33. Butuh waktu

38.1K 2.9K 299
                                    

Aku rela menghabiskan tiap detik di hidupku, walau itu semua berisi perjuanganku untuk mendapatkanmu

-Arreza Pratama-

❤️


Di dalam lift, tangan Reza masih setia menggandeng tangan Dara. Reza tak memusingkan dua perempuan di depan ruangannya tadi, entah itu Angel atau Ditta, dia sama sekali tidak peduli. Yang dia pentingkan sekarang adalah menghabiskan waktunya bersama Dara.

Lain halnya dengan Reza yang tampak acuh, Dara malah termenung. Pikirannya masih melayang saat Angel ingin berbicara padanya. Pasti ada sesuatu yang sangat penting yang harus disampaikan, apalagi itu pesan dari Oma dan Opa Reza.

Kalau saja Reza tidak seenak jidat membawanya pergi seperti ini, sudah pasti pikirannya tenang. Dara juga heran sama Reza yang tampak santai saat Angel tiba tiba datang ke kantor. Dia saja masih belum percaya bisa bertemu lagi dengan Angel. Dan yang paling membuatnya tak percaya adalah perubahan sikap Angel, dia kelihatan lebih ramah dari dua tahun lalu.

Elusan di kepala Dara membuat dia mendongakkan kepalanya menatap Reza, "kenapa ngelamun?" tanya Reza.

Dara cemberut, "seharusnya kita dengerin dulu apa yang mau Angel omongin."

"Aku udah tau apa yang mau dia omongin, jadi nggak usah kamu pikirin lagi." Terang Reza membuat Dara mengerutkan dahinya.

"Emang Angel mau ngomong apa tadi?" Reza tersenyum, "nanti kamu juga tahu." Dara mendengus sebal.

Pintu lift terbuka, mereka keluar dan menuju mobil Reza. Membiarkan motor Dara tinggal di kantor ini.

"Tadi Ditta ada di sana." Celoteh Dara saat Reza sibuk memasangkan sabuk pengaman.

"Terus?"

"Kamu sama sekali nggak nyapa dia, apalagi lirik dia aja enggak. Kenapa kamu cuek banget sama dia?"

"Nggak penting." Reza menyalakan mobilnya.

"Setidaknya kamu lebih ramah sama Ditta, Za." Reza berdecak.

"Bisa nggak kita nggak usah ngomongin orang lain. Hari ini aku hanya pengen ngomongin soal kita. Bukan orang lain." Ujarnya sesekali menengok ke Dara.

Reza menyetir dengan satu tangan, tangan kirinya meraih tangan Dara untuk digenggam, "kalau aku ramahin, dia bakalan makin nglunjak orangnya."

"Oke oke, khusus hari ini kita hanya akan bersenang senang." Semangat Dara membuat Reza terkekeh.

"Oh iya kita mau ke mana?" Tanya Dara masih belum tahu tujuan mereka.

Reza berpikir, "hm...jalan jalan." Dara mendengus. Kalau ini mah dia tahu, maksudnya itu tujuan jalan jalanya ke mana.

"Maksudnya ke mana, Za?"

"Kamu maunya ke mana?"

"Terserah kamu."

"Aku sih juga terserah kamu."

Dara mulai geram, "Za aku serius ini. Kita mau ke mana?" Reza tertawa melihat kekesalan Dara.

Reza mengacak rambut panjangnya, "nanti kamu juga tahu kok."

"Sayang, kamu bawa facial wash nggak?" Untuk beberapa detik Dara terdiam. Mendengar panggilan sayang dari Reza yang udah lama tidak dia dengarkan begitu menghangatkan hati dan pipinya. Pipinya sekarang merona. "Oh my God." Batinnya

"Oh, bawa kok." Jawabnya.

"Nanti minta ya?"

"Buat apa?"

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang