Bagian 1: Bunga Sakura Yang Mengering
Tokyo, Musim Gugur 19 Oktober
Haruno Sakura, nama itu terukir dalam--sangat dalam, di sebuah batu nisan hitam yang berada diatas tanah basah dan masih penuh dengan bunga-bunga lili dan bunga Sakura yang mulai layu, sebagai tanda atas pemilik pusara itu.
Sasuke masih berlutut menyesali dan menangisi seseorang yang sudah tidur nyaman di dalam sana. Ia menggenggam tanah-tanah itu, berusaha menampar dirinya sendiri agar ia sadar bahwa Sakura sudah bersama Tuhan di Surga, dan ia sudah tidak memiliki tempat di dalam hidup Sakura setelahnya.
Sudah lebih dari tiga jam semenjak upacara pemakaman gadis itu selesai, bahkan kerabat, saudara dan teman-temannya sudah kembali pulang. Hanya ada Sasuke disana, ia sendirian masih menemani kuburan basah Sakura sambil berharap konyol bahwa kuburan itu akan terbelah dan menampilkan Sakura dalam keadaan baik-baik saja. Ia terkekeh sumbang mengingat harapan bodohnya.
Bahkan dua jam yang lalu, Itachi-kakaknya-dan Naruto-sahabat baiknya-membujuknya berkali-kali untuk pulang ke apartemennya dan apa reaksi Sasuke saat itu? Ia mengamuk dan meraung-raung meneriakkan nama Sakura berkali-kali, berharap bahwa gadis itu akan datang memeluknya, dan menenangkannya.
Ia bangkit dari duduknya, menghiraukan kemejanya yang lusuh dan penamplannya yang acak-acakan beranjak dari tempat itu dan mulai melangkah menjauhi pusara Sakura, meninggalkan gadis itu dan membawa segenap luka dan penyesalan yang sangat memberatkan dadanya itu.
"Tuhan cepat bangunkan aku dari mimpi buruk ini. Ini terlalu buruk jika disebut sebuah mimpi." Erangan pilunya semakin terdengar parau karena ia sudah menghabiskannya sepanjang sore, mengabaikan kesunyian malam yang ada di sekitarnya Sasuke duduk di sebuah bangku taman yang tidak jauh dari pemakaman itu. Mengistirahatkan badannya sejenak dan mencoba menenangkan diri untuk bersiap untuk menghadapi kenyataan besok pagi.
Sasuke menghela napasnya sesak. "Jika Tuhan tidak mau membangunkanku dari mimpi buruk ini, maukah kau bangun untukku, Sakura?" Tanya Sasuke sambil memukul dadanya berkali-kali, kembali terisak mengingat bagaimana ia mencampakkan Sakura selama beberapa waktu ini.
"Apakah aku sangat menyakitimu? Hingga untuk bangun dan menemuiku lagi kau tidak mau? Aku menunggumu, Sakura. selalu menunggumu." Lagi, ia mengerang pilu meloloskan air matanya yang rasanya akan kering beberapa saat lagi jika ia terus menangis.
Melanjutkan langkahnya dan berjalan pulang, melangkah dengan serampangan dan tidak memperdulikan sekitar, seolah waktu berhenti karena kematian Sakuranya. Sasuke terjatuh, berlutut di bawah temaram lampu jalan dan sekelebat bayangan wajah marah dan suara menyebalkan Sakura-yang sialnya sangat ia rindukan saat ini kembali berdesakan di otaknya memutarnya berulang kali seperti kaset rusak dan terlihat akan membunuh Sasuke dalam beberapa saat jika Sasuke tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri terhadap semua kenangannya dan Sakura.
Jangan minum kopi terlalu banyak!
Kuharap kau mengingatkanku untuk menyuruhmu membersihkan akuarium sabtu depan!
Kau ingin apartemenmu terbakar? Kenapa kau selalu lupa mematikan setrika, Sasuke-kun?!
"Sakura..." Sasuke mendesis serak, mengabaikan beberapa pandangan kasihan orang-orang yang menatapnya kasihan. Ia sudah berada pada titik terlemahnya, rasanya untuk melangkah lagi semuanya terasa sangat berat dan jika ia memaksa melangkahkan kakinya, ia merasa beban di hatinya akan semakin berat dan itu akan semakin menyiksa dirinya.
"Aku bahkan rela jika aku menukar nyawaku agar kau bisa kembali bersamaku, Sakura." Sasuke mendsah frustrasi lagi.
Cukup! Semuanya sudah cukup! Sasuke merasa bahwa saat ini ia harus mengeluarkan semua beban di hatinya, memaksa semua kenangan tentang Sakura muncul dan membayangi pandangannya dan akhirnya ia menangis lagi dan mengingat Sakura lagi,
Ya Tuhan?! Ini dapur atau kandang kuda, Sasuke-kun? Kenapa kotor sekali?
Jangan memencet pasta gigi dari tengah, lihat aku! Pencet sepertiku dari ujung!
Tangisannya berhenti dengan sendirinya, air matanya kering dan ia hanya bisa mengerang pilu dan penuh dengan nada kesakitan yang menyedihkan. Ia masih berada di sana, tidak berniat beranjak dari tempat itu sama sekali hingga tepukan seseorang dirasakannya pada bahunya, setelah beberapa saat lalu ia mendengar suara orang asing yang tertawa remeh menghina nasibnya.
"Kau akan terus menangisinya? Ah iya, kurasa itu lebih baik karena itu akan membuatmu menyesali perlakuanmu selama ini padanya..." Orang itu kembali tertawa agak keras dari kekehannya yang sebelumnya.
"Mau sampai kapan kau menangis, Sasuke-san?" Pertanyaan itu kembali terdengar setelah beberapa saat hening karena orang itu menghentikan tawanya sejenak.
"Seorang pria arogan sepertimu? Menangis?"
"You just like a fool, Uchiha Sasuke..." Decakan mengejek kembali terdengar di telinga Sasuke, tanpa berbalik dan beranjak dari duduknya ia balas bertanya pada orang itu,
"Siapa kau? Kenapa kau seperti tahu semua kehidupanku? Dan darimana kau mengenalku?"
*
Up fast berhubung ini work baru, karena work yang lama stucked idea >.<
Selamat makan...
KAMU SEDANG MEMBACA
TIMELESS [COMPLETE]
Fanfiction[END] Jika separuh waktuku bisa membawamu kembali padaku, aku rela memberikannya bahkan jika aku harus memberikan seluruhnya asal kau kembali bersamaku. Naruto belongs to Mashashi Kishimoto