25

4.1K 347 45
                                    

"Selamat Sasuke-kun... Kau memang yang terbaik."

*
"Tetapi... Penelitian ini akan dilakukan di Kerguelen."

"Kerguelen?" Sakura membeo dengan nada bertanya yang selanjutnya Sasuke mengangguk ragu.

"Selama lima tahun aku harus menetap di sana bersama dengan tim yang sudah terpilih. Kau tahu? Kerguelen adalah sebuah kepulauan kecil yang terletak di selatan Samudera Hindia, tidak ada bandara di sana, untuk menuju kesana kami harusbnaik perahu dari Reunion dan menempuh waktu seminggu. Bisa kau bayangkan, di sana bisa di pastikan akan sangat sulut untuk menggunakan alat komunikasi, bahkan hampir tidak bisa. Selama lima tahun itu aku akan kesulitan berkomunikasi dengan orang-orang selain dengan tim-ku..."

Sakura tercenung, bibirnya sama sekali tidak terbuka untuk mengeluarkan suara, setidaknya suara yang akan menghibur Sasuke yang saat ini sangat takut kehilangannya.

"Cherry?" Sasuke sedikit menggoyangkan tangan kekasihnya itu. Wajahnya yang kini belum lepas menatap mata Sakura, seolah meminta jawaban.

"Ya?"

"Aku tahu, lima tahun itu bukan waktu yang singkat. Kau... Kau..."

"Kau ingin aku menunggumu?" tanya Sakura.

Sasuke mengangkat wajahnya, menatap mata Sakura, mata emerald itu kembali mrmbuat tubuhnya kaku. "Aku tahu, memintamu untuk menunggu dalam waktu lima tahun dengan kondisi yang sulit... itu terlalu berlebihan. Tetapi--"

"Berlebihan...," lirih Sakura mengulang ucapan Sasuke.

Sasuke mengangguk. "Maaf," gumamnya. Suara Sasuke seolah tercekat sehingga hanya menghasilkan gumaman tercekik.

"Aku selalu menganggapmu sempurna, cintamu sempurna. Apapun yang kau lakukan demi ataupun bukan untukku, aku selalu menganggap semuanya sempurna." Sakura menghela napasnya. "Sampai... Waktu satu tahun ke belakang ini, perlakuanmu yang menganggap aku tidak ada, itu aku anggap bagian kesempurnaan cintamu... Aku--".

"Maaf... Cherry aku mohon. Untuk waktu-waktu itu, sikapku... Maaf untuk semuanya."

"Setelah sikapmu yang menganggapku tidak ada, bolehkah aku menganggapmu tidak ada untuk waktu lima tahun ke depan... Atau lebih?"

Sasuke tertegun. Apa? Apa katanya? Apa yang Sakura katakan tadi? Sasuke masih perlu memdengarnya sekali lagi atau bahkan berkali-kali agar ia benar-benar mengerti.

"Bolehkah aku memintamu... Melepaskanku?" tanya Sakura.

Bolehkah aku memintamu... Melepaskanku? Pertanyaan itu yang terdengar, bukan kalimat, Aku akan menunggumu. Bukan itu! Sejali lagi Sasuke meminta rekaman di dalam kepalanya untuk memutar pertanyaan Sakura, Bolehkah aku memintamu... Melepaskanku?

Tunggu! Apakah ini mimpi? Sasuke berharap ini mimpi. Mimpi buruk, mimpi paling mengerikan seumur hidupnya setelah kehilangan Sakura yang berlumuran darah dalam dekapannya pada waktu itu. Sasuke masih tertegun, merasakan seluruh sendinya longgar sampai perlahan tubuhnya seolah rontok. Hanya mampu menatap Sakura di hadapannya yang tengah mengatur napas perlahan.

"Maaf untuk sikapku yang tidak tahu terimakasih ini." lirih Sakura.

Apa yang harus Sasuke katakan? Apa yang harus Sasuke lakukan? Adegan baru ini benar-benar tidak pernah sekalipun terlintas di pikiran Sasuke, jangankan membayangkan bermimpi tentang kejadian ini pun ia merasa takut dan enggan. Mengapa rasanya sakit? Benar, ini menyakitkan. Sakura meminta Sasuke untuk melepaskan gadisnya. Sakura meminta Sasuke melepaskannya. Sakit ternyata. Terlebih saat gadisbitu sendiri yang meminta. Dan Sasuke pernah melakukan hal ini pada Sakura selama setahun ke belakang dalam waktu yang berlarut-larut--memintanya melepaskan. Apakah Sakura juga merasakan sakit yang kuar biasa seperti ini? Selama setahun itu? Oh, Tuhan. Betapa Sasuke membenci dirinya sendiri karena sempat memberikan rasa sakit ini untuk Sakura.

"Maaf..." Sakura kembali membuka suaranya.

Sasuke mengangkat wajahnya, lalu tersenyum. "Itu pilihanmu Cherry, aku tidak bisa memaksakan pilihanku untukmu." Sasuke menatap Sakura lekat-lekat, menatap wajah gadis itu kini menunduk. Oh tidak! Pria itu segera bergerak melangkah menuju kursi Sakura, menarik Sakura untuk berdiri. "Jangan menangis! Aku mohon jangan menangis!" pinta Sasuke. Menyimpan kedua tangannya di sisi wajah Sakura. "Aku mohon, janhannmenangis...," pintanya lagi dengan suara lembut--memohon.

Sasuke mengecup lembut kelopak mata Sakura bergantian. Berkali-kali, membuat Sakura memejamkan matanya lebih lama. Lalu Sasuke terkekeh sendiri. "Ternyata cara ini lebih ampuh daripada meniupi kelopak matamu, seperti waktu lalu."

Lalu Sakura membuka matanya. "Sasuke-kun..."

"Aku akan melepaskanmu. Aku... Akan berusaha melepaskanmu." Sasuke tersenyum seraya melepas hidung Sakura dengan telunjuknya. "Maafkan aku untuk waktu satu tahun ke belakang--mengabaikanmu, untuk waktu tiga tahun ini--menjadi kekasihnu, semuanya." Tangan Sasuke menarik pundak Sakura dengan lembut, mendekapnya erat. Tanpa Sakura ketahui hal apa sebenarnga yang ingin Sasuke lakukan. Ia ingin berteriak, mengguncang tubuh Sakura, merontokkan semua permintaan Sakura untuk meninggalkannya, menyadarkan Sakura agar tidak meninggalkannya, memohon pada Sakura untuk tidak memintanya melepaskan gadisnya. Gadisnya yang betapa ia ketahui bagaimana sakit yang harusbia alami ketika kehilangannya. Dan sekarang, kembali terulang untuk kedua kalinya, namun dengan cara yang berbeda, mimpi mengerikan dengan bentuk berbeda. Namun ternyata tetap menyakitkan.

Ketahuilah, Tuhan. Untuk saat inj aku meminta satu keajaiban lagi, jangan biarkan dia meminta aku melepaskannya, melepaskan gadisku.

"Akan ada gadis lain yang kau temui setelah lima tahun kau pulang," hibur Sakura.

Sasuke mengangguk. " Semoga."

Setelah itu Sasuke merasakan dekapan Sakura semakin mengerat, tanpa Sasuke sadari apakah Sakura menangis atau tidak di dalam dekapannya, saat ini ia terlalu lelah untuk menyadari setiap hal kecil yang terjadi di sekitarnya. Rasa sakit yang ianalami terlalu membuatnya kebas denhan rasa peduli dengan hal lain.

Sekali lagi, aku terlalu mencintainya.

"Kau...juga akan menemukan pria lain?" Ia bertanya, namun sama sekali tidak membutuhkan jawaban. Dan terkabul ketika menemukan Sakura tidak bersuara.

***
Selamat malam, apa kabar? Semoga selalu sehat dan di rahmati Allah.

Aku ingin berterimakasih kepada semuanya yang udah support sampai sejauh ini.

Dan juga... Maaf jika part ini pendek karena--ya seperti yang kalian tahu di Au/n ku di chap2 sebelumnya.

Selamat menikmati.

Jangan lupa vote dan komentarnya sama chap malam ini.

Seeya~~

Regards

Eni

TIMELESS [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang