13

5.7K 411 52
                                    

Bagian 4: Hoshi-sama


Musim Gugur, 19 Oktober

Sasuke sayup-sayup mendengar beberapa kali ponselnya berdering. Setelah dering itu mati, maka akan terdengar lagi deringan selanjuntnya. Ia mendengus, kesal siapa yang pagi-pagi berani meneleponnya? Bukankah ini adalah hari libur? Tidak mungkin ada seseorang yang memintanya untuk datang ke kantor pada hari libur seperti ini. Setelah gagal menutup kedua telinganya dengan bantal, ia mengulurkan tangannya pada akhirnya. Menggapai-gapai di atas nakas, mencari benda dan arah terdengarnya suara yang berisik itu.

Setelah tangannya sudah merasa menggapai benda itu, telunjuknya langsung menggeser sambungan telepon, "Halo?" Sapanya dengan suara yang berat, parau, serak dan rasa kantuk yang berlebihan.

"Sasuke-kun!"

"Sakura." Sasuke berdecak. "Kau tidak tahu jika hari ini adalah hari libur?"

"Aku tahu." Suara disana terdengar riang. "Hari ini tanggal 19 Oktober." lanjutnya.

"Lalu? Apakah aku melupakan tanggal perayaan lagi? Separah itukah memoriku untuk mengingat tanggal-tanggal perayaan?"

"Bukan! Bukan seperti itu!" Tukas Sakura. "Karena ini adalah hari jadi kita yang ketiga, Sasuke-kun... Aku ingin merayakannya untuk yang terakhir kali--"

"Apa maksudmu, Sakura?" Sasuke meninggikan suaranya tidak terima dengan perkataan Sakura.

"Maksudku bukankah bulan depan kau akan pergi? Jadi kurasa ini tahun terakhir kita merayakan hari jadi kita bersama-sama..." Nada suara Sakura merendah karena mengingat Sasuke yang akan segera pergi.

"Aa..." Sasuke menggaruk-garuk kepalanya dengan mata yang masih terpejam.

"Baiklah! Saat ini aku baru saja turun dari bus. Aku sedang berada di seberang gedung apartemenmu."

"Cherry..." Sejenak Sasuke tertegun karena menyempatkan diri untuk kaget mendengar ucapannya sendiri. Cherry, panggilan kesukaannya pada Sakura yang sudah langka terdengar darinya. "Seharusnya kau tidak menyeberang jalan sambil bertelepon. Itu sangat berbahaya!" Ia mengusap wajahnya gusar. "Mengingat pertama kali kita bertemu, kau adalah gadis yang selalu menabrak." Kali ini Sasuke bergumam.

"Aku mengerti, aku meneleponmu karena aku tahu pasti kau belum bangun, Pemalas!" Gadis itu terkekeh. "Dan aku ingin bertemu denganmu lebih awal untuk merayakan--" Suara Sakura tiba-tiba menghilang, terganti dengan suara jeritan mengenaskan dan debaman keras yang terdengar dari balik speaker ponsel. Baiklah, suara itu kali ini berhasil menampar Sasuke dan membangkitkan sayup-sayup kesadarannya.

Sasuke bangkit dari posisinya, ia duduk di tepi ranjang dengan kesadaran yang sangat penuh. "Sakura!" Teriaknya. "Haruno Sakura! Jawab Aku!" Wajah Sasuke terlihat panik. Tangannya menyisir rambut ravennya dengan kasar, bahkan terkesan menjambak. Kembali meneriaki nama gadis itu pada ponselnya.

"Cherry! Sakura!" Sasuke berteriak lagi. Kali ini wajahnya terlihat pucat pasi. Menemukan ponselnya tidak mengeluarkan suara sahutan apapun dari seberang sana. Tanpa pikir panjang ia menaruh--dengan cara membanting--ponselnya ke tempat tidur. Tidak peduli dengan baju tidur lusuh--kaus sleeveless putih--yang ia kenakan semalaman dan celana pendek, ia keluar dari pintu, membanting daun pintu hingga beradu dengan dinding, menghasilkan suara debaman kencang.

Ia tidak sanggup bertahan lama untuk menunggu pintu lift terbuka sehingga membuat kakinya menuruni anak tangga dengan gerakan yang cepat. Napasnya mulai tersengal ketika ia mencapai lantai dasar. Kembali berlari , menghabiskan sisa tenaga dalam keadaan bangun tidur, itu sungguh tidak mudah. Langkahnya mulai terayun keluar dari gedung apartemennya, melewati pintu putar tanpa mempedulikan orang-orang yang akan masuk.

TIMELESS [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang