21

4.1K 373 13
                                    

Sasuke menyeret langkahnya untuk segera sampai di ruang kerjanya, berjalan melewati koridor kantornya.

Langkah berat itu terayun, tatapan oniksnya terlihat kosong, wajah yang terpahat sempurna itu terlihat kusut dan frustasi. Siapapun yang melihat keadaan Sasuke saat ini, tolong! Segera panggil ambulans untuk membawanya ke rumah sakit. Melihat keadaannya saat ini kurasa terlalu memaksakan diri jika Sasuke harus menyelesaikan pekerjaan hari ini.

Brak! Itu adalah tas kerja yang Sasuke lempar ke meja kerjanya, kemudian diiringi deritan kursi yang berderit karena ia duduki.

"Sasuke? Ada apa denganmu?" Naruto yang membawa satu cup kopi di tangannya menepuk punggung Sasuke sebelum ia duduk.

Sasuke menggeleng sambil mengibaskan tangannya ke udara. "Kau mungkin bisa membawa kopi lagi nanti. Untuk saat ini, bisakah kau merelakan kopimu untukku?" Sasuke meminta dengan nada memohon.

Naruto mwngerutkan keningnya, lalu menatap cup kopinya dan meringis sebelum kenjawab, "Sepertinya aku ikhlas." sambil menyerahkan kopi itu pada Sasuke. "Dan... Aku sudah meminumnya sedikit." kata Naruto.

Sasuke menggeleng, "It's okay." Ia menyambutnya dengan gerakan lemah, namun tidak butuh waktu sampai lima detik, kopi dalam cup itu sudah tandas.

"Kurasa semalam tidak ada pertandingan bola." Naruto berpikir menerawang, lalu menatap Sasuke yang kini terlihat mengenaskan dengan kantung mata yang menghitam di kedua matanya.

"Memang." jawabnya.
"Lalu?"
Telapak tangan Sasuke bergerak untuk mengusap kedua matanya lalu mengurut tulang hidungnya perlahan. Ia harus menjawab bagaimana? Kondisi ini membuatnya merasakan di dalam kepalanya hanya berisi ruangan hampa. Semalaman ia tidak membiarkan matanya terpejam bahkan untuk lima menit saja. Setelah kedatangan Hoshi-sama yang sama sekali tidak membantu apapun--menurutnya, ia menghabiskan waktu malam terpanjangnya itu dengan memikirkan Sakura. Apakah Sakura bisa menahan diri untuk tidak menangis tanpa Sasuke tahu di sana--di rumahnya? Mengingat Sakura selalu berusaha untuk tidak pernah menangis di depannya, mengingat makian Temari padanya yang mengatakan bahwa Sakura selalu menangis diam-diam atas sikapnya--dulu.

Bagaimana ia bisa membiarkan matanya untuk tertutup? Bahkan kelelahan seharian kemarin menjadi alasan yang terlalu sepele untuknya tidur. Ia takut ketika ia membuka matanya nanti, ia kembali menemukan waktu sudah kembali ke waktu semula. Semula... tanpa Sakura, Sakura yang telah pergi dan terbaring di tempat mngerikan itu. Tidak! itu tidak boleh terjadi! Sasuke memaksakan matana untuk tidak tertutup, sampai memastikan waktu ini tidak berubah sampai pagi menjelang.

"Sasuke?"

"Aa?" Sasuke menolehkan wajahnya untuk menyahut seruan Naruto.

"Ada apa denganmu?"

"Aku... Kepalaku rasanya penuh sekali dengan masalah," jawabnya.

Naruto hanya menggeleng, lalu memutuskan untuk tidak kembali bertanya, dan itu membuat Sasuke tenang karena tidak perlu memeras otaknya yang sedang melemah untuk menjawab pertanyaan Naruto.

Sasuke melirik jam tangnnya. Jam berapa ini? Jam sembilan pagi, harusnya Sakura sudah memulai siaran paginya. Ia meraih earphone yang lalu disambungkan ke ponselnya dan dijejalkan pada telingannya. Tidak butuh waktu lama untuk mendapatkan sinyal radio yang ia inginkan.

Sasuke menelungkupkan wajahnya dan meletakkan dagunya di atas meja kerja tiba-tiba terhenyak ketika mendengar tawa seorang gadis yang mengalun indah di telinganya. Haruno Sakura! Ya, itu tawa Sakura! Sakura bisa tertawa dalam situasi seperti ini?

Dalam situasi hubungannya dengan Sasuke memburuk? Tentu saja, bukankah memang seharusnya Sakura tetap harus profesional? Tapi jangankan untuk tertawa, untuk berbicara dengannya di telepon saja Sakura malas. Entah berapa kali gadis itu mengabaikan telepon darinya, dan kali ini Sakura bisa tertawa bersama seorang pria yang... yang Sasuke benci tanpa alasan yang jelas, Gaara.

Sasuke menggeram, kemudian mengotak-atik ponselnya, lalu terdengar suara sambungan telepon di samping telinganya, sebanyak dua nada terdengar, lalu... suara operator menjengkelkan yang mengatakan, "nomor yang anda tuju sedang sibuk...," terdengar, lagi. Itu tanda jika Sakura menolak teleponnya.

"Sakura!!!" Sasuke kembali menggeram menyerukan nama gadisnya.

"Hentikan! Sepertinya duduk di sampingmu bisa membuatku tuli mendadak!" Bentak Naruto kesal.

Sasuke tidak peduli, bentakan dari Naruto hanya seperti bunyi klakson mobil tua yang perlu diabaikan begitu saja. Tangannya kini bergerak meraih mouse, meng-klik beberapa kali untuk ia menuju situs yang ia cari-cari. Kemudian beberapa saat kemudian kesepuluh jarinya bergerak cepat di atas keyboard.

Angkat telepon dariku, Sakura! Tulisan itu berhasil di kirim ke alamat e-mail radio tempat Sakura bekerja. Sasuke dengan seenaknya tidak hanya mengirimkan satu e-mail, namun ada beberapa sampai tidak terhitung jumlahnya. Ia tidak peduli jika email itu sampai masuk ke acara penyiar lain.

Kembali menjejalkan earphone di telinganya menunggu sesi baca e-mail di acara Sakura, ia menggeram kesal ketika hingga segmen itu berakhir, e-mail darinya tidak satupun dibaca. "SHIT!" Sasuke manghantamkan kepalan tangannya pada meja kerja, kemudian melepas jas labnya secara asal dan berlalu pergi. "Uchiha Sasuke!" Naruto yang sejak tadi sibuk dengan pekerjaannya kini menatap Sasuke penuh peringatan. Tatapan kesalnya berubah menjadi seperti tatapan lapar narapidana yang ingin membunuh. "Ada apa denganmu sebenarnya?"

"Aku ada urusan. Sebentar." Sasuke segera keluar dari ruangannya dan sesaat menatap Naruto lagi, "Aku janji hanya sebentar!" Sasuke meraih kunci mobilnya kemudian berlari keluar gedung kantornya.

*

Selamat malam? Ada yang masih ingat sama ini? Maafkan aku yang lama ngilang dan malah ngervisi ff sebelah... Ini karena tanganku yang beberapa minggu gemetar gajelas jadi agak mengganggu kalau mau ngetik panjang-panjang. HOPELESS pun itu aku dibantu ngetik sama ade, jadi aku cuma ngedikte aja >.<


Sekali lagi aku minta maaf dan berakhir curhat.


Selamat menikmati~~

TIMELESS [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang