Musim Gugur, 11 Oktober
Sebuah hal yang mendadak ia benci setelah semua hal yang ia lakukan di hari sebelumnya adalah jam tujuh, pulang subuh dan sekarang sudah di hadapkan pada kenyataan bhawa ia harus segera bangun untuk segera bersiap kerja.
Suara langkah kaki yang teredam karpet membuatnya tahu siapa yang berani masuk apartemennya--terlebih kamarnya di pagi-pagi seperti ini. Ya siapa lagi kalau bukan Haruno Sakura? Gadis itu sering kali berada di sini pagi-pagi untuk membangunkan SAsuke yang terkadang sangat malas untuk bangun dan bersiap kerja.
SRAK! Suara gorden yang tersibak membuat cahaya matahari menyuruk masuk ke dalam kamarnya seolah sedang tertawa mengejek pada Sasuke agar segera memulai harinya ini.
"Bangun pemalas!" Sakura menarik bantal Sasuke yang ia gunakan untuk menutupi wajahnya menolak sinar matahari untuk masuk ke dalam mata-matanya untuk bangun.
Elusan halus terasa pada bahunya dengan sebuah kecupan kecil di pipinya Sakura kembali mencoba membangunkan SAsuke, "Kau tidak berangkat kerja? Ini sudah pukul tujuh." Suara itu terdengar lebih lembut dari sebelumnya, membuat Sasuke semakin malas untuk membuka matanya.
"Sasuke-kun... bangunlah, kau akan terlambat bekerja..." Bisikan lembut itu kembali terdengar kembali di telinganya disertai dengan kecupan lembut di pipi kananya.
Pada akhirnya ia membuka matanya dan saat matanya terbuka sempurna yang ia dapati adalah senyuman manis dari Sakura. "Selamat pagi," Senyuman itu, senyuman yang tanpa ia lihatpun ia tahu siapa pemiliknya. Sasuke hanya bergumam dengan wajah mengantuk, ia menggaruk belakang kepalanya dan hal itu membuat rambut raven mencuatnya semakin mencuat dan berantakan.
"Semalam kau pasti pulang sangat larut. Kau terlihat sangat kelelahan." Sasuke merasakan dagu mungil itu hinggap diatas pundaknya.
Sasuke mengangguk. "Kau datang pagi sekali, Sakura.." Itu adalah kalimat pertama yang ia rasa terdengar sedikit ketus karena setelahnya ia merasakan sedikit penyesalan kecil--yang sebenarnya ia abaikan. Mata Sasuke menyipit, menoleh ke arah Sakura, membuat gadis itusedikit berjengit mengangkat wajahnya.
"Aku merindukanmu. Semalam aku menunggumu, tapi kau tak kunjung datang. Kau tidak merindukan--"
"Aku harus segera mandi. Sepertinya aku akan terlambat." Sasuke segera berdiri. Menghampiri kamar mandi dengan langkah berat, meraih handuk yang tergantung di belakang pintu kamar mandinya. Setlah itu ia kembali masuk.
Tanpa perlu waktu lama, karena pekerjaannya tidak menunggu dirinya. Hanya berselang lima menit, ia keluar dari kamar mandinya dengan handuk yang menggantung di tengkuk, ia menggunakan kedua tangannya untuk menggosok rambutnya-- mengeringkannya. Berharap padanya agar rasa kantukdan pusingnya agak berkurang. "Kau tak perlu selalu merapikan tempat tidurku, Sakura." Ia menatap ke arah Sakura yang bar saja selesai merapikan tempat tidurnya.
"Tak masalah, aku menyukainya." Ia tersenyum manis kemudian ia menghampiri Sasuke mengambil alih handuk yang mengganung di tengkuk pria itu. "Biar kubantu--"
"Aku bisa sendiri," Sasuke berbalik menghindari tangan Sakura yang mengambang berusaha meraih handuk yang ada di tengkuknya. Sakura keluar kamar, setelah Sakura benar-benar berada di luar kamarnya, Sasuke melangkahkan kakinya menuju ke lemari pakaiannya mencari pakaian kerjanya.
"Kau tidak sarapan dulu?" Tanya Sakura yang berada di sofa ruang tengah apartemennya. "Aku harus segera ke kantor," Sekilas ia melirik Sakura yang kini sudah berdiri dari sofanya.
"Baiklah, aku mengerti. aku akan berangkat sendiri." Sakura tersenyum manis dan tertawa ringan kemudian--seperti biasanya. Meskipun kalimat Sasuke seringkali memberikan tekanan untuknya, tapi nada suara Sakura tidak pernah terdengar keberatan dan kecewa, Sakura, gadis itu malah bergerak mendekat ke arah Sasuke yang kini seibuk dengan dasi di lehermya, mengambil alih dasi itu kemudian ia menyimpulkan dasi itu dengan rapi.
"Jaga kesehatanmu." Sakura tersenyum, senyumsn yang selalu membuat Sasuke bangun kembali dan menjadi manusia. "Kau terlihat sangat kelelahan," Tangan kanan Sakura bergerak menelusuri wajah tegas itu, wajah tampan yang dianugrahkan Tuhan pada Sasukenya.
"Tentu." Balas Sasuke. "Apa kau tidak berangkat? Kau bisa terlambat" Tanya Sasuke yang berusaha kembali menjadi sosok iblis yang membuat Sakura takut dan menghindarinya.
Sakura mengangguk pelan, tapi tubuhnya masih diam tidak bergerak, masih berdiri tegak di depan Sasuke dengan tatapan yang menjelaskan bahwa ia menunggu sesuatu. Sasuke menautkan kedua alisnya, bingung dengan tingkah gadis di hadapannya yang belum juga bergegas pergi. Seolah baru paham apa yang ditunggu gadis itu, Sasuke memutar bola matanya, sedikit jengah, "AKu mengerti," Sasuke membungkuk, mendaratkan sebuah kecupan lembut pada pelipis kiri Sakura. "Pergilah, kau akan terlambat siaran pagi ini.
Sakura mengangguk paham dan seperti kebiasaannya ia tersenyum lebat, kemudian ia melangkahkan kakinya keluar dari apartemen Sasuke. "Sasuke-kun~?" Sakura menghentikan langkahnya ketika ia sampai di depan pintu. "Apa kau akan mengirimkan email saat aku siaran nanti? Memberikan ucaoan selamat bekerja, atau hanya sekedar salam untukku? Aku rindu membacakan email darimu, sudah lama--"
"Akan kuusahakan." Potong Sasuke cepat. "Pergilah, kau akan terlambat."
*
"Bagaimana pertemuanmu dengan Chief Kakashi kemarin?" Tanya Naruto sambil berjalan di kursi kerjanya setelah kembali dari kafetaria.
"Lancar, akan ada banyak proyek baru untuk beberapa waktu ke depan."
"Kedengarannya bagus," Kata Naruto , tidak berusaha memperpanjang percakapan itu, karena melihat Sasuke yang selalu memasang tulisan 'Jangan-Ganggu-aku' di atas keningnya ketika ia sedang bekerja. Kini Naruto menarik laci mejanya, mencari-cari sesuatu yang ia perlukan. "Sudah lama sekali sejak aku tidak mendengarkan siaran pagi." Naruto meraih tape recordernya dan jari-jarinya sedang menekan tombol mencari saluran yang ia inginkan.
"Selamat pagi para pendengar! Kembali lagi bersama kami pagi hari yang indah ini. Sakura, Temari dan Gaara akan meemani anda dalam satu jam ke depan." Suara Sakura terdengar ceria dalam radio itu. "Aktivitas pagi anda akan terasa bersemangat bersama kami. Informasi pagi dan lagu-lagu terbaru akan kami suguhkan untuk--"
"Sasuke Teme!" Naruto terlihat jengkel ketika tiba-tiba Sasuke merampas tape dari tangnnnya dan menekan tombol off. "Ada apa sebenarnya denganmu?!" Naruto memaki Naruto yang belum berhenti dengan kekesalannya.
Sasuke hanya tertegun. Tidak menghiraukan wajah kesal Naruto yang masih betah menatapnya dengan tatapan yang mengajak ia berperang. Kembali bergumul dengan pikirannya yang mencoba menjawab pertanyaan untuk dirinya sendiri. Ada apa dengan dirinya? Ada apa? Jangankan untuk menjawab pertanyaan Naruto, untuk menjawab pertanyaannya sendiri pun ia merasa kesulitan.
Ada apa dengannya? Tanyanya lagi. Mengapa ia seolah enggan untuk mengetahui dan mendengar segala sesuatu tentang Sakura? Tidak mau mengetahui hal apapun tentang gadis itu. Untuk bertemu pun ia merasa... enggan. Namun gadis itu masih saja tidak menyerah terhadapnya. Apa yang salah dengan Sakura?
*
Semoga masih syuka >///< ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
TIMELESS [COMPLETE]
Fanfiction[END] Jika separuh waktuku bisa membawamu kembali padaku, aku rela memberikannya bahkan jika aku harus memberikan seluruhnya asal kau kembali bersamaku. Naruto belongs to Mashashi Kishimoto