Prak! Trak! Brak!
Suara-suara mengenaskan itu terdengar dari balik pintu toilet kantor Sasuke. Tisu-tisu yang seharusnya menggantung di samping kloset sudah lepas dari gulungan dan berserakan di lantai.
"Argh!" Sasuke menggeram, menjambak rambutnya dengan wajah frustrasi. Lalu tangannua jatuh bertopang di tepi wastafel, menatap cermin besar di hadapannya yang memantulkan bayangan wajahnya sendiri, wajah kusutnya. "Mengapa semuanya jadi seperti ini?!" amuknya. Setelah itu terdengar suara gebrakan, Sasuke memukulkan lengannya pada tutup kloset.
"Jika tidak berteriak, maka kerjaanmu akan melempar dan memukul barang seperti ini, ya?" Sosok pria tua itu muncul tepat di belakang Sasuke sambil memainkan ujung haorinya, menatap kondisi toilet yang berserakan lalu menatap Sasuke dengan senyuman kecut.
"Aku sudah berusaha mengubah semua menjadi apa yang aku inginkan! Aku sudah berusaha menghindari keikutsertaanku dalam penelitian ini!" Suara Sasuke terdengar membentak. "Aku sudah menanam semua yang ingin kupetik! Kenapa hasilnya jadi seperti ini? Mana cabai-cabai yang kau janjikan?! Mana cabai yang akan kupetik?!" Tuntut Sasuke dengan suara berteriak.
"Kau saat ini sedang memetik cabaimu, Sasuke... Tapi cabai yang kau petik itu... Busuk." jawab Hoshi-sama santai.
Setelah Sasuke hanya menatap Hoshi-sama melalui cermin, kini Sasuke berbalik dengan tidak sabar untuk menatap Hoshi-sama secara tidak langsung. "Aku sedang tidak ingin bercanda!" Sasuke menggeram kesal. Napasnya tersengal dengan kondisi pakaian yang sangat berantakan.
"Lalu menurutmu aku sedang bercanda denganmu?" Hoshi-sama mendesah. "Tidak semua hal yang ingin kau ubah bisa berubah. Ada sesuatu yang tidak akan terjadi, sekeras apapun kau berusaha untuk mewujudkannya.
Sasuke meraup wajahnua dengan kasar, lututnya lemas, tubuhnya merosot sampai duduk di lantai toilet. "Alur yang baru terasa lebih sulit..." lirihnya.
Hoshi-sama mendesah. "Berhenti mengeluh, bukankah saat ini kau sedang ada janji dengan pacarmu?"
Sasuke mengangkat wajahnya. Bagainana pria tua itu tahu bahwa Sasuke akan bertemu Sakura? Sasuke memiliki janji dengan Sakura, itu benar. Tapi... Sasuke menjanjikan bertemu empat jam yang lalu, pukul tujuh malam di apartemennya, sedangkanbsaat ini sudah pukul sebelas malam. Apakah Sakura masih menunggunya? Haruskah ia gagal untuk yang kedua kalinya di hari ulang tahun Sakura?
***
"Cherry...," bisik Sasuke, lalu mengusapkan tangannya oada wajah Sakuta yang saat ini tengah tidur di sofa. "Cherry..." bisikan kedua mendapat sahutan berupa lenguhan lelan dari Sakura, tubuh gadis itu bergerak sedikit, namun kembali terlelap.
Sasuke mendesah pelan. "Bangun, Sakura..." Sasuke menyentuhkan hidungnya pada pipi Sakura, kali inj terdengar gumaman Sakura, perlahan kelopak mata gadis itu terbuka menampakkan iris hijaunya dan bergumam sebentar.
"Sasuke-kun..." gumam Sakura, terdengar lebih jelas. Lalu tubuhnya bergerak bangun, memberikan ruang untuk Sakura agar duduk di sampingnya, dan perlahan kepala Sakura tertanam di lekukan leher Sasuke dengan mata yabg sesekali terpejam.
"Maaf, aku terlambat." ujar Sasuke. "Kau menunggu lama di sini?" tanyanya lembut.
Sakura menggeleng. "Aku databg sesuai janji," jawab Sakura sambil tersenyum.
"Jam tujuh malam?"
Sakura mengangkat wajahnya, lalu menganggukan kepala dengan wajahnya yang masih sangat jelas mengantuk, namun masih sempat tersenyum.
Sasuke melirik jam yang ada di dinding apartemennya, sekarang sudah jam sebelas malam lebih lima puluh menit. Hampir lima jam Sakura menunggu, sampai-sampai gadis itu tertidur. "Maaf," gumam Sasuke lagi dengan nada penuh penyesalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIMELESS [COMPLETE]
Fanfiction[END] Jika separuh waktuku bisa membawamu kembali padaku, aku rela memberikannya bahkan jika aku harus memberikan seluruhnya asal kau kembali bersamaku. Naruto belongs to Mashashi Kishimoto