Bagian 8: Sesuatu Yang Berbeda
Porsche hitam itu dikendarai dengan kecepatan yang sederhana, seolah orang yang di dalamnya tidak memiliki sesuatu untuk dikejar. Berangsur lambat dan mulai menepi untuk memasuki pelataran gedung radio. Setelah menemilan lahan parkir dan memosisikan mobilnya dengan benar, si pemilik keluar dari mobil, berlari kecil untuk menuju sisi lain dan membukakan pintu untuk-
"Terimakasih." Gadis dengan blus berwarna plum dan rok flare berwarna dark gret itu tersenyum, dan mendapati pria di hadapannya hanya mengerutkan kening seraya menatapnya. "Kenapa?" Mendapatkan kerutan kening di pagi hari bukanlah pertanda baik, detik berikutnya segera menunduk untuk memerhatikan penampilannya sendiri. "Ada yang salah dengan pakaianku?" Kembali bertanya setelah menemukan keadaan pakaiannya baik-baik saja.
Pria di hadapannya menggeleng. Lalu menarik napas panjang sebelum akhirnya berkata, "Apakah lain kali kau bisa berdandan biasa saja, Cherry?" Menemukan raut wajah tidak mengerti pada gadisnya, ia kembali menjelaskan. "Kau terlalu cantik jika hanya untuk pergi bekerja. Bukankah kau hanya menggunakan suaramu, pendengar tidak akan melihat penampilanmu? Jadi... Kau berdandan secantik ini-"
"Jadi besok aku jarus menggunakan piyama?" Sakura, gadis itu mengerucutkan bibirnya, mulai merajuk. "Jangan mulai untuk berdebat di pagi hari, Sasuke-kun."
Sasuke mengangguk mengalah, walau mendapatkan wajahnya tidak bisa menerima. Dengan cepat ia mengamit lengan Sakura untuk segera memasuki lobi. Seperti yang ia lakukan setiap harinya-mulai beberapa hari ke belakang-mengantar Sakura menuju ruangan kerjanya.
"Kau harus segera bekerja 'kan?" tolak Sakura ketika meteka sudah masuk ruang kerja, dan saat ini Sakura tengah bersiap menuju ruang siaran dengan id-card yang menggantung di tengkuknya, mendapati Sasuke yang akan membuntutinya lagi.
"Tidak masalah. Aku sama sekali tidak keberatan." Sasuke tersenyum.
"Sudah seminggu kau menungguiku siaran pagi, dan kau selalu terlambat datang ke kantor. Kau masih memikirkan karirmu 'kan?"
Sasuke mengangguk. "Dan aku juga masih memikirkan karir menjadi kekasihmu."
Sakura memutar bola matanya kesal. "Apa kau pikir aku akan macam-macam selama bekerja?"
Sasuke mengabaikannya. Seolah tidak mendengar pertanyaan Sakura, tangannya menarik lengan gadis itu untuk segera melangkah ke ruangan selanjutnya, ruang siaran.
Coba tebak apa yang dilakukan pria itu disaba. Ia akan berdiri di ruang operator-di samping kaca setebal sepuluh milimeter yang membatasi ruang operator dengan ruang siaran. Melipat kedua lengan di dada dengan memberikan tatapan mengancam pada dua orang yang ada di dalam, Sakura dan Gaara. Sasuke akan menemukan telubjuknya mengetuk-ngetuk kaca dengan tatapan lebih mengerikan ketika melihat perlakuan Gaara yang tidak ia sukai. Dan perlu dijelaskan, perlakuan tidak disukai itu memiliki batas minimal ketika Gaara mampu membuat Sakura tergelak.
Hal yang lebih parah, jika Gaara tidak sengaja-atau memang sengaja-menyentuh lengan, bahu, rambut Sakura atau bagian terkecil apapun itu, maka Sasuke tidak akan segan-segan berjalan menuju meja operator, merampas mikrofon yang tersambung ke headphone Sakura dan Gaara, lalu berteriak memberi peringatan:
"Jangan mencari kesempatan!"
"Jangan sentuh Sakura-ku!"
"Berani-beraninya kau!"
Dan berbagai peringatan lain dari Sasuke yang mampir untuk mendengungkan telinga Gaara-yang secara tidak langsung sampai di telinga Sakura juga. Menjengkelkan 'kan? Hal itulah yang selalu mengharuskan Sakura meminta maaf berkali-kali pada Gaara dan staf operator ketika selesai siaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIMELESS [COMPLETE]
Fanfiction[END] Jika separuh waktuku bisa membawamu kembali padaku, aku rela memberikannya bahkan jika aku harus memberikan seluruhnya asal kau kembali bersamaku. Naruto belongs to Mashashi Kishimoto