"Aku terpilih menjadi ketua tim di penelitian selanjutnya," Ujar Sasuke. Pemberitahuan ini seharusnya diawali dengan nada yang mendayu-dayu dan melankolis agar Sakura tidak menunujukkan ekspresi kagetnya yang berlebihan seperti ini,
Sakura menegakkan tubuhnya, disusul oleh Sasuke kemudian. "Benarkah?" Sakura berkata dengan memekik keras. "Aku bangga padamu, Sasuke-kun selamat ya..." ucap Sakura dengan suara yang sedikit bergetar. Lalu kecupan ringan mendarat di pipi Sasuke.
"Terimakasih..." Ujar Sasuke. Tangannya memegang lengan Sakura yang kini sedang melingkar indah di sekitar lehernya. "Penelitian ini akan dilakukan di Kepulauan Kerguelen. Jauh sekali, 'kan?"
Lingkaran lengan Sakura pada leher Sasuke mulai mengendur kemudian ia beringsut memundurkan wajahnya dan perlahan melepaskannya dari Sasuke. "Kerguelen?" cicitnya.
Sasuke mengengguk. "Minimal lima tahun aku akan menetap disana bersama dengan tim ku." Jelasnya lagi. "Kau tahu 'kan, Kerguelen adalah kepulauan kecil yang terletak di sebelah selatan Samudra Hindia, tidak ada lapangan terbang disana, dan untuk menuju ke tempat itu saja kami harus naik kapal dari Reunion dan itu membutuhkan waktu enam hari. Bisa kau bayangkan, di sana dipastikan akan sulit untuk menggunakan alat komunikasi, bahkan hampir tidak bisa. Selama lima tahun itu, aku akan kesulitan berkomunikasi dengan orang-orang selain dengan tim ku." Sasuke berharap Sakura mengerti akan penjelasannya, dan ia tidak harus mengulang penjelasan menyakitkan ini.
"Benarkah?" Terdengar suara Sakura seperti tercekik. Sasuke kembali mengangguk. "Aku tahu, lima tahun bukanlah waktu yang singkat." Sasuke mengumpulkan rasa teganya. "Kau... Kau..." Ingin sekali Sasuke mengatakan: 'Kau bisa memilih untuk meninggalkanku.' Namun suara itu tak kunjung lolos dari tenggorokannya yang kini seakan tercekat. "Waktu lima tahun menjalin hubungan dalam keadaan sulit berkomunikasi... itu pasti berat untkmu." Akhirnya kalimat itu yang berhasil lolos.
Sakura menggeleng. "Kita menjalin hubungan ini hampir tiga tahun, dan aku merasa bahwa hubungan ini baru aku jalani selama enah hari. Waktu lima tahun itu tidak berarti apapun." Gadis itu menatap Sasuke dengan mata yang berair, dan hampir berhasil meloloskan satu butiran air mata sebelum ia menepisnya lebih dulu.
"Ini berbeda. Dalam waktu lima tahun itu kita tidak akan bertemu. Ketika aku datang nanti umur kita nanti sudah 29 tahun. Dan aku tidak mau mengikatmu sampai selama itu, menggantungkan dirimu padaku membiarkanmu menikah di usia setua itu."
"Apa maksudmu?" Tanya Sakura. Terlihat wajahnya memerah dan air mata itu mulai merembes banyak dan berangsur-angsur jatuh.
"Kau... Kau bisa memilih untuk tidak mempertahankan hubungan ini." Akhirnya kalimat itu lolos, walau dengan suara yang tersendat-sendat menahan sakitnya denyutan hebat di tenggorokan.
"Apa katamu?" Sakura menatap Sasuke dengan wajah yang tidak percaya. "Kau tidak percaya padaku?"
"Bukan, bukan begitu maksudku! Hanya saja--"
"Aku akan menunggumu," Kata Sakura dengan terbata-bata, menutup kalimatnya dan menyebakan Sasuke bergeming, dalam waktu yang tidak bisa dikatakan singkat.
Apa katanya tadi? Apa jawabannya? Apakah Sasuke tidak salah dengar? Sakura akan menunggunya, selama itu? Sasuke mulai merasa kehilangan akalnya untuk menebak apa yang sebenarnya ada dalam kepala gadis cantik itu. Bukankah meninggalkan pria tidak berperasaan seperti Sasuke lebih menyenangkan?
Sakura tidak membiarkan air mata yang sudah bergulung di sudut matanya merembes, ia mengusapnya sebelum jatuh terlalu banyak. Sejenak melepaskan napas beratnya, Sakura lalu bangkit dari duduknya dan meninggalkan Sasuke yang masih tercenung, gadis itu melangkahkan kakinya menuju pantry.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIMELESS [COMPLETE]
Fanfiction[END] Jika separuh waktuku bisa membawamu kembali padaku, aku rela memberikannya bahkan jika aku harus memberikan seluruhnya asal kau kembali bersamaku. Naruto belongs to Mashashi Kishimoto