18. Coffe

43.6K 2.8K 228
                                    

Satu hal yang membuat suasana malam ini menjadi malam yang sangat menyebalkan buat Dara. Bukan. Bukan hanya Dara saja. Dita dan cewek lainnya pun pasti menganggap malam ini juga menyebalkan.

Api unggun yang ada di depan Dara tak lagi menghangatkan tubuhnya, tapi malah membakar hatinya. Membakar hatinya karena cemburu melihat Reza yang lagi lagi dideketin Nesha.

Dara tahu, Reza berulang kali menyuruh Nesha menjauhinya, bahkan tatapan tajam juga dia layangkan ke cewek itu, namun tidak mempan untuk cewek itu.

Dara menghela, ia lebih memilih menyeruput teh hangat yang ia pegang.

Bagi Reza ini penyiksaan. Dideketin cewek seperti Nesha sangat membuatnya risih. Risih sejadi jadinya.

"Lo bisa jauh jauh dari gue nggak sih, hah?" sentaknya kesal. Biar semua mendengarkan, Reza tak peduli. Dia juga tahu posisinya sekarang apa. Dia sudah punya tunangan, dia sudah punya kekasih. Dan parahnya, kekasihnya sedang melihatnya. Dari yang dia lihat, Dara di sana sudah mengorbarkan api cemburu, Reza tahu itu. Dia tak ingin menyakiti gadisnya.

Dengan kesal, Reza berdiri lalu pergi menjauh dari kumpulan anak-anak lain yang melanjutkan kegiatan api unggunnya. Dia lebih menjaga perasaan Dara.

Andai hubungannya tidak backstreet seperti ini, pasti dia bisa tenang menjalani hari harinya bersama Dara di depan semua orang. Tidak seperti sekarang, dia dan Dara tidak bisa bersama sama ketika bersama orang lain.

Semua orang di sana membiarkan Reza pergi. Mereka juga pasti berpikir ulang untuk mengejar Reza yang sedang kesal seperti itu. Pasti sangat berbahaya jika mendekati Reza.

Reza kembali ke area tenda. Dia melirik Ziko yang sekarang sedang duduk di depan tendanya, dia menghampiri Ziko.

"Lo nggak ke sana?" Ziko langsung berdiri saat Reza berada di depannya. Dengan kikuk dia menggeleng. Dia sepertinya belum terbiasa berbicara bersama Reza. Bukan karena jarang ketemu, cuma ada sesuatu saja yang membuat Ziko bersikap kikuk, takut atau apalah itu.

Apa mungkin aura Reza yang mengerikan?

"Lo sendiri nggak ke sana?" tanya balik Ziko. Ia ingin membuat suasana nyaman saat berbicara dengan tunangan sahabatnya ini.

"Males," Singkat jawaban Reza. Setelah itu tak ada pembicaraan. Ziko dan Reza memilih duduk di depan tenda tanpa ada pembicaraan. Mereka berdua seakan bingung memulai pembicaraan.

"Hm...," Reza berdehem sambil menatap ke depan, "Lo sejak kapan kenal sama Dara?" Reza, si cowok dingin itu memulai pembicaraannya.

"Sejak SMP, tepatnya saat hari pertama masuk sekolah," jawab Ziko, Reza manggut-manggut.

"Terus, lo kok bisa temenan sama dia?" Ziko menghembuskan napasnya, ia mengalihkan pandangannya ke depan juga.

"Dulu, Dara itu nggak punya temen cewek, temennya dia cowok semua," sontak perkataan Ziko membuat Reza menatap lekat lekat. Ia ingin tahu lebih dalam tentang itu. Jujur dia baru mendengarnya kali ini.

"Dara dulu dikenal pribadi yang bandel, hobbynya ngelanggar aturan sekolah. Lo harus tahu, dalam sehari, dia bisa ngelanggar sepuluh aturan sekolah, bandel banget, kan?"

"Serius?" Ziko mengangguk mantap.

"Dulu Dara punya mantan, nggak?" pertanyaan dari Reza membuat gelak tawa Ziko terdengar.

"Boro-boro punya pacar, gebetan aja kagak punya," lega Reza mendengarnya. Jadi dia adalah cowok pertama bagi Dara. Senangnya Reza.

"Jadi dulu dia nggak laku?" beberapa detik kemudian, sebuah batu kecil berhasil mendarat di lengan Reza, membuatnya meringis sambil melihat siapa pelaku yang berani beraninya melempar batu kepadanya.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang