Bagian 2: Mengenangmu Kembali
Tokyo, Musim Semi 4 April Lima Tahun silam..
Suasana perpustakaan yang mulai ramai dengan mahasiswa yang sibuk dengan urusannya masing-masing, tidak terkecuali Sasuke dan Naruto yang sedang berada di antara rak-rak buku geologi untuk mencari buku referensi yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas kuliah dari Mr. Orochimaru, dosen dengan seribu alasan yang tidak akan segan akan memberi nilai C pada setiap mahasiswanya yang tugas-tugasnya tidak sesuai dengan harapannya.
"Aku heran kenapa dosen sejenis Orochimaru-sensei masih diterima mengajar disini," Naruto menggerutu pada Sasuke yang masih sibuk mencari buku referensinya.
"Kenapa pihak rektorat tidak segera memberhentikannya?! Padahal dia adalah salah satu alasan kenapa para mahasiswa lebih memilih DO-- Sasuke, Teme... Kau mendengarku tidak?!" Naruto menggeram kesal karena sejak lima menit lalu ia sudah ditinggal Sasuke sendirian di antara rak-rak yang jika jatuh bisa membunuhnya.
"Teme.. awas didepanmu, ada tumpukan buku berjalan," Naruto terus memanggil Sasuke meskipun pelan, tapi ia merasa bahwa panggilannya sampai ke telinga Sasuke karena suasana perpustakaan yang tenang.
Tapi Sasuke terlalu acuh untuk mengindahkan peringatan dari Naruto, teman seperjuangannya sejak jaman dinosaurus.
BRUK
DuGH
"Aw..." Seseorang berdesis, ia merasa malu karena harus jatuh dan menjadi perhatian seluruh manusia yang ada di perpustakaan ini, salahkan saja dirinya yang berjalan sambil membaca dan meng--Tungg--tunggu bukan ini bukan salahnya, salahkan saja orang di depannya yang membawa buku kelewat banyak hingga harus menutupi pandangannya.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya orang itu, Sasuke masih saja sibuk dengan dirinya dan mengamati sepasang flatshoes warna hijau yang membalut kaki itu dengan sempurna dan menambah kesan manis dalam diri orang itu.
Semakin ke atas Sasuke memperhatikan orang--gadis yang mengulurkan tangannya padanya, dress warna hijau muda dengan rambut merah muda yang eye-catching sekali dan pada akhirnya pandangannya terpaku dalam sebuah titik. Sepasang kolam zambrud yang meneduhkan, hutan hujan yang menenangkan. Mata emerald itu... sesaat membuatnya lupa bahwa ia masih berpijak pada bumi.
"Hei... kau tak apa?" Tanya gadis itu lagi. Pertanyaan itu seketika menyadarkannya dari rasa terbang sesaatnya tadi, Sasuke mngerjap mengabaikan rasa sakit yang menjalar di bahu kanannya karena ia kejatuhan buku dengan ketebalannya yang sangat mengerikan itu.
"Nona, bisakah kau jalan menggunakan matamu? Setidaknya kau harus tahu batas maksimal tumpukan bukumu agar kau tidak menabrak orang lagi seperti ini!" Percayalah kalimat tadi bukan Sasuke yang mengungkapkannya, ia masih berusaha kembali pada realitasnya sendiri. Sedangkan kalimat yang sangat penuh dengan penekanan makian yang menyudutkan itu adalah mulut besar Naruto. Ayolah Naruto, ini hanya terjatuh. Sasuke membatin kesal sendiri.
"A--aku minta maaf. Aku benar-benar tidak sengaja. A--aku ak--aku-"
"Sudahlah tidak apa-apa. Dobe... berhentilah menatapnya seperti itu!" Kalimat Sasuke menghentikan reaksi dari gadis itu, Naruto dan orang-orang yang tadi memerhatikan mereka.
Sasuke kembali memandang gadis itu penuh dengan tatapan yang sulit di artikan, dan Naruto yang melihat gadis itu dengan tatapan penuh perhitungan. Sedangkan gadis itu hanya memperlihatkan tatapan rasa bersalahnya itu.
*
"Kuso, ini sakit sekali..." Sasuke meringis karena bahu kanannya yang terlihat kebiruan yang cukup lebar.
"Aku sudah bersiap untuk memakinya tadi... dan kau?! bertingkah sok pahlawan di depan gadis aneh itu padahal kau sendiri adalah korban disini!" Naruto masih kesal dengan tingkah Sasuke yang menurutnya basi itu.
"Aku hanya menyelamatkan reputasi kita semua, dobe..."
"Kenapa?! Seharusnya kau membiarkan--" Ucapan Naruto terhenti karena Sasuke yang memotong cepat perkataannya.
"Kau ingin fotomu masuk headline majalah kampus hanya karena bahuku ini?! Ayolah Naruto kurasa kau tidak bodoh untuk mengerti maksudku.." Sasuke menyeringai penuh kemenangan membuat Naruto menjadi mati kutu. Ayolah siapa yang tidak tahu Namikaze Minato? Salah satu Profesor Universitas mereka yang masuk ke dalam 100 orang paling berpengaruh di Jepang, dan ia juga merupakan penerima award tetap sebagai profesor populer di kalangan mahasiswa dan dobel sialnya dia adalah ayah Naruto sendiri.
"Baiklah-baiklah, kau selalu tahu apa kelemahanku, Teme." Naruto berkata pasrah dan kembali menekan kompres es batu di bahu kanan Sasuke dengan sedikit tekanan.
"Sialan kau, Naruto." Sasuke meringis merasakan lukanya semakin membiru karena ulah Naruto itu.
*
"Kau kenapa sekarang rajin ke perpustakaan? Ini bukan tipemu sekali Sasuke, kau bukan Itachi yang gila dengan filsafat." Cibir Naruto yang selalu menjadi korban Sasuke untuk menemaninya ke perpustakaan.
"Bisa kau diam saja?"
"Aku sudah diam sejak dua jam yang lalu, sejak kau menyeretku keluar kelas di mata kuliah terakhir dan hanya mengikutimu mengelilingi rak-rak buku yang menyebalkan Sasuke." Sasuke hanya diam dan terus berkeliling diantara rak-rak buku yang tingginya mencapai dua meter itu.
"Kenapa aku tidak bisa menemukannya? Kurasa dia tipikal orang yang mudah dicari jika hilang." Sasuke bergumam sendiri sambil terus berpura-pura mencari buku disana.
*
A/n:
Q: Syudah dapet feelnya sama gambaran sampai chap ini?
Sekedar ngasih tahu aja, kalo mungkin ini nanti agak membingungkan jadi kalau baca usahakan fokus jg di tanggalnya, soalnya keterangan waktunya ada di sana dan juga part Italic adalah flashback Sasuke ya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
TIMELESS [COMPLETE]
Fanfiction[END] Jika separuh waktuku bisa membawamu kembali padaku, aku rela memberikannya bahkan jika aku harus memberikan seluruhnya asal kau kembali bersamaku. Naruto belongs to Mashashi Kishimoto