun walau keadaannya masih lemas kayak gini.

"Hm..." Dara berdehem membuat Dita tidak sabaran mengetahui jawaban darinya.

"Biar gue jelasin dulu. Gue tadi nggak dicium sama Reza. Reza hanya memberi napas buatan aja."

"Tapi kan tetep aja namanya ciuman." Cemberut Dita merasa cemburu. Cemburu kenapa yang tenggelam itu Dara. kenapa yang nolong Dara itu Kak Reza. Dan kenapa Kak Reza memberi napas buatan untuk Dara. Kan dia pengen.

"Udah ah... nggak usah bahas ini." Dara memasang headshet untuk mendengarkan lagu, dia segaja agar mereka lepas dari pembicaraan yang menyangkut kejadian tadi. Dara terlalu malas untuk membahas kejadian hari ini. Belum lagi juga saat Dara keluar tenda menemui yang lainnya, pasti ada aja yang menatapnya enggak suka padanya. Sepertinya nggak di SMA nggak di kampus, Dara mempunyai musuh. Dan musuhnya itu timbul hanya karena satu orang. Arreza Pratama. Si cowok idaman perempuan.

"Yaudah. Lagian kalau bahas itu malah nambah sakit hati gue. Gue ke luar dulu ya, kumpul sama yang lain." Dara mengangguk.

Setelah Dita keluar dari tenda, Dara kembali mendengarkan lagu sambil membalas pesan dari seseorang. Untung tempat kemahnya tidak terlalu masuk ke hutan, jadi masih ada sinyal untuk sekedar berchat ria.

Saat sedang mengetik pesan balasan untuk Eva, ada notifikasi e-mail masuk di ponselnya. Dara mengernyit heran. Nama e-mailnya

Hay, Ra. Gue Angel. Gimana kabar lo?

Dan saat pesan itu telah di buka, ada helaan kasar keluar dari mulut Dara. Nama itu. Isi pesan itu. Benar benar membuatnya membeku di tempat. Dara hanya memandangi layar ponselnya.

Kenapa perempuan itu menghubunginya?

Kenapa perempuan yang pernah menyakitinya muncul lagi?

Dara kembali sadar saat layar ponselnya mati. Dia mengaktifkan lagi. Sejenak tampilan e-mail itu dia amati lagi. Dia tak tahu apa harus membalas atau tidak. Dan Dara akhirnya memutuskan untuk tidak membalas e-mail itu. Ini mungkin yang terbaik untuknya.

Drtt...

Ponselnya bergetar, ada pesan masuk lagi. Kali ini pesan itu membuatnya menutup matanya. Dara membuka matanya lagi. Melepas headshet kemudian meraih tasnya yang tidak jauh dari posisinya.

Dia sekarang sudah memegang botol kecil berisi obat. Di tangan satunya memegang botol berisi air putih. Kalau saja bukan dari pesan Keyra tadi yang mengingatkan untuk tidak lupa minum obat, Dara pasti tidak akan minum obat pahit ini.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang