31

10.6K 471 62
                                    

Epilog

Api besar itu terlihat semakin menghampiri. Melalap belakang, tengah, dan saat ini sudah sampai ke bagian kepala mobil. Sasuke mengerang, lalu tubuhnya terdiam. Tidak lagi melakukan gerakan brutal untuk melepaskan diri. Merasakan hawa panas--sangat panas-- yang berada di sekelilingnya. Mungkin ini saatnya, ia menebus kesalahan karena telah membuat Sakura menangis. Ia mengganti waktu yang Sakura miliki, menurut perjanjiannya dengan Hoshi-sama.

'Wush!' suara api yang membesar terdengar mengerikan. Merasakan api itu menghampirinya dan menjalar di sekitar tubuhnya. Lalu....

Brak! Sasuke jatuh ke sisi lain, dalam keadaan terlepas, bebas. Ia merasakan jok itu tidak lagi menghimpitnya, seat belt itu tidak lagi mencengkramnya. Menatap sekilas lelehan jok dan seat belt yang terbalar.

"Anda bisa keluar?" tanya seorang pria di luar sana.

Sasuke menggeram, tangannya terulur ke luar jendela, setelah itu ja merasakan seseorang menyeret lengannya, dan tubuhnya ikut terseret keluar. Diseret jauh, dan... ledakan mengenaskan itu terdengar. Mobilnya hancur.

"Sasuke-kun!"

"Sasuke-kun!"

"Sasuke-kun!!!" Terdengar sesdorang berteriak di samping telinganya.

"Hei!" Sasuke mengerjap. Melihat di sekelilingnya. Kamar bernuansa putih dengan ayah, ibu dan Itachi yang memelototinya dari cermin besar di hadapannya.

Mimpi itu... Tentang kejadian dua minggu yang lalu, ketika Sasuke merasa dirinya akan meninggalkan Sakura karena membuat gadis itu menangis. Sasuke masih sering memimpikan kejadian mengerikan itu, kejadian yang mampi membuat lututnya lemas jika mengingat. Menatap dirinya yang kini tengah duduk di hadapan cermin besar. Lalu... terdengar suara 'plak' dan detik berikutnya Sasuke meringis. Uchiha Mikpto yang berdiri di sampingnya menggerutu tidak jelas. Suara mengenaskan itu ternyata berasal dari telapak tangan Itachi yang menampar kencang pipinya

"Bisa-bisanya dia tertidur dalam keadaan seperti ini!" geram Mikoto, menatap Fugaku yang tengah duduk di ujung tempat tidur sambil membenarkan posisi dasinya.

"Sudahlah! Kaa-san seperti tidak tahu sifat Sasuke saja!" ujar Itachi santai dan diangguki Fugaku, seolah sikap seorang pria tertidur sebelum pesta pernikahannya adalah hal yang wajar. "Sebelum penelitian ke Kerguelen yang tinggal satu minggu lagi dia sempat meminta untuk menikah mendadak."

"Dan sebelum menikah, dia sempat-sempatnya membakar mobil." imbuh Itachi.

"Membakar mobil?" Sasuke memutar tubuhnya, walaupun ia bisa Melihat wajah ayahnya melalui cermin, ia ingin menunjukkan wajah protesnya secara langsung pada Fugaku dan Itachi yang ada di sampingnya.

"Iya," sahut Fugaku.

"Tou-san! Itu kecelakaan!" sanggah Sasuke. Tidak adakah pekerjaan yang lebih menarik daripada membajar mobilnya sendiri? Sasuke mendengus. Lalu kembali memutar tubuhnya menghadap cermin.

Seorang pria--yang sebenarnya tidak layak dikatakan sebagai pra--berdiri di samping Sasuke. Setelah selesai merapikan rambut Sasuke, kini pria yang kerap dipanggil Dei-chan oleh Mikoto itu menyelipkan pocket square di saku jas hitamnya. "Jangan banyak bergerak, Tampan," ujarnya pada Sasuke seraya merapikan lipatan pocket square. "Atau pocket square-mu akan amburadul dari lipatannya," ingatnya lagi.

TIMELESS [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang