37. Aku, milikmu.

40.3K 2.8K 1K
                                    

"Untuk kali ini, aku tidak ingin terlalu berharap."
-Adara-

H-1 Pernikahan Reza dan Ditta

"Kak Reza, baju pernikahan kita udah jadi. Bunda suruh kakak cobain dulu." Ditta masuk ke kamar Reza tanpa permisi terlebih dahulu. Dia membawa sepasang baju pengantin warna putih.

Reza berdecak kesal, "Keluar!" Perintahnya tegas. Dipijit pelipisnya pusing dengan pekerjaan dihadapannya ini, berbagai macam dokumen dan sebuah laptop menghiasi meja kerjanya di kamar. Pusingnya semakin menjadi saat gadis sialan itu masuk ke kamarnya dan membawa sesuatu yang membuat Reza muak.

Ditta menghela, "Kak Reza, besok hari pernikahan kita," ungkapnya.

Reza menyeringai, "Itu hanya ada di mimpi lo. Sekarang keluar!!" Perintahnya lagi.

"Kak Reza kenapa kerja terus sih? Ayah udah nyuruh untuk istirahat aja buat pernikahan besok."

Reza membanting dokumen di tangannya ke meja, dia kesal. Dia berjalan menghampiri gadis itu, mencengkram kuat lengan kanan gadis sialan itu, "Keluar!!" Desisnya tajam.

"Setidaknya kak Reza cobain dulu bajunya, takutnya ada yang kurang." Ditta terus membujuknya.

"Lo nggak lihat gue sekarang ngapain? keluar!"

"Kak Reza nggak suka ya sama bajunya?"

"Iya. Gue nggak suka."

Ditta tersenyum, "Pantesan kak Reza udah nyiapin baju pengantin di lemari kakak. Jadi besok kita pakai baju yang ada di lemari kak Reza."

"Itu bukan buat lo."

"Buat siapa?"

Reza tertawa kecil, "Lo masih nanya buat siapa?"

Ditta menunduk, " Buat Dara yaa?"

"Iya, buat Dara. Calon istri gue." Ucapan Reza sukses membuat hatinya teriris, aah bahkan dari dulu juga udah sering kayak gini.

"Tapi, besok kak Reza nikahnya sama aku, bukan sama Dara." Ditta masih menunduk.

"Oh yaa....kita liat aja besok." Seringai Reza.

"Yaudah, aku keluar dulu. Mau Ditta buatin kopi?" Tawarnya sebelum keluar.

"Keluar!!" Dan kalimat itu mengakhiri perbincangan mereka di kamar.

Reza berjalan ke kursinya lagi, diamati bingkai foto di atas meja kerjanya, "Aku nggak akan pernah mematahkan hatimu untuk kedua kalinya." Foto Dara yang sedang tersenyum manis itu selalu berhasil membuat Reza tersenyum bahagia. Dan kali ini, bahkan sampai nanti pun, dia tidak akan pernah mematahkan hati Dara lagi.

Pintu kamar Reza kembali terbuka, Reza tentu saja berdecak kesal. Belum sempat melontarkan kalimat pengusirannya, Reza sudah disuguhi tatapan dingin dari Ayahnya.

David berjalan menghampiri putranya yang sedang berkutat dengan dokumennya. Helaan napas beratnya sangat terdengar di telinga Reza.

"Belum menyerah buat batalin pernikahanmu besok dengan Ditta?" Tanyanya.

Reza tak menjawab, ia lebih memilih mengetik sesuatu di laptopnya.

"Apa Ayah ngajarin kamu buat jadi anak pembangkang?" Kali ini suara David agak meninggi. Reza menutup laptopnya kasar, "Ayah yang udah buat Reza ngelakuin ini."

"Apa semua yang kamu lakukan itu demi Dara? Segitu cintanya kamu sama gadis itu sampai sampai kamu rela ngehancurin perusahaan Ayah?"

Reza berdiri, ditatapnya Ayahnya, "Ayah yang mulai duluan. Ayah yang udah ngehancurin perusahaan Om Wijaya duluan."

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang