"Mungkin ini kalimat teregoismu yang aku suka. Iya benar. Aku milikmu dan kamu milikku. Satu satunya dan untuk selamanya."
-Arreza & Adara-
🍁Sudah dua jam resepsi pernikahannya tak kunjung selesai. Kakinya seperti patah berdiri terus menerus menyambut tamu yang entah kenapa banyak sekali. Kolega kolega keluarganya dan keluarga Reza tak ada habis habisnya. Belum lagi teman temannya yang entah kenapa bisa datang ke acara dadakan ini. Aahh bukan, ralat. Ini sudah terencana dengan matang oleh sang suami yang berdiri di sampingnya ini.
Reza. Lelaki itu dengan kesempurnaannya membuat rencana ini memang berjalan dengan sempurna. Mulai dari akad pagi tadi sampai sekarang. Resepsi di hotel milik keluarganya juga sudah disulap dengan cantik dan indah. Semua berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Dara geleng geleng sendiri memikirkannya. Rezanya sungguh sempurna.
"Reza, kapan ini selesai? Aku capek," keluhnya pada Reza.
Reza tersenyum melihat tingkah manja istrinya ini. Mengelus lembut kepala Dara dengan sayang, "Sebentar lagi." Dara mengerucut bibirnya.
"Dari tadi bilang sebentar sebentar mulu."
"Kalau gitu kamu duduk aja ya." Kata Reza langsung digeleng Dara. Tidak sopan dong kalau sang pengantin perempuan duduk duduk melihat sang suami berdiri sendiri menyambut para tamu.
"Sebentar lagi, okey," ujar lagi Reza dengan lembut. Dara hanya mengangguk.
Binar bahagia di matanya terpancar saat melihat Raka datang menghampirinya. Mode was-was Reza menyala. Dengan posesif dia memeluk erat pinggang Dara.
"Selamat ya Ra." Ucap Raka tersenyum.
"Terima kasih."
"Boleh peluk?" Tanya Raka dihadiahi tatapan membunuh Reza. Pertanyaan konyol dan sungguh membuat jengkel Reza.
"Boleh." Dara hendak melepas pelukan Reza namun sang empunya tangan malah mengeratkan.
"Enggak!" Tolaknya. Dara berdecak sebal. Ayolah ini hanya pelukan selamat.
"Kalau salaman boleh?" Tanya Raka lagi.
"Boleh." Dara langsung menyambut tangan Raka sebelum Reza menghentikannya.
"Makasih udah datang." Kata Dara tulus.
"Gue harap lo selalu bahagia." Harapnya.
"Tentu." Itu Reza yang menjawab.
Raka beralih menatap Reza, tangannya terulur bersalaman. Reza menyambut tangan itu.
"Gue harap lo nggak nyakitin Dara lagi."
"Gue akan selalu bahagiain dia."
Raka tersenyum sekali lagi, "Selamat buat kalian berdua." Lalu berjalan menjauh dari mereka.
"Reza, apa semua anak kampus tau kamu nikah sama aku?" Reza mengangguk.
Dara tampak lesu mendapat jawaban itu.
"Kamu nggak suka mereka tau?"
Dara menggeleng, "Bukan begitu."
"Terus?"
Dara menatap lelah ke arahnya, "Aku jadi nggak bebas."
"Maksudnya?"
"Ya nggak bebas aja. Kalau aku ngelakuin sesuatu hal pasti ada aja yang nilai aku pantas apa enggak sama kamu, pantas nggak aku jadi istri kamu. Kamu kan tau, banyak cewek kampus yang suka sama kamu. Pasti mereka bakal ngelakuin yang aneh aneh." Ujar Dara.
"Enggak akan." Tegas Reza. Lagi pula dengan memberi tahu seluruh kampus akan sedikit membuat hatinya tenang. Reza tidak buta melihat tidak sedikit lelaki yang menatap suka ke Daranya. Tapi sayangnya, Daranya itu tidak peka sama sekali membuat dia harus menahan cemburu setiap tatapan lelaki yang memuja istrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Teen Fiction"Sequel My Possesive Boyfriend" Bukannya berkurang sifat Possesivenya Reza tapi malah bertambah, membuat Dara harus ekstra sabar menghadapi itu. Apalagi ditambah hukuman darinya, Reza malah semakin menjadi. Sungguh menyebalkan. "Ooh, jadi kamu nggak...